bobo' ah ===>>>

Photobucket

Jumat, 30 September 2011

4 Komponen Penting Dalam Sarapan





4 Komponen Penting Dalam Sarapan


Tak peduli seberapa sibuknya aktivitas yang harus dikerjakan, penting bagi kita untuk mengisi bahan bakar tubuh, sehingga energi kita terpenuhi sepanjang hari. Namun, di dalam sarapan itu sendiri, harus kita sadari, seberapa sehatkah kandungan sarapan yang kita konsumsi, dan zat-zat apa saja yang dapat meningkatkan kualitas tubuh kita.Sarapan yang baik mengandung 4 komponen penting bagi tubuh, yaitu:
1. Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam tubuh kita. Selain berfungsi sebagai bahan bakar tubuh, karbohidrat juga berfungsi sebagai cadangan energi di dalam proses metabolisme. Beberapa orang meyakini bahwa karbohidrat adalah zat yang harus dihindari dalam proses penurunan berat badan. Faktanya, untuk mendapatkan sarapan yang lebih bermanfaat, tubuh kita memerlukan karbohidrat yang cukup.
Karbohidrat dapat kita peroleh dari kentang, pisang, biji-bijian, singkong, jagung, dan nasi yang sehari-hari menjadi makanan pokok kita pun, kaya akan karbohidrat. Pilihan lain juga dapat Anda temukan pada Oat dan serealia, terutama bagi Anda yang ingin berdiet. Dengan mengonsumsi karbohidrat yang cukup, dan diimbangi bersama zat penting lainnya, maka tubuh kita akan senantiasa sehat dan bugar.
2. Nutrisi
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapat dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Nutrisi banyak terkandung di dalam buah-buahan seperti stroberi, apel, pir, dan pepaya. Tak hanya buah, sayuran pun memiliki kandungan nutrisi yang sangat kaya. Sehingga, agar menjadi kesatuan yang sempurna, tambahkan sayur dan buah-buahan di dalam menu sarapan Anda.
3. Protein
Zat yang satu ini, sangat berguna bagi Anda yang sedang menjaga porsi makan. Pasalnya, protein membuat perut kita senantiasa kenyang, sehingga nafsu makan lebih terkontrol. Sumber protein dapat kita peroleh dari biji-bijian, kentang, susu, dan juga telur. Dengan mengonsumsi protein yang cukup, akan sangat menguntungkan bagi kinerja tubuh dan otak kita. Sehingga untuk memenuhi kadar protein kita, telur dan ayam panggang sangat dianjurkan sebagai menu sarapan di pagi hari.
4. Lemak dan Omega-3
Pernahkah Anda bayangkan bahwa nilai gizi sebuah telur bukan hanya terdapat pada putihnya saja, tapi kuning telur juga mengandung banyak manfaat bagi tubuh kita. Telur merupakan makanan yang tinggi akan kandungan kolesterol rata-rata 200 mg/butir dan mengandung Asam Omega-3. Namun banyak dari mereka menghindari kuning telur, karena dianggap memiliki kandungan protein hewani tinggi, yang dapat mengakibatkan kolesterol. Akan tetapi, selama kita mengonsumsi telur dengan seimbang, yakni 1-2 butir per hari, telur tetap dianjurkan sebagai pilihan sehat dalam menu sarapan sehari-hari.
Jadi, lebih bijaklah dalam memilih menu sarapan sehari-hari Anda. Dengan mengonsumsi asupan secara seimbang, olahraga teratur, dan memperbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hari, maka tubuh kita akan lebih sehat dan segar sepanjang hari.

sumber :KapanLagi.com -

Awas! Alkohol Bukan untuk Luka




Apa yang biasa Anda lakukan saat si kecil jatuh dari sepeda dan lututnya berdarah? Kebanyakan ibu langsung mencari alkohol untuk membersihkan luka tersebut. Meskipun anak Anda mengeluh perih, dengan yakin Anda berkata bahwa cara tersebut sudah yang paling manjur menyembuhkan luka. Padahal tak jarang cara-cara tersebut hanyalah mitos. Alkohol selama ini diyakini mampu mensterilkan area luka dan mempercepat proses penyembuhan luka. Hmm.. apa benar begitu?
Faktanya, menggunakan alkohol atau hydrogen peroxide untuk membersihkan luka justru akan merusak jaringan kulit dan menghambat proses penyembuhan. Memang benar alkohol dapat membantu membunuh bakteri, tapi tidak hanya bakteri saja yang terbunuh melainkan juga sel-sel di sekitar area luka. Itulah kenapa, sebenarnya, proses penyembuhan luka malah akan bertambah lama. Bagaimana kulit baru dapat tumbuh dengan cepat kalau sel-selnya mati? Jika Anda mengaku alkohol membantu luka sembuh dengan cepat, mungkin itu sekadar sugesti Anda saja.
Cara terbaik membersihkan luka kecil adalah membasahinya dengan air mengalir dan sabun biasa (tak perlu menggunakan sabun antiseptik khusus). Lalu keringkan luka setidaknya lima menit untuk menghilangkan kotoran, serpihan benda asing, dan berikan salep antibiotik untuk menghindari infeksi dari bakteri. Namun untuk luka yang menganga lebar, dalam, dan terus menerus berdarah harus diobati oleh orang yang ahli.
Dr.Oz di acara OPRAH SHOW juga mengingatkan masyarakat untuk mengganti alkohol dengan 'air garam hangat'. Larutkan garam dalam air bersuhu hangat dan basuh kaki Anda dengan air tersebut. Air garam mampu membunuh kuman-kuman di area luka dan ternyata sel-sel di tubuh kita pun 'menyukai' kandungan garam tersebut. Jika sudah begitu, dipastikan proses kesembuhan juga akan berlangsung lebih cepat.
Nah, ternyata cara terbaik menangani luka justru datang dari hal-hal mudah di sekitar kita. Cukup dengan air, sabun, dan garam saja Anda mampu menjadi perawat bagi si kecil yang cedera. Untungnya lagi, kini Anda tak perlu repot mendiamkan anak Anda yang berteriak histeris saat alkohol menyentuh lukanya

sumber : KapanLagi.com

Kenali Anhidrosis, Aktivitas Tanpa Keringat

KapanLagi.com - Oleh: Team DuniaFitnes


Keringat adalah cairan yang keluar melalui seluruh permukaan kulit tubuh (pori-pori) dengan tujuan untuk mendinginkan dan mengeluarkan panas dari tubuh akibat kerja fisik yang berat. Keringat yang sempurna biasanya keluar dan muncul ketika kulit seseorang terlihat berkilauan dan basah.
Perhatikan! Keringat Anda harus keluar secara lancar dan normal, karena dengan keringat memungkinkan tubuh melepaskan panas. Akan berbahaya jika keringat Anda abnormal, karena panas akan tertahan dalam tubuh dan bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Apa Itu Anhidrosis?
Anhidrosis adalah suatu kondisi medis di mana tubuh tidak mampu memproduksi keringat atau tubuh tidak mampu berkeringat dalam keadaan yang panas. Kondisi ini terjadi tanpa disadari. Mungkin Anda baru menyadarinya setelah melakukan aktivitas fisik yang berat dan menguras energi, tetapi Anda tetap tidak berkeringat. Cobalah untuk lebih waspada terhadap kondisi ini.
Anhidrosis tergolong kelainan yang sulit untuk didiagnosa. Gangguan anhidrosis ringan bisa muncul akibat sejumlah faktor seperti trauma kulit, penyakit tertentu, dan akibat konsumsi obat-obatan tertentu. Sebenarnya penyebab dari anhidrosis sampai saat ini belum bisa dipastikan oleh para ahli kesehatan.
Penyebab Berkurangnya Keringat
Berikut ini adalah beberapa penyebab mengapa keringat yang keluar dari tubuh Anda berkurang:
1. Secara neurologis, bisa disebabkan oleh cedera kepala, stroke akibat panas, histeria, dan masalah bedah saraf seperti sindrom Guillain-Barre.
2. Penyakit kulit yang menutup kelenjar keringat seperti miliaria, contact dermatitis.

3. Penyakit bawaan yang menyebabkan tidak adanya kelenjar keringat dalam tubuh.

4. Beberapa jenis obat seperti obat antipsikotik untuk mengobati gangguan mental, antiperspirant topikal yang mengandung aluminium sulfat, serta antikolinergik, seperti atropin dan skopolamin.

5. Trauma pada kelenjar keringat seperti dermatitis exfoliative.

6. Luka bakar.

7. Diabetes.

8. Dehidrasi.

9. Bayi yang baru lahir dan bayi prematur biasanya mengalami anhidrosis sementara karena sistem sarafnya belum sempurna.
Tanda dan Gejala Anhidrosis
1. Keringat yang keluar sangat sedikit atau bahkan tidak ada.

2. Pusing.

3. Kram otot dan merasa lemah.

4. Jantung berdebar cepat.

5. Hingga yang paling parah mengalami halusinasi, koma atau kematian.
Mengatasi Anhidrosis
Temukan dan obati penyebabnya, baru kemudian Anda bisa melakukan pengobatan dan pemulihan. Jika obat yang Anda gunakan menyebabkan anhidrosis, segera hentikan pemakaian dan hubungi dokter untuk meminta obat lainnya. Hal ini juga penting sebagai langkah untuk mencegah kelelahan dan stroke akibat panas, serta dehidrasi. Berikut adalah cara-cara sederhananya:
  • Minum air sebanyak mungkin secara rutin.

  • Minum jus buah atau minuman olahraga yang mengandung elektrolit.

  • Latihan ketika tubuh dingin.

  • Pilih pakaian yang tepat dan sesuai dengan kondisi cuaca.

  • Kenakan topi saat berada di luar ruangan.

  • Perhatikan tubuh Anda: Jangan abaikan gejala stres saat panas seperti kram otot, mual, pusing atau rasa lemah.

  • Pijat otot yang tegang dengan lembut.

  • Dapatkan perawatan medis jika kram semakin memburuk atau tidak hilang dalam waktu sekitar satu jam.

  • Pindahkan ke dalam ruang yang teduh atau ber-AC.

  • Atasi stroke akibat panas, dengan menempelkan tas khusus berisi es di leher, pangkal paha dan kepala.

  • Hindari minum kafein atau alkohol karena dapat menyebabkan dehidrasi.

  • Kontrol tingkat aktivitas Anda secara cermat.

  • Jangan mengenakan pakaian yang berlapis banyak saat cuaca dingin.

  • Hindari makanan panas.

Untuk mengobati kondisi ini, Anda hanya perlu menemukan penyebabnya dan kemudian mengobatinya. Langkah-langkah untuk mencegah dehidrasi, stroke akibat panas dan kelelahan akibat panas juga harus dilakukan dengan seksama. Nah, sekarang Anda sudah mendapatkan informasi mengenai anhidrosis. Apakah Anda mengalaminya? Atau mungkin orang di sekitar Anda mengalami anhidrosis? Sampaikan isi artikel ini pada mereka.  

Source: http://duniafitnes.com

Kamis, 29 September 2011

METABOLISME XENOBIOTIK


Dr. Suparyanto, M.Kes

APA ITU XENOBIOTIK

  • Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing
  • Xenobiotik adalah zat asing yang masuk dalam tubuh manusia
  • Contoh: obat obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat karsinogen lainya

MENGAPA XENOBIOTIK DI METABOLISME

  • Xenobiotik umumnya tidak larut air, sehingga kalau masuk tubuh tidak dapat diekskresi
  • Untuk dapat diekskresi xenobiotik harus dimetabolisme menjadi zat yang larut, sehingga bisa diekskresi
  • Organ yang paaling berperan dalam metabolisme xenobiotik adalah hati
  • Ekskresi xenobiotik melalui empedu dan urine

METABOLISME XENOBIOTIK

  • Metabolisme xenobiotik dibagi 2 fase
  • Fase Hidroksilasi dan Fase Konjugasi
  • Fase Hidroksilasi → fase mengubah xenobiotik aktif menjadi inaktif
  • Fase konjugasi → fase mereaksikan xenobiotik inaktik dengan zat kimia tertentu dalam tubuh menjadi zat yang larut, sehingga mudah diekresi baik lewat empedu maupun urine

  • Fase Hidroksilasi → fase mengubah xenobiotik aktif menjadi inaktif, oleh enzim Mono oksidase atau Sitokrom P450
  • Enzim Sitokrom P450 terdapat banyak di Retikulum Endoplasma
  • Fungsi enzim ini adalah sebagai katalisator perubahan Hidrogen (H) pada xenobiotik menjadi gugus Hidroksil (OH)

  • Reaksi Hidroksilasi oleh enzim Sitokrom P450 adalah sbb:
  • RH + O2 → R-OH + H2O
  • Sitokrom P450 merupakan hemoprotein seperti Hemoglobin, banyak terdapat pada membran retikulum endoplasma sel hati
  • Pada beberapa keadaan produk hidroksilasi bersifat mutagenik atau karsinogenik

  • Fase konjugasi → fase mereaksikan xenobiotik inaktik dengan zat kimia tertentu dalam tubuh menjadi zat yang larut, sehingga mudah diekskresi baik lewat empedu maupun urine
  • Zat dalam tubuh yang biasa dipergunakan untuk proses konjugasi adalah: asam glukoronat, sulfat, acetat, glutation atau asam amino tertentu

  • Glukuronidasi: proses menkonjugasi xenobiotik dengan asam glukorunat, dengan enzim glukuronil transferase
  • Xenobiotik yang mengalami glukorunidasi adalah: asetilaminofluoren (karsinogenik), anilin, asam benzoat, meprobamat, fenol dan senyawa steroid

  • Sulfasi: proses konjugasi xenobiotik dengan asam sulfat, dengan enzim sulfotransferase
  • Xenobiotik yang mengalami sulfasi adalah: alkohol, arilamina, fenol
  • Konjugasi dengan Glutation, yang terdiri dari tripeptida (glutamat, sistein, glisin) dan biasa disingkat GSH, menggunakan enzim glutation S-transferase atau epoksid hidrolase
  • Xenobiotik yang berkonjugasi dengan GSH adalah xenobiotik elektrofilik (karsinogenik)

  • Metabolisme xenobiotik kadang disebut proses detoksifikasi, tetapi istilah ini tidak semuanya benar, sebab tidak semua xenobiotik bersifat toksik
  • Respon metabolisme xenobiotik mencakup efek farmakologik, toksik, imunologik dan karsinogenik

METABOLISME XENOBIOTIK OBAT

  • Pada metabolisme obat, pada obat yang sudah aktif → metabolisme xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat aktif menjadi inaktif, sedang paa obat yang belum aktif → metabolisme xenobiotik fase 1 berfungsi mengubah obat inaktif menjadi aktif

RESPON METABOLISME XENOBIOTIK


  • Respon metabolisme xenobiotik dapat menguntungkan karena metabolit yang dihasilkan menjadi zat yang polar sehingga dapat diekskresi keluar tubuh
  • Respon metabolisme xenobiotik dapat merugikan karena:
  • Berikatan dengan makromolekul dan menyebabkan cidera sel
  • Berikatan dengan makromolekul menjadi hapten → merangsang pembentukan antibodi dan menyebakan reaksi hipersensitivitas yang berakibat cidera sel
  • Berikatan dengan makromolekul menjadi zat mutan yang menyebakan timbulnya sel kanker

REFERENSI

  1. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry
  2. Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC
  3. Wirahadikusumah, 1985, Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid, Bandung, ITB
  4. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI
  5. Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta
  6. Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasr-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press
  7. dr-suparyanto.blogspot.com

PEMERIKSAAN AIR SENI (URINE ANALYSIS)


 Dr, Suparyanto, M.Kes

JENIS URINE
   
  • Urine sewaktu: urine yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan (sewaktu-waktu)
  • Untuk pemeriksaan warna, kejernihan, bilirubin, pH

  • Urine pagi: urine yang dikeluarkan pd waktu pagi hari setelah bangun tidur
  • Untuk pemeriksaan: berat jenis, protein, sedimen

PENGAMBILAN URINE

WADAH
  • Bermulut lebar dan dapat ditutup rapat
  • Harus bersih dan kering
  • Wadah diberi label: nama, nomor dan tanggal


VOLUME
  • 20 ml, kecuali untuk berat jenis = 50 ml
  • Harus segera diperiksa, jika ditunda simpan di lemari es (4oC), atau dalam termos es

WARNA URINE

Prinsip:
  • warna urine diuji pada ketebalan 7-10cm dengan cahaya tembus

Tujuan:
  • mengetahui warna urine

Persiapan:
  • Px dilarang makan/minum obat yang memberi warna urine: B-komplek, rifampisin, piramidon dll

Alat yang diperlukan: tabung reaksi

Cara pemeriksaan:
  • Isi tabung reaksi dengan urine ¾ nya
  • Dilihat dlm posisi miring dng penerangan matahari

Pelaporan:
  • Tidak berwarna, kuning muda, kuning kemerahan, putih susu
  • Nilai normal: kuning muda – kuning tua

KEJERNIHAN

  • Prinsip: memeriksa kejernihan urine secara langsung
  • Tujuan: menentukan apakah urine telah keruh pada saat dikeluarkan atau setelah didiamkan
  • Persiapan: pasien jangan terlalu banyak makan protein

Cara pemeriksaan:
  • Masukan urine kedlm tabung reaksi, ¾ nya
  • Dilihat dng latar belakang hitam, dengan sinar matahari
  • Dilihat kejernihanya, apakah ada kekeruhan

  • Pelaporan: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh
  • Nilai normal: Tidak berwarna/jernih

PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE

  • Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer
  • Tujuan: mengetahui kepekatan urine
  • Alat yang diperlukan:
  1. Urinometer
  2. Gelas ukur 50 ml
  3. Termometer 0o-50oc

Cara pemeriksaan:
  • Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer, kemudian baca suhu kamar
  • Tuang urine ke gelas ukur 50 cc
  • Masukan urinometer kedlm gelas ukur, usahakan bebas terapung
  • Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)

Perhitungan:
  • Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi → perbedaan 3oC, suhu kamar melebihi sushu tera → berat jenis ditambah 0,001, dibawahnya dikurangi 0,001
  • Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC → urinometer 1,004 → berat jenis urine 1,004 + 0,001 = 1,005
  • Nilai normal: 1,003 – 1,030

PEMERIKSAAN DERAJAT KEASAMAN URINE

  • Prinsip: perubahan warna kertas lakmus dalam suasana keasaman tertentu
  • Tujuan: mengetahui pH urine
  • Alat yang dipakai: kertas lakmus merah – biru

Cara pemeriksaan:
  • Kertas lakmus merah atau biru dibasahi urine
  • Tunggu 1 menit, perhatikan perubahan warna yang terjadi
Pelaporan:
  • Urine asam: lakmus biru → merah
  • Urine basa: lakmus merah → biru
  • Urine netral: lakmus merah/biru tidak berubah warna

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

  • Prinsip: Berat jenis unsur organik – anorganik > BJ urine → dengan sentrifuge zat-zat tsb akan mengendap
  • Tujuan: menentukan unsur sedimen organik – anorganik dlm urine secara mikroskopis
  • Persiapan px: dilarang makan obat sulfa

Cara pemeriksaan:
  • Kocok urine dalam botol agar sedimen merata
  • Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 –15 cc → sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm
  • Tuang bagian atas urine → tinggal 0,5 – 1 cc → kocok kembali sedimen
  • Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass → periksa dibawah mikroskop

Hasil yang mungkin ditemukan:
  • Sel epitel, eritrosit, lekosit, silinder, kristal, jamur, trikomonas, spermatozoa
Nilai normal:
  • Eritrosit: 0 – 1 / LP
  • Leukosit: 0 – 3 / LP
Lain lain:
  • + : bila jumlahnya sedikit
  • ++ : bila jumlahnya banyak
  • +++ : bila jumlahnya banyak sekali

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE

  • Prinsip: terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisilat
  • Tujuan; menentukan adanya protein dalam urine
  • Alat yang diperlukan:
  1. Tabung reaksi dan rak
  2. Pipet

Cara pemeriksaan:
  • 2 tabung reaksi A & B diisi urine 2cc
  • Tabung A + 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % → goyang perlahan agar campur
  • Kekeruhan dilihat dengan latar belakang gelap, bandingkan dengan tabung B

Hasil:
  1. Negatif : tidak ada kekeruhan
  2. Positif + : kekeruhan ringan tanpa butiran
  3. Positif ++ : kekeruhan dengan butiran
  4. Positif +++ : kekeruhan dengan kepingan
  5. Positif ++++ : kekeruhan dengan gumpalan

PEMERIKSAAN BILIRUBINE URINE

  • Prinsip: oksidasi pigmen empedu oleh asam → biliverdin (hijau) atau bilisianin (biru) atau choletelin (ungu)
  • Tujuan; mengetahui adanya bilirubin dalam urine
  • Persiapan px; dilarang minum obat pyridin

Alat yang digunakan:
  1. Corong kaca,
  2. Kertas saring,
  3. Tabung reaksi dan rak
  4. Reagen:
  5. Barium klorit 10 %
  6. Reagen Fouchet

Cara pemeriksaan
  • Masukan urine dlm tabung reaksi 5cc + 5cc barium klorit 20 %
  • Campur lalu saring dengan kertas saring
  • Kertas saring dengan endapan dikeringkan


  • Tetesi endapan dengan reagen fouchet 2-3 tetes
  • Perhatikan perubahan warna
  • Hasil:
  • Positif : ada warna hijau
  • Negatif : tidak ada warna hijau

PEMERIKSAAN REDUKSI URINE

  • Prinsip: glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis → terjadi perubahan warna dari hijau → merah
  • Tujuan: menentukan adanya glukose dalam urine
  • Persiapan px:
  • Dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin → memberi hasil positif palsu

Alat yang digunakan:
  1. Tabung reaksi
  2. Pipet
  3. Lampu spiritus
  4. Penjepit tabung
  5. Reagen:
  6. Fehling
  7. Benedict

Cara pemeriksaan (Metode Benedict):
  • Masukan 2,5cc reagen benedict kedlm tabung reaksi
  • Tambahkan urine 4 tetes
  • Panaskan dalam air mendidih 5 menit atau dengan api spiritus 2 menit, jaga jangan sampai mendidih
  • Angkat tabung dan baca hasilnya

Hasil:
  1. Negatif : tetap biru atau kehijauan
  2. Positif +: hijau kekuningan keruh
  3. Positif ++: kuning keruh
  4. Positif +++: Jingga atau lumpur keruh
  5. Positif ++++: Merah bata keruh

PEMERIKSAAN GALLI MAININI TEST

  • Prinsip: menemukan spermatozoa dlm urine katak jantan yg dirangsang oleh HCG urine
  • Tujuan: mengetahui kehamilan dng menggunakan katak jantan
  • Persiapan: katak jantan yg dipergunakan tidak boleh mengandung sperma → dng pipet diambil cairan di lubang pengeluaran → periksa mikroskop → jika ada sperma tidak boleh dipakai

Alat yg digunakan:
  • Spuit 5cc, Kaca obyek, Mikroskop
Cara pemeriksaan:
  • Urine 5cc disuntikan sc di perut 1 ½ cm didepan cloaca → lepas ditoples berisi air
  • 1 jam kmdn → periksa urine katak, jika tdk ada sperma → periksa 1 jam lagi
  • Jika ada sperma GM (+), jika tidak GM (-)

PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN IMUNOLOGIK

  • Tujuan: untuk mengetahui kehamilan dengan tes serologi
  • Prinsip:
  1. Reaksi hambatan aglutinasi antara antibodi HCG dengan lateks (reagen) oleh HCG
  2. Lateks akan diendapkan oleh antibodi HCG
  3. Adanya HCG bebas dalam urine → antibodi akan dinetralkan → sehingga pengendapan tidak terjadi

Alat yg diperlukan:
  • Kaca obyek, pipet, pengaduk
Reagen:
  • Antibodi HCG serum, HCG-lateks (antigen)
Cara pemeriksaan:
  • 1 tetes urine + 1 tetes anti serum → pada kaca obyek →aduk
  • Tambah 1 tetes antigen → goyang → baca
Hasil
  • Positif: tidak ada penggumpalan
  • Negatif: ada penggumpalan

REFERENSI

  1. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry
  2. Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC
  3. Wirahadikusumah, 1985, Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid, Bandung, ITB
  4. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI
  5. Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta
  6. Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasr-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press
  7. Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,Jakarta,Depkes

Rabu, 28 September 2011

FISIOLOGI CAIRAN TUBUH


Dr. Suparyanto, M.Kes

Cairan Tubuh
  • Sel organisme multiseluler (manusia) hidup dalam lautan cairan yang dibungkus oleh kulit organisme tsb → Cairan Ekstra Sel (CES)
  • Semua sel organisme multiseluler perlu nutrisi dan O2 dari CES
  • Semua sel organisme multiseluler membuang sisa metabolisme kedalam CES
  • Tugas CES adalah menyediakan nutrisi sel dan membersihkan sisa metabolisme sel, juga merupakan medium transport substansi kimia/transmisi impuls dari satu sel ke sel yang lain
  • CIS : merupakan medium reaksi kimia (aktivitas biokimiawi sel)

Sel dan Cairan Tubuh



Kehidupan Sel



Komposisi Cairan
  • Cairan tubuh terdiri ± 57 % BB → terdiri dari : CIS=70% dan CES=30%
  • Cairan Intra Seluler ( CIS ): Cairan yang terletak didalam sel tubuh
  • Cairan Ekstra Seluler (CES ): Cairan yang terletak diluar sel tubuh
  • CES atau Cairan Interstisial: cairan yang terdapat pada celah antar sel, terdiri: Plasma darah, Cairan serebrospinal, Cairan limfe, Cairan intraokuler, Cairan persendian, Cairan gastrointestinal

Komposisi Mineral



Darah
  • Volume darah : ± 1/13 BB
Komposisi darah terdiri :
  • Sel darah merah ( Eritrosit )
  • Sel darah putih ( Leukosit )
  • Trombosit
  • Plasma darah

Beda Serum dan Plasma Darah
  • Jika darah dibiarkan invitro maka akan terjadi pembekuan, dan diatas bekuan timbul cairan jernih yang disebut : Serum
  • Jadi perbedaan serum dan plasma darah terletak pada ada tidaknya sistem pembekuan darah.
  • Plasma → mengandung sistem pembekuan darah, serum tidak

Hematokrit
  • Hematokrit darah : adalah persentase darah yang berupa sel.
  • Hematokrit 40 berarti 40 % dari volume darah adalah sel, sedang sisanya plasma.
  • Harga normal pria : 42, wanita : 38

Eritrosit
  • Bentuk eritrosit diskus bikonkaf dengan diameter 8,6 µm
  • Mengandung haemoglobin (Hb) yaitu suatu protein yang mengandung zat besi dan karbonik anhidrase (suatu enzim yang terlibat dalam transport O2)
  • Jumlah normal :
  • pria : 4,5 juta – 5,5 juta / mm2, dan
  • wanita : 4 juta – 5 juta / mm2

Fungsi Eritrosit
  • Fungsi eritrosit adalah mengangkut O2 dari paru ke seluruh sel tubuh, sedang CO2 juga diangkut oleh eritrosit dan plasma darah.
  • Daya angkut O2 tersebut akibat Hb mempunyai afinitas terhadap O2, dimana 1 g Hb mampu mengangkut 1,34 cc O2, atau 100 cc darah mengangkut 20 cc O2
  • Harga normal Hb : pria : 13 – 16 g%, sedang wanita : 12 – 14 g%

Metabolisme Eritrosit
  • Umur eritrosit adalah 120 hari
  • Eritrosit mati → mengalami destruksi di limpa → hemoglobin → haem + globin
  • Haem → besi + porfirin, zat besi digunakan untuk membentuk eritrosit baru
  • Porfirin → bilirubin → mewarnai urine (urobilin) dan feses (sterkobiline)
  • Tempat pembuatan sel eritrosit adalah: sumsum tulang, limpa dan hepar

Leukosit Granular



  • Neutrofil : granula tidak berwarna
  • Eosinofil : granula berwarna merah pada pewarnaan asam
  • Basofil : granula berwarna biru pada pewarnaan basa

Leukosit Agranular



  • Monosit : merupakan sel besar dengan bentuk nukleus oval atau seperti ginjal
  • Limfosit : mempunyai nuleus yang besar dan mengisi hampir seluruh sel

Hitung Jenis Leukosit
Harga normal hitung jenis leukosit :
  • Basofil : 0 – 1 %
  • Eosinofil: 2 – 4 %
  • Batang : 1 – 5 %
  • Segmen: 51 – 67 %
  • Limfosit : 20 – 30 %
  • Monosit: 2 – 6 %

Fungsi Leukosit
  • Granulosit dan monosit berfungsi untuk:
  • Melindungi tubuh terhadap invasi organisma dengan cara memakanya yang disebut : fagositosis, dan
  • Mampu menembus dinding pembuluh darah melalui pori pori yang disebut proses diapedesis
  • Limfosit berfungsi untuk proses kekebalan (imunitas seluler)

Tempat Pembuatan Leukosit
  • Granulosit dan monosit dibuat di sumsum tulang
  • Limfosit dibuat di : kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil

Sel Darah



Trombosit
  • Trombosit berasal dari sel megakariosit yang pecah menjadi bagian kecil kecil yang disebut platelet atau trombosit
  • Megakariosit berasal dari sel meiloblast yang juga merupakan induk sel leukosit.
  • Harga normal : 200.000 – 400.000 / mm2
  • Trombosit berfungsi sebagai sistem pembekuan darah

Mekanisme Pembekuan Darah
  • Proses pembekuan darah →melalui 3 tahap :
  • Suatu zat yang dinamakan aktivator protrombin terbentuk akibat robeknya pembuluh darah atau rusaknya darah itu sendiri
  • Aktivator protrombin mengaktifkan perubahan protrombin menjadi trombin
  • Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi benang benang fibrin yang menyaring sel sel daah merah dan plasma untuk membentuk bekuan itu sendiri.

Skema Mekanisme Pembekuan Darah



Plasma Darah
  • Air : 91-92 %
  • Protein plasma terdiri : albumin, globulin, fibrinogen, protrombin
  • Albumin : 4,5 g%, berfungsi menyebabkan tekanan osmotik pada membran kapiler, dan mencegah cairan plasma keluar dari kapiler masuk kedalam ruang interstitial.
  • Jika kadar albumin rendah (hipoalbumin) → tekanan osmotik rendah → cairan darah masuk jaringan → udem

  • Globulin : 2,5 g%, terdiri globulin α, β, γ
  • Globulin α, βberfungsi untuk mengangkut protein yang dapat bergabung denganya
  • Globulin γ berfungsi membentuk antibodi.
  • Fibrinogen : 0,3 g%, berfungsi untuk proses pembekuan darah
  • Protrombin : berfungsi untuk proses pembekuan darah

  • Unsur anorganik : Na, K, Ca, Mg, Fe, I dll
  • Unsur organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, asam lemak, asam amino, enzim, hormon.

Golongan Darah


  • Golongan darah sistem ABO → diberi nama berdasarkan adanya aglutinogen (zat yang dibekukan) yang terdapat dalam permukaan eritrosit
  • Macam aglutinogen: A dan B
  • Aglutinogen tersebut akan menyebabkan aglutinasi dan hemolisis → jika bercampur dengan aglutinin anti-A (α) dan anti-B (β) yang terdapat dalam plasma darah
  • Aglutinin (zat yang membekukan) merupakan γ globulin

Reaksi Transfusi
  • Jika gol darah tidak sama → aglutinin anti-A akan menggumpalkan aglutinogen A yang terdapat dalam eritrosit
  • Begitu juga aglutinin anti-B menggumpalkan aglutinogen B
  • Sel yang menggumpal → beberapa jam → hari → difagositosis oleh leukosit

  • Jika gol darah tidak cocok → yang menggumpal adalah darah donor, bukan darah resipien, karena plasma darah donor (mengandung aglutinin) segera diencerkan oleh plasma resipien → tidak cukup untuk menggumpalkan aglutinogen resipien
  • Plasma resipien (mengandung aglutinin) dalam jumlah banyak → segera menggumpalkan aglutinogen donor

Reaksi Transfusi
  • Aglutinasi
  • Hemolisis
  • Icterus
  • Gagal ginjal: ( hemolisis → toksin → vasokonstriksi tubulus ginjal → gagal ginjal)

Imunologi
  • Imunologi: Ilmu yang mempelajari tentang sistem imun ( kekebalan ) tubuh
  • Sistem Imun → semua mekanisme perlindungan tubuh terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Sistem Imun dibagi 2 :
  • Sistem Imun alamiah / non spesifik / nature / innate
  • Sistem Imun didapat / spesifik / adaptif / acquired

Sistem Imun Non Spesifik
  • Sistem tersebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, tetapi berespon terhadap semua jenis antigen
  • Telah ada dan siap berfungsi sejak lahir, contoh: permukaan tubuh, selaput lendir dan berbagai komponen dalam tubuh (cairan vagina, lambung, saliva, air mata)

  • Sistem Imun non spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, oleh karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen.
  • Sedang sistem imun spesifik membutuhkan waktu (untuk mengenal antigen terlebih dahulu) sebelum dapat memberikan responya.

Contoh Sistem Imun Non Spesifik
  • Fisik: kulit, selaput lendir, batuk, bersin
  • Larutan: asam lambung, cairan vagina, saliva, air mata
  • Sel: monosit, basofil, neutrofil, eosinofil, makrofag

Sistem Imun Spesifik
  • Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik → menyebabkan sensitisasi sel sel sistem imun tersebut
  • Bila sel imun tersebut berpapar kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya (antibodi atau sel T).

Contoh:
  • Larutan: antibodi (sel B)
  • Seluler: sel T

Antigen
  • Bahan yang dapat merangsang respon imunologi atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada
  • Secara fungsional antigen dibagi dua : Imunogen dan Hapten
  • Imunogen → bahan yang dapat menimbulkan respon imun
  • Hapten → molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat merangsang pembentukan antibodi secara langsung

Antibodi
  • Adalah protein serum yang disebut Globulin, dan sekarang dikenal sebagai Imunoglobulin (Ig)
  • Imunoglobulin dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari porliferasi sel B akibat kontak dengan antigen
  • Ig terdiri dari α, β, γ dan yang terbanyak adalah γ globulin
  • Macam imunoglobulin adalah : Ig G, Ig A, Ig M, Ig E, Ig D

Hipersensitivitas
  • Hipersensitivitas : yaitu reaksi imune yang patologik, terjadi akibat respon imune yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh
Dibagi 4 tipe:
  • Hipersensitivitas tipe 1: disebut juga reaksi alergi
  • Hipersensitivitas tipe 2
  • Hipersensitivitas tipe 3
  • Hipersensitivitas tipe 4

Retikulo Endotelial Sistem (RES)
  • RES= Retikulo Endotelial Sistem → sistem organ yang berfungsi dalam perlindungan tubuh terhadap infeksi dengan cara memakan (fagositosis) benda asing dan bakteri
  • Yang termasuk RES → kelenjar limfe, limpa, hati dan sumsum tulang
  • RES berhubungan dengan limfosit dan organ pembentuk darah

Tugas Individu
  • Sebutkan foktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang berpengaruh dalam pembekuan darah
  • Jelaskan reaksi transfusi yg terjadi antar golongan darah (semuanya)

Selasa, 27 September 2011

Kunyah Lebih Lama Agar Tubuh Langsing


Kunyah Lebih Lama Agar Tubuh Langsing

-


Sedari kecil kita selalu diajarkan untuk mengunyah makanan dengan baik, setidaknya 32 kali untuk setiap suapan. Jika sebelumnya anjuran ini dikaitkan dengan kesehatan, kini hal tersebut semakin diperkuat dengan alasan kecantikan. Anda bisa langsing jika mengunyah makanan lebih lama.
Studi terbaru menunjukkan bahwa mengunyah makanan lebih lama bisa membuat Anda mengonsumsi kalori yang lebih sedikit. Mengunyah makanan sebanyak 40 kali membuat partisipan penelitian ini mengonsumsi kalori 12 persen lebih sedikit dari mereka yang mengunyah makanan 15 kali, seperti kebanyakan orang. Selain itu, tentu Anda tahu jika otak butuh waktu 20 menit untuk merasa kenyang, sehingga mengunyah lebih lama menjamin Anda tidak akan makan berlebihan.
Dikutip dari femalefirst, Jie Li dan koleganya dari harbin Medical University di China memberikan menu sarapan yang sama kepada 14 pria muda yang kelebihan berat badan, dan kepada 16 pria muda yang memiliki berat badan normal. Perlakuan ini untuk melihat apakah ada perbedaan pada cara mereka mengunyah makanan. Peneliti juga meneliti apakah mengunyah lebih lama membuat seseorang makan lebih sedikit dan apakah memengaruhi tingkat gula darah atau hormon penentu selera makan mereka.
Hasilnya, yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition, menemukan bahwa ada hubungan antara jumlah mengunyah dengan kadar sejumlah hormon yang memengaruhi otak untuk mulai makan dan berhenti makan. Lebih spesifik lagi, mengunyah lebih banyak menyebabkan penurunan kadar ghrelin, hormon yang merangsang selera makan, dan juga menaikkan level CCK, hormon yang diyakini bertugas mengurangi selera makan.

sumber :  KapanLagi.com

Senin, 26 September 2011

PEMERIKSAAN DARAH (BLOOD ANALYSIS)

Dr; Suparyanto, M.Kes

PENGAMBILAN SPESIMEN

  • Alat: pipet, spuit, lancet, tourniquet, kapas alkohol 70%
  • Wadah: tertutup, bersih, kering, berlabel
Cara pengambilan:
  • Dewasa: ujung jari tengah, manis
  • Anak: tumit, ibu jari kaki bag pinggir
  • Darah vena: vena cubiti
Antikoagulan:
  • EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) → 1½ mg/ml
  • Larutan Oxalat → 0,2 ml/ml darah

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI

  • Prinsip: Hb → asam hematin (oleh HCl) → warna as hematin dibandingkan dengan standart
  • Tujuan: menetapkan kadar Hb dlm darah
  • Reagen: lar HCl 0,1N, aquadest
Alat:
  1. Gelas berwarna sbg standart
  2. Tabung hemometer
  3. Pengaduk dari gelas
  4. Pipet Sahli, pipet Pasteur
  5. Kertas saring

Cara pemeriksaan:
  • Tab hemometer diisi lar HCl 0,1N → sampai tanda 2
  • Hisap darah kapiler dng pipet Sahli smpi tanda 20 μl
  • Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
  • Masukan darah kedalam tabung hemometer
  • Bilas darah dengan larutan HCl didlm tabung

Cara pemeriksaan:
  • Tunggu 5 menit → pembentukan as. Hematin
  • Tambah aquadest → sampai warna sama dengan standart → baca dalam gr/dl
Nilai Normal:
  • Laki-laki: 14 – 18 gr/dl
  • Wanita : 12 – 16 gr/dl

PEMERIKSAAN HITUNG LEUKOSIT

  • Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Turk → lalu dihitung jumlah leukosit dalam volume tertentu
  • Tujuan: menghitung jumlah lekosit dalam darah
  • Alat yg digunakan:
  1. Pipet leukosit
  2. Kamar hitung (Improved Neubauer)
  3. Mikroskop
  4. Counter tally
  5. Reagen: Larutan Turk

Cara pemeriksaan:
  • Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5
  • Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
  • Hisap lar. Turk sampai tanda 11
  • Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit
  • Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
  • Hitung leukosit dengan mikroscop → lap 1,3,7,9 → hasil x 50
  • Nilai Normal: 5.000 – 10.000 / mm3

PEMERIKSAAN HITUNG ERITROSIT

  • Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Hayem → lalu dihitung jumlah eritrosit dalam volume tertentu
  • Tujuan: menghitung jumlah eritrosit dalam darah
  • Alat yg digunakan:
  1. Pipet eritrosit
  2. Kamar hitung (Improved Neubauer)
  3. Mikroskop
  4. Counter tally
  • Reagen: Larutan Hayem

Cara pemeriksaan:
  • Hisap darah EDTA dng pipet eritrosit → sampai tanda 0,5
  • Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
  • Hisap lar. Hayem sampai tanda 101
  • Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit
  • Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
  • Hitung leukosit dengan mikroscop → lap A, B, C, D dan E → hasil x 10.000

Nilai Normal:
  • Pria : 4,5 – 5,5 juta/ mm3
  • Wanita : 4 – 5 juta/ mm3

PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT

  • Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Rees Echer → lalu dihitung jumlah trombosit dalam volume tertentu
  • Tujuan: menghitung jumlah trombosit dalam darah
  • Alat yg digunakan:
  1. Pipet eritrosit
  2. Kamar hitung (Improved Neubauer)
  3. Mikroskop
  4. Counter tally
  • Reagen: Larutan Rees Ecker

Cara pemeriksaan:
  • Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5
  • Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
  • Hisap lar. Rees Echer sampai tanda 101
  • Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit
  • Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
  • Hitung trombosit dengan mikroscop → lap 1,3,7,9 → hasil x 500
  • Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / mm3

PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH (LED)

  • Prinsip (Cara Westergren) →darah EDTA didiamkan dlm waktu tertentu, maka sel sel darah akan mengendap
  • Tujuan: Untuk mengetahui kecepatan eritrosit mengendap dalam waktu tertentu
  • Alat yang digunakan:
  1. Tabung Westergren
  2. Rak Westergren
  3. Penghisap
  4. Pencatat waktu
  5. Pipet berskala
  6. Spuit 5cc
  7. Botol kecil

  • Reagen: Natrium sitrat 3,8%
Cara Pemeriksaan:
  • Sediakan botol yang telah diberi 0,4cc Na Sitrat 3,8%
  • Hisap darah vena 1,6cc dan masukan kedalam botol yg telah diisi Na sitrat 3,8%
  • Campur baik-baik
  • Hisap campuran tsb kedlm tab Westergren → sampai tanda 0
  • Biarkan pipet tegak lurus dalam rak Westergren
  • Baca tingginya plasma selama 1 dan 2 jam
Nilai Normal
  • Laki-laki : 0 – 10 mm/jam
  • Wanita : 0 – 20 mm/jam

PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT

  • Prinsip: terdapat perbedaan daya serap terhadap zat asam
  • Tujuan: menghitung jumlah tiap-tiap jenis leukosit dalam darah
  • Alat yang digunakan:
  1. Mikroskop
  2. Obyek glass
  3. Lancet steril
  4. Pencatat waktu
  5. Rak pengecatan
  6. Rak pengering
  7. Minyak imersi
  8. Kaca penggeser
  9. Pinsil kaca

Reagen:
  • Larutan Wright
  • Larutan buffer pH 6,4
Cara Pemeriksaan
  • Buat hapusan darah tepi
  • Cat hapusan dengan lar. Wright → 2 menit
  • Tetesi dengan lar buffer sama banyak → selama 5 menit
  • Siram dengan aquadest
  • Keringkan dan baca dengan mikroskop

Harga Normal:
  1. Eosinofil : 1 – 3 %
  2. Basofil : 0 – 1 %
  3. Batang : 2 – 6 %
  4. Segmen : 50 – 70 %
  5. Limfosit : 20 – 40 %
  6. Monosit : 2 – 8 %

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO

  • Prinsip: aglutinasi sel darah merah dengan anti serum tertentu
  • Tujuan: untuk mengetahui golongan darah seseorang
  • Alat yang diperlukan:
  1. Obyek glass
  2. Lancet
  3. Kapas alkohol

Reagen:
  • Serum anti A, Serum anti B, Serum anti AB
Cara Pemeriksaan:
  • Taruh pada masing-masing obyek glass serum anti A, B dan AB
  • Tetesi serum dengan darah dan aduk
  • Lihat penggumpalan yang terjadi

Hasil:
GOL. DARAH ANTI A ANTI B
A      +      -
B      -      +
AB       +      +
O      -      -

WAKTU PERDARAHAN
(BLEEDING TIME)

Prinsip :
  • Ialah pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah (kapilaria) jumlah dan fungsi trombosit (ekstrinsik faktor)
Cara Pemeriksaan
  • Cuping telinga ditusuk pinset → dihitung sampai darah berhenti
Harga Normal : 1 – 7 menit

WAKTU PEMBEKUAN
(CLOTING TIME)

Prinsip :
  • Dengan pemeriksaan waktu pembekuan dapat dilihat adanya kelainan / kekurangan dari faktor intrinsik
Cara pemeriksaan
  • Darah dimasukan tabung reaksi → dihitung waktunya sampai beku
Harga Normal : 5 – 15 menit

PEMERIKSAAN PAPANICOLAOU SMEAR

Prinsip :
  • Mendeteksi adanya sel sel ganas pada hapusan sekret vagina / servik
Cara Pemeriksaan:
  • Px tidak boleh irigasi vagina, memasukan obat pervagina, tidak coitus 24 – 48 jam sebelumnya
  • Pemeriksaan dilakukan diantara waktu mens dengan posisi litotomi
  • Dengan spekulum, ambil permukaan servik dengan spatula → bahan difiksasi dlm obyek glass

Hasil:
  1. Kelas 1: tidak ada sel atipikal/abnormal
  2. Kelas 2: sel atipikal, tidak terbukti maligna
  3. Kelas 3: dugaan, tp tdk disimpulkan maligna
  4. Kelas 4: dugaan kuat maligna
  5. Kelas 5: kesimpulan maligna

PEMERIKSAAN JAMUR

Prinsip :
  • Larutan KOH 10 % atau 20 % akan melisiskan kulit, rambut, kuku sehingga bila mengandung jamur akan terlihat adanya Hypha atau spora
Cara pemeriksaan: dilihat dibawah mikroskop

PEMERIKSAAN SEREBRO SPINAL

  • Cairan serebro spinal diperoleh dari lumbal pungsi pada ruang antar lumbal L3-4 atau L4-5.
  • Tekanan pertama diukur, kemudian cairan diaspirasi dan dimasukan dalam tabung pemeriksaan yang steril.
  • Data analisa cairan spinal sangat penting dalam mendiagnosa penyakit medulla spinalis dan otak

Volume :
  • Bayi : 40 – 60 ml
  • Anak : 80 – 120 ml
  • Dewasa : 100 – 160 ml
S el Darah
     Putih / mm3      Merah / mm3
Neonatus      0.15       0.5
Anak      0.10      0.1
Dewasa      0.5      0.1

Chlorida :
  • Neonatus : 108 – 122 mmol / l
  • Dewasa : 112 – 130 mmol / l

Glukosa :
  • Neonatus : 1.1 – 2.2 mmol / l
  • Bayi/anak : 3.9 – 5.0 mmol / l
  • Dewasa : 2.8 – 4.4 mmol / l

  • Protein Total : 15 – 45 mg / 100 ml
  • Albumin : 52 %
  • Alpha 1 globulin : 5 %
  • Alpha 2 globulin : 14 %
  • Beta globulin : 10 %
  • Gamma globulin : 19 %

REFERENSI

  1. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry
  2. Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC
  3. Wirahadikusumah, 1985, Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid, Bandung, ITB
  4. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI
  5. Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta
  6. Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasr-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press
  7. dr-suparyanto.blogspot.com

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT


Dr. Suparyanto, M.Kes

Segitiga Epidemiologi
  • Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya
  • Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)

Segitiga Epidemiologi



  • Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan antara Host, Agent dan Environment
  • Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat

Faktor Host
  • Adalah faktor yang melekat pada Host
  • Genetik: DM, asma, hipertensi
  • Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
  • Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
  • Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
  • Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
  • Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
  • Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Faktor Agent
  • Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan
  • Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
  • Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
  • Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
  • Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

Faktor Environment
  • Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent
  • Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis (kota dan desa)
  • Biologis: flora dan fauna
  • Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir

Karakteristik Host
  • Resistensi: kemampuan Host untuk bertahan hidup terhadap infeksi (agent)
  • Imunitas: kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik didapat maupun alamiah
  • Infectiousness: potensi Host yg terinfeksi untuk menularkan penyakit yang diderita kepada orang lain

Karakteristik Agent
  • Infektivitas: kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan Host untuk mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host
  • Patogenesitas: kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis (penyakit) pada Host setelah infeksi
  • Virulensi: kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang menyebabkan kematian
  • Toksisitas: kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak jaringan Host
  • Invasivitas: kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam jaringan Host
  • Antigenisitas: kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host (membentuk antibodi)

Karakteristik Environment
  • Topografi: situasi lokasi tertentu (letak/posisi/peta), baik alamiah maupun buatan manusia, yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit tertentu (danau, sungai, hutan, sawah)
  • Geografis: keadaan yang berhubungan dengan permukaan bumi (struktur geologi, iklim, penduduk, flora, fauna) yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit tertentu (tanah pasir atau tanah liat)

Portal of Entry dan Portal of Exit
  • Portal of entry: pintu masuknya Agent kedalam Host contoh: oral, kulit, nafas, kemih
  • Portal of exit: pintu keluarnya Agent dari Host contoh: nafas, anal, darah, cairan tubuh
  • Transmisi: vektornya?
  • Bagaimana preventifnya?
  • Cuci tangan sebelum makan
  • Menolong partus memakai sarung tangan
  • Jangan meludah sembarang tempat

Kejadian Penyakit Dalam Komunitas
  • Endemis: penyakit yang menetap pada suatu tempat, populasi dan masyarakat tertentu (minimal 3 tahun berturut-turut)
  • Epidemi: terjadi peningkatkan penyakit melebihi normal (2 x lipat sebelumnya) di masyarakat  wabah
  • Pandemi: epidemi yang terjadi pada daerah yang sangat luas (mendunia)

Tugas Individu: buat makalah

  • Pendahuluan
  1. Latar Belakang
  2. Tujuan
  • Tinjuan Pustaka
  1. Faktor Agent
  2. Faktor Host
  3. Faktor Environment
  4. Port of entry and exit
  5. Transmisi
  • Pembahasan
  1. Pencegahan
  2. Pemberantasan
  3. Pengobatan/ Penatalaksanaan
  • Penutup
  1. Kesimpulan
  2. Saran

Referensi
  1. Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  2. Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  3. Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  4. Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  5. Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
  6. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB

UTEROTONIKA, OKSITOSIK


Dr. Suparyanto, M.Kes

OKSITOSIK/ UTEROTONIKA

  • Oksitosik atau uterotonika adalah obat yang merangsang kontraksi uterus
Oksitosik yang efektif:
  • Oksitosin dan derivatnya
  • Alkaloid ergot dan derivatnya
  • Prostaglandin semisintetik
Respon terhadap uterus bertingkat → mulai kontraksi uterus , ritmis sampai tetani
Anatomi Fisiologi Uterus
  • Uterus disarafi oleh: saraf kolinergik dari saraf pelvik dan saraf adrenegik dari ganglion hipogastrik
  • Respon uterus berbeda tergantung: spesies, pubertas (makin dewasa makin nyata), hamil (makin aterm makin nyata)
  • Mineral yang berpengaruh adalah: Na dan Ca

Alkaloid Ergot
  • Sumber: jamur gandum Clavicus purpurea
  • Ergot mengandung: alkaloid ergot dan zat lain ( karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin, basa amonium kuaterner)
  • Keracunan ergot dapat menyebabkan → abortus
  • Batas kontaminasi gandum oleh ergot adalah: < 0,3%

  • Alkaloid pertama yang ditemukan adalah: ergotoksin → merupakan campuran: ergokristin, ergokornin, alfa ergokriptin dan beta ergokriptin
  • Ergotamin → senyawa paling kuat

Farmakokinetik Ergot
  • Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
  • Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
  • Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma → 2 kali lipat
  • Dosis ergotamin IM → 1/10 dosis oral → absorbsi di tempat suntikan lambat →reaksi perlu waktu 20 menit

  • Dosis ergotamin IV → ½ dosis IM → efek perangsangan uterus setelah 5 menit
  • Ekskresi ergotamin melalui: empedu → sedikit yang melalui urine
  • Pada pemberian oral → bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin, dan dieliminasi lebih lambat

Macam Alkaloid ergot:
  • Ergotamin (alkaloid asam amino)
  • Dihidroergotamin (dehidro alkaloid asam amino)
  • Ergonovin (alkaloid amin)

Efek pada uterus:
  • Semua alkaloid ergot → meningkatkan kontraksi uterus secara nyata
  • Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani
  • Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan
  • Sediaaan ergot paling kuat: ergonovin

Efek Kardiovaskuler:
  • Menyebabkan vasokontriksi perifer
  • Pembendungan dan trombosis pada gangren dapat terjadi akibat vasokontriksi
  • Efek paling kuat: ergotamin, sedang (dihidroergotamin), tidak berefek (dihidroergotoksin)

Efek Arkaloid Ergot



Efek Samping Ergot
  • Toksik → keracunan akut dan kronik
  • Paling toksik → ergotamin
  • Gx keracunan: mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar
  • Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg parenteral
  • Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah
  • Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

Indikasi Ergot
  • Uterotonika dan pengobatan Migren
  • Migren → etiologinya multifaktor (emosi, stress fisik, diet, hormonal)
  • Pemberian analgesik perlu dicoba dulu sebelum ergotamin (toksik)
  • Ergotamin menghilangkan 95% migren dan 15% sakit kepala lainya
  • Dosis: 0,25-0,5 mg SK atau IM

Kontraindikasi Ergot
  • Dapat menyebabkan gangren → tidak boleh diberikan pada penderita:
  • Sepsis
  • Penyakit pembuluh darah (arterosklerosis)
  • Penyakit pembuluh darah koroner
  • Tromboflebitis
  • Penyakit hati dan ginjal

Sediaan Ergot
  • Ergotamin tatrat:
  • Tablet oral 1 mg
  • Tablet sublingual 2 mg
  • Injeksi 0,5 mg/ml ampul 1ml

Ergonovin maleat:
  • Tablet oral 0,2 mg
  • Injeksi 0,2 mg/ml

Metilergonovin maleat (Methergin)
  • Tablet oral 0,2 mg
  • Injeksi 0,2 mg/ml

Metisergid maleat
  • Tablet oral 2 mg

Ergotarmin tartrat
  • Supositoria 1-2mg dengan kofein 100mg

OKSITOSIN DAN EKSTRAK HIPOFISIS POSTERIOR

  • Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup kuat
  • Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan oksitosin
  • Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan

Farmakologi Oksitosin
Efek pada Uterus:
  • Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus
  • Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun
  • Uterus imatur kurang peka thd oksitosin
  • Infus oksitoksin perlu diamati → menghindari tetani → respon uterus meningkat 8 x lipat pada usia kehamilan 39 minggu

Efek pada mamae:
  • Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → susu mengalir (ejeksi susu)
  • Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan

Efek Kardiovaskuler:
  • Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)
  • Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas menurun, takikardi dan curah jantung menurun

Farmakokinetik Oksitosin
  • Hasil baik pada pemakaian parenteral
  • Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut → Efektif untuk pemberian tablet isap
  • Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil aminopeptidase → berfungsi mengaktifkan oksitoksin → enzim tersebut berkurang setelah melahirkan, diduga dibuat oleh plasenta

Sediaan Oksitosin
  • Injeksi Oksitosin (Pitosin) 10 unit USP/ml IM atau IV
  • Semua sediaan sintetis, yang alam mahal
  • Semprot hidung: 40 unit USP/ml
  • Tablet sublingual: 200 unit USP

PROSTAGLANDIN

  • Ditemukan dalam ovarium, miometrium, darah mens
  • Post coitus juga ditemukan prostaglandin di vagina
  • Jenis prostaglandin adalah: PGE dan PGF
  • PGF → merangsang uterus hamil dan tidak hamil
  • PGE → merelaksasi uterus tidak hamil, dan merangsang kontraksi uterus hamil

Sediaan Prostaglandin
  • Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
  • Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
  • Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
  • Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV


Indikasi Prostaglandin
  • Induksi partus aterm
  • Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
  • Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
  • Induksi abortus terapeutik
  • Uji oksitosin
  • Menghilangkan pembengkakan mamae

OKSITOSIN

Farmakokinetik:
  • Absorpsi: baik lewat mukosa hidung
  • Distribusi: PP rendah
  • Metabolisme: t ½ 1 – 9 menit
  • Eliminasi: ginjal

Farmakodinamik:
  • IM: mula 3 – 5 menit, P: TD, L: 2 – 3 jam
  • IV: M: segera, P: TD, L: 1 jam
  • Inhal: M: menit, P: TD, L: 20 menit

  • Efek terapeutik: induksi persalianan, mengeluarkan ASI
  • Efek samping: hipo/hipertensi, mual, muntah, konstipasi, berkurangnya aliran darah uterus, ruam kulit, anoreksia
  • Reaksi merugikan: kejang, intoksikasi air, perdarahan intrakranial, disritmia, asfiksia, janin: ikterus, hipoksia

  • Kontraindikasi: toksemia, disproporsi sefalofelfik, distres janin, hipersensitivitas, persalianan non vaginal yg telah diantisipasi, kehamilan (intranasal)
  • Interaksi: vasopresor, anestetik siklopropan

PROSES KEPERAWATAN OKSITOSIN

Pengkajian
  • Kaji data dasar sebelum infus: nadi, TD, aktivitas uterus, DJJ
  • Ergonovin dan metilergonovin dapat menyebabkan vasokontriksi → hipertensi
  • Resiko trombosis jika berbaring setelah post partum

Intervensi
  • Sediakan magnesium sulfat → mengantisipasi hipertonisitas, juga O2
  • Awasi tanda ruptur uteri (sangat jarang) yang berupa tambahnya rasa nyeri mendadak, kontraksi hilang, DJJ hilang, perdarahan, syok hipovolemik yang sangat cepat

Penyuluhan
  • Obat diberikan per infus (drip) untuk menyesuaikan dosis
  • Akan merasakan kram perut, juga efek analgesik
  • Jangan merokok → meningkatkan vasokonstriksi
  • Menurunkan prolaktin → menghambat laktasi (ergonovin, metilergonovin)
Referensi

  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

HIPNOTIK, SEDATIF DAN PSIKOTROPIK


Dr. Suparyanto, M.Kes

Hipnotik - Sedatif

  • Hipnotik-sedatif adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan – berat (hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati)

SSP dirangsang ← normal → SSP dihambat
x-----x-----x----x----0-----x-----x------x-----x-----x-----x
mati      excitasi     normal      sedatif         anestetik          mati
      kejang     cerewet     tranquilizer     hipnotik         koma

  • Sedatif digunakan dalam pengobatan cemas
  • Hipnotik digunakan untuk pengobatan insomnia
  • Ada yang berfungsi antikonvulsan: klorazepat, diazepam, fenobarbital)
  • Relaksasi otot: diazepam

Cara Kerja Obat
  • Depresi SSP
  • Menimbulkan toleransi pada penggunaan kronis
  • Potensial menyebabkan ketergantungan psikologis dan fisiologis
  • Tidak memiliki sifat analgesik

Kontraindikasi
  • Hipersensitivitas
  • Koma dan depresi SSP
  • Nyeri berat yang tak terkendali
  • Hamil dan laktasi

Perhatian
  • Hati-hati pada gangguan fungsi; hati, ginjal dan paru
  • Hati-hati pada penderita yang cenderung ingin bunuh diri atau pernah kecanduan obat
  • Penggunaan hipnotik hendaknyaa jangka pendek
  • Pasien lansia dosis rendah

Interaksi
  • Depresi tambah berat jika bersama alkohol, antihistamin, antidrepresan, analgesik opioid, fenotiazin
  • Barbiturat dapat menginduksi enzim metabolisme obat hati dan dapat menurunkan efektifitas obat
  • Jangan diberikan bersama inhibitor MAO (monoamin oksidase): isokarboksazid, fenelzin, tranilsipromin

Penggolongan
  • Antihistamin: difenhidramin, hidroksizin, prometazin
  • Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital, tiopental
  • Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam, flurazepam, lorazepam
  • Lain-lain: buspiron, kloralhidrat, meprobamat

Implikasi Keperawatan
  • Pantau TD, nadi, nafas pada pemberian IV
  • Penggunaan jangka panjang pantau: depresi, kecenderungan bunuh diri, ketergantungan
  • Insomnia: kaji pola tidur sebelum, dan secara periodik selama terapi
  • Kecemasan: kaji tingkat kecemasan dan sedasi (ataksia, pusing dan bicara tidak jelas) sebelum, dan secara periodik selama terapi

  • Kejang: observasi dan catat intensitas, durasi dan karakteristik kejang, lakukan tindakan kewaspadaan terhadap kejang
  • Spasme otot: kaji spasme otot, nyeri yang menyertai, dan keterbatasan gerak sebelum dan selama terapi
  • Gejala putus alkohol: kaji gejal putus obat: tremor, agitasi, delirium, halusinasi

Diagnose Keperawatan Potensial
  • Gangguan pola tidur (indikasi)
  • Risiko tinggi cedera (efek samping)
  • Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan keluarga/pasien)

Implementasi
  • Awasi ambulasi dan perpindahan pasien setelah pemberian dosis hipnotik
  • Buang sigaret
  • Penghalang tempat tidur harus dipasang dan bel panggil harus terus berada dalam jangkauan setiap saat
  • Beri posisi rendah pada tempat tidur

Penyuluhan
  • Mempersiapkan lingkungan untuk tidur: ruang gelap, tenang, hindari nikotin dan kafein
  • Jika efek kurang efektif setelah beberapa minggu, konsultasikan ke dokter, jangan menaikan dosis
  • Penghentian obat secara bertahap, jangan mendadak (menghindari reaksi putus obat)

  • Dapat menyebabkan kantuk di siang hari, hindari nyetir, bekerja yang berisiko tinggi kecelakaan
  • Hindari alkohol dan depresan SSP lainya
  • Anjurkan lapor ke dokter jika berencana hamil atau mencurigai kehamilan

Evaluasi
  • Efektivitas obat ditunjukan dengan:
  • Perbaikan tidur
  • Berkurangnya tingkat kecemasan
  • Terkendalinya kejang
  • Berkurangnya spasme otot
  • Berkurangnya tremor
  • Mempunyai ide yang lebih rasional

Apa Itu Psikotropika
  • Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman
  • Psikotropika adalah obat simptomatik, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas
  • ECT (Elektro Convulsive Therapy) → masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri

Penggolongan Psikotropika
1. Anti Psikosis = neuroleptik = major tranquilizer
2. Anti Ansietas = anti neurosis = minor tranquilizer
3. Anti Depresi
4. Psikotogenik = psikotomimetik = psikodisleptik = halusinogenik

Anti Psikosis
Ciri neuroleptik:
1. Efek antipsikosis à mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, labilitas emosional pada pasien psikosis
2. Dosis besar tidak menyebabkan koma atau anestesi
3. Dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal (reversibel/ireversibel)
4. Tidak menimbulkan ketergantungan fisik atau psikis

Menghambat reseptor dopamin di otak
Efek perifer → antikolinergik dan blok sdrenergik alfa

Kontraindikasi
  • Hipersensitivitas
  • Glaukoma sudut sempit
  • Depresi SSP

Interaksi
  • Hipotensi digunakan bersam alkohol, antihipertensi dan nitrat
  • Antasida dapat menurunkan absorpsi
  • Fenobarbital menurunkan efektivitas
  • Depresi tambahan jka digunakan bersama: alkohol, antihistamin, antidepresan, analgesik opioid, sedatif/hipnotik

Penggolongan Anti Psikosis
1. Derivat Fenotiazin
– Senyawa Dimetil Amino Propil (Klorpromazin, Promazin, Triflupromazin)
– Senyawa Piperidil (Mepazin, Tioridazin)
– Senyawa Piperazin (Asetofenazin, Karfenazin, Flufenazin, Perfenazin, Proklorperazin, Trifluoperazin tiopropazat)
2. Non Fenotiazin (Klorprotiksan)
3. Butirofenon (Haloperidol)

Anti Ansietas
  • Untuk pengobatan simptomatis penyakit psikoneurosis dan terapi penyakit somatik akibat kecemasan
  • Dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis
  • Mempunyai efek sedatif
  • Golongan Benzodiazepin: Klordiazeposid, Diazepam, Klorazepat, Lorazepam, Prazepam, Alprazolam, Halozepam.

Benzodiazepin
  • Efek hipnotis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik, antikonvulsi
  • Peningkatkan dosis menyebabkan sedasi → hipnotis → stupor
  • Efek pada pernafasan dan kardiovaskuler ringan
  • Efek samping: light headedness, lassitude, lambat bereaksi, inkooordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental, berpikir, psikomotor
  • Dosis: Diazepam 5 -10 mg

Anti Depresi
  • Antidepresi adalah obat untuk mengatasi depresi mental, juga digunakan untuk: kecemasan, enuresis, sindrom nyeri kronis
  • Perbaikan depresi ditandai dengan: perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik dan berkurangnya pikiran morbid

Cara Kerja
  • Penghambat Mono Amin Oksidase (MAO) digunakan sebagai antidepresi sejak 1980
  • Hambatan MAO → kadar epinefrin, norepinefrin dan 5-HT (5 hidroksi triptamin) dalam otak naik → penderita menjadi aktif dan mau bicara
  • Hipertensi dan hipotensi keduanya bisa terjadi, hipertensi akibat katekolamin, hipotensi akibat terhambatnya terlepasnya norepinefrin dari ujung saraf

Contoh Anti Depresi
  • Antidepresan trisiklik: amitriptilin, amoksapin, doksepin, imipramin, nortriptilin
  • Antidrepesan lain: bupropion, fluoksetin, maprotilin, paroksetin, setralin, trazodon
  • Inhibitor MAO: isokarboksazid, fenelzin, tranilsipromin

Psikotogenik
  • Psikotogenik: obat yang dapat menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan alam perasaan, jadi dapat menimbulkan psikosis (psikotomimetik atau halusinogenik)
  • Contoh: meskapin dan dietil asam lisergat (LSD-25)

Referensi
  • Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  • Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  • Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

"MARAH, MENANGIS DAN TERTAWA"





MARAH

Ini dia beberapa fakta tentang marah yang perlu Anda ketahui:
Menurut Charles Spielberger, Ph.D., seorang ahli psikologi yang mengambil 3spesialisasi studi tentang marah. Marah adalah suatu perilaku yang normal dan sehat yakni sebagai salah satu bentuk ekspresi emosi manusia. Seperti bentuk emosi lainnya, marah juga diikuti dengan perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan level hormon, adrenalin dan noradrenalin.


Mark Gorkin—seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan— membagi marah dalam empat kategori; marah yang disengaja, marah spontan (marah yg dilakukan secara tiba-tiba), marah konstruktif (marah yang disertai ancaman terhadap orang lain) dan marah destruktif (marah yang ditumpahkan tanpa rasa bersalah).

Marah juga merupakan satu bentuk komunikasi. Karena adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin disampaikan ketika kita marah. Bentuk penyampaian marah bisa berbeda-beda bergantung pada lingkungan dan kondisi sosial budayayang membentuknya. Di Jepang, orang sering diam saat marah karena memang orang-orang Jepang tidak terbiasa mengekspresikan perasaannya. Berbeda dengan orang Amerika yang lebih berterus terang mengungkapkan perasaannya atau sama halnya dengan Suku Batak di tanah air kita.

Marah adalah manusiawi. Marah yang bisa berdampak buruk adalah marah yang tidak dikelola. Sebaliknya bila Anda mampu mengelola amarah dengan tepat, maka ekspresi kemarahan Anda justru akan menyehatkan. Hal ini sudah terbukti pada sebuah penelitian yang menyatakan marah akan lebih baik daripada memendam perasaan jengkel.
Bagaimana marah yang menyehatkan itu? Yakni marah yang beralasan yang bukan karena faktor subjektif semata. Lontarkan kemarahan atau kejengkelan Anda sewajarnya saja. Sampaikan, penyebab utama kejengkelan itu. Bukan marah yang sekadar menuruti emosi yang meledak-ledak, kemudian melampiaskannya melalui kata-kata, ekspresi dan perlakuan yang kasar karena dapat merugikan orang lain. Untuk itu, dalam keadaan marah kita harus mengedepankan rasio. Sehingga kemarahan itu jadi lebih terkendali
Bagi Anda yang selama ini kerap mengumbar marah tanpa alasan kuat, ada 4 langkah yang dapat dilakukan:
* Mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang memengaruhi seseorang menjadi marah secara berlebihan. Bila telah diketahui dan diperbaiki kesalahan ini, umumnya Anda bakal lebih mudah mengendalikan marah.
* Mengidentifikasi faktor-faktor dari masa kecil yang menghambat kemampuan untuk mengekspresikan amarah. Faktor-faktor ini termasuk ketakutan, penolakan dan ketidaktahuan.
* Mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan kemarahan sehingga tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan secara lebih efektif.
* Menutup luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari kemarahan yang menghancurkan.

MENANGIS

Ini dia beberapa fakta tentang menangis yang perlu Anda ketahui:
Menangis adalah ekspresi dari emosi yang dipercaya dapat meningkatkan kesehatan. Hal ini dipicu karena air mata yang keluar saat menangis mengandung zat mangan dan hormon prolaktin yang cenderung meningkat ketika seseorang dilanda frustrasi/depresi. Keluarnya kedua zat tersebut dari tubuh secara otomatis menurunkan depresiyang tengah diderita.

Ada 3 jenis air mata. Pertama, air mata basal yang diproduksi untuk melubrikasi mata secara teratur. Kedua adalah air mata ya3ng keluar secara refleks karena dipicu oleh iritasi yang dapat terjadi oleh pengaruh bawang atau lainnya. Yang ketiga adalah air mata yang keluar karena pengaruh emosi. Jenis air mata terakhir inilah yang memiliki zat mangan dan hormon prolaktin tertinggi. Jadi, ketika seseorang menangis karena emosi yang melanda dirinya, keluarnya air mata tersebut secara naluriah mengurangi perasaan depresi yang ada hingga tubuh mencapai kondisi stabil.

Menangis yang sehat adalah menangis sepuasnya hingga rasa sedih atau beban emosi yang membebani terasa berkurang. Dengan begitu, usai menangis akan timbul perasaan nyaman.

TERTAWA

Ini dia beberapa fakta tentang tertawa yang perlu Anda ketahui:
Tertawa bermanfaat untuk kesehatan. Tertawa melepaskan energi positif yang menstimulasi otak untuk melepaskan pemikiran-pemikiran negatif maupun depresi yang dialami tubuh. Menurunnya tingkat depresi pada tub3uh menyebabkan sistem kekebalan tubuh pun meningkat secara otomatis sehingga tubuh terasa lebih segar dan sehat.
Ketika tertawa, tubuh akan menghasilkan hormon endorphine yang memberikan rasa nyaman bagi tubuh (sebagai penenang alami). Tertawa dapat meredakan stres bahkan dipercaya dapat membuat orang lebih awet muda.

Tertawa juga dipercaya dapat bermanfaat untuk membantu proses penyembuhan atas suatu penyakit yang tengah diderita. Dengan tertawa peredaran darah dalam tubuh akan lancar, kadar oksigen dalam darah meningkat. Selain itu, tekanan darah akan normal.
Tertawa yang sehat adalah yang lepas, gembira dan dilakukan dengan sepenuh hati. Ketika tertawa, otot-otot di sekitar wajah pun mendapatkan stimulasi. Sehingga dapat sekaligus untuk senam wajah, mengendurkan ketegangan otot-otot di wajah.

Sumber : gudangrangers.heck.in

INTERAKSI OBAT





Pendahuluan


Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.

Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.


Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.

Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :

a. dokumentasinya masih sangat kurang

b. seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah parahnya penyakit pasien

c. kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).

Mekanisme Interaksi Obat

Interaksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik diakibatkan oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi farmakodinamik meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya = 2), potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek pada jaringan atau reseptor.

Interaksi farmakokinetik

1. Absorpsi

Obat-obat yang digunakan secara oral bisaanya diserap dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif. Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorpsinya biasanya sempurna.

Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang cepat untuk mendapatkan efek. Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi antara lain :

a. Interaksi langsung

Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan atau sangat dikuangi bila obat yang berinteraksi diberikan dalam jangka waktu minimal 2 jam.

b. perubahan pH saluran cerna

Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya antasid, akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam saluran cerna, misalnya aspirin. Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya. Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam cairan saluran cerna, sehingga mengurangi absorpsinya. Berkurangnya keasaman lambung oleh antasida akan mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan asam sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya.

Ketokonazol yang diminum per oral membutuhkan medium asam untuk melarutkan sejumlah yang dibutuhkan sehingga tidak memungkinkan diberikan bersama antasida, obat antikolinergik, penghambatan H2, atau inhibitor pompa proton (misalnya omeprazol). Jika memang dibutuhkan, sebaiknya abat-obat ini diberikan sedikitnya 2 jam setelah pemberian ketokonazol.

c. pembentukan senyawa kompleks tak larut atau khelat, dan adsorsi

Interaksi antara antibiotik golongan fluorokinolon (siprofloksasin, enoksasin, levofloksasin, lomefloksasin, norfloksasin, ofloksasin dan sparfloksasin) dan ion-ion divalent dan trivalent (misalnya ion Ca2+ , Mg2+ dan Al3+ dari antasida dan obat lain) dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dari absorpsi saluran cerna, bioavailabilitas dan efek terapetik, karena terbentuknya senyawa kompleks. Interaksi ini juga sangat menurunkan aktivitas antibiotik fluorokuinolon. Efek interaksi ini dapat secara signifikan dikurangi dengan memberikan antasida beberapa jam sebelum atau setelah pemberian fluorokuinolon. Jika antasida benar-benar dibutuhkan, penyesuaian terapi, misalnya penggantian dengan obat-pbat antagonis reseptor H2 atau inhibitor pompa proton dapat dilakukan.

Beberapa obat antidiare (yang mengandung atapulgit) menjerap obat-obat lain, sehingga menurunkan absorpsi. Walaupun belum ada riset ilmiah, sebaiknya interval pemakaian obat ini dengan obat lain selama mungkin.

d. obat menjadi terikat pada sekuestran asam empedu (BAS : bile acid sequestrant)

Kolestiramin dan kolestipol dapat berikatan dengan asam empedu dan mencegah reabsorpsinya, akibatnya dapat terjadi ikatan dengan obat-obat lain terutama yang bersifat asam (misalnya warfarin). Sebaiknya interval pemakaian kolestiramin atau kolestipol dengan obat lain selama mungkin (minimal 4 jam).

e. perubahan fungsi saluran cerna (percepatan atau lambatnya pengosongan lambung, perubahan vaksularitas atau permeabilitas mukosa saluran cerna, atau kerusakan mukosa dinding usus).


.1. Distribusi

Setelah obat diabsorpsi ke dalam sistem sirkulasi, obat di bawa ke tempat kerja di mana obat akan bereaksi dengan berbagai jaringan tubuh dan atau reseptor. Selama berada di aliran darah, obat dapat terikat pada berbagai komponen darah terutama protein albumin. Obat-obat larut lemak mempunyai afinitas yang tinggi pada jaringan adiposa, sehingga obat-obat dapat tersimpan di jaringan adiposa ini. Rendahnya aliran darah ke jaringan lemak mengakibatkan jaringan ini menjadi depot untuk obat-obat larut lemak. Hal ini memperpanjang efek obat. Obat-obat yang sangat larut lemak misalnya golongan fenotiazin, benzodiazepin dan barbiturat.

Sejumlah obat yang bersifat asam mempunyai afinitas terhadap protein darah terutama albumin. Obat-obat yang bersifat basa mempunyai afinitas untuk berikatan dengan asam-α-glikoprotein. Ikatan protein plasma (PPB : plasma protein binding) dinyatakan sebagai persen yang menunjukkan persen obat yang terikat. Obat yang terikat albumin secara farmakologi tidak aktif, sedangkan obat yang tidak terikat, biasa disebut fraksi bebas, aktif secara farmakologi. Bila dua atau lebih obat yang sangat terikat protein digunakan bersama-sasam, terjadi kompetisi pengikatan pada tempat yang sama, yang mengakibatkan terjadi penggeseran salah satu obat dari ikatan dengan protein, dan akhirnya terjadi peninggatan kadar obat bebas dalam darah. Bila satu obat tergeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain, akan terjadi peningkatan kadar obat bebas yang terdistribusi melewati berbagai jaringan. Pada pasien dengan hipoalbuminemia kadar obat bebas atau bentuk aktif akan lebih tinggi.

Asam valproat dilaporkan menggeser fenitoin dari ikatannya dengan protein dan juga menghambat metabolisme fenitoin. Jika pasien mengkonsumsi kedua obat ini, kadar fenitoin tak terikat akan meningkat secara signifikan, menyebabkan efek samping yang lebih besar. Sebaliknya, fenitoin dapat menurunkan kadar plasma asam valproat. Terapi kombinasi kedua obat ini harus dimonitor dengan ketat serta dilakukan penyesuaian dosis.

Obat-obat yang cenderung berinteraksi pada proses distribusi adalah obat-obat yang :

persen terikat protein tinggi ( lebih dari 90%)
terikat pada jaringan
mempunyai volume distribusi yang kecil
mempunyai rasio eksresi hepatic yang rendah
mempunyai rentang terapetik yang sempit
mempunyai onset aksi yang cepat
digunakan secara intravena.

Obat-obat yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menggeser obat lain dari ikatan dengan protein adalah asam salisilat, fenilbutazon, sulfonamid dan anti-inflamasi nonsteroid.

.2. Metabolisme

Untuk menghasilkan efek sistemik dalam tubuh, obat harus mencapai reseptor, berarti obat harus dapat melewati membran plasma. Untuk itu obat harus larut lemak. Metabolisme dapat mengubah senyawa aktif yang larut lemak menjadi senyawa larut air yang tidak aktif, yang nantinya akan diekskresi terutama melalui ginjal. Obat dapat melewati dua fase metabolisme, yaitu metabolisme fase I dan II. Pada metabolisme fase I, terjadi oksidasi, demetilasi, hidrolisa, dsb. oleh enzim mikrosomal hati yang berada di endothelium, menghasilkan metabolit obat yang lebih larut dalam air. Pada metabolisme fase II, obat bereaksi dengan molekul yang larut air (misalnya asam glukuronat, sulfat, dsb) menjadi metabolit yang tidak atau kurang aktif, yang larut dalam air. Suatu senyawa dapat melewati satu atau kedua fasemetabolisme di atas hingga tercapai bentuk yang larut dalam air. Sebagian besar interaksi obat yang signifikan secara klinis terjadi akibat metabolisme fase I dari pada fase II.

a. Peningkatan metabolisme

Beberapa obat bisa meningkatkan aktivitas enzim hepatik yang terlibat dalam metabolisme obat-obat lain. Misalnya fenobarbital meningkatkan metabolisme warfarin sehingga menurunkan aktivitas antikoagulannya. Pada kasus ini dosis warfarin harus ditingkatkan, tapi setelah pemakaian fenobarbital dihentikan dosis warfarin harus diturunkan untuk menghindari potensi toksisitas. Sebagai alternative dapat digunakan sedative selain barbiturate, misalnya golongan benzodiazepine. Fenobarbital juga meningkatkan metabolisme obat-obat lain seperti hormone steroid.

Barbiturat lain dan obat-obat seperti karbamazepin, fenitoin dan rifampisin juga menyebabkan induksi enzim.

Piridoksin mempercepat dekarboksilasi levodopa menjadi metabolit aktifnya, dopamine, dalam jaringan perifer. Tidak seperti levodopa, dopamine tidak dapat melintasi sawar darah otak untuk memberikan efek antiparkinson. Pemberian karbidopa (suatu penghambat dekarboksilasi) bersama dengan levodopa, dapat mencegah gangguan aktivitas levodopa oleh piridoksin,

b. Penghambatan metabolisme

Suatu obat dapat juga menghambat metabolisme obat lain, dengan dampak memperpanjang atau meningkatkan aksi obat yang dipengaruhi. Sebagai contoh, alopurinol mengurangi produksi asam urat melalui penghambatan enzim ksantin oksidase, yang memetabolisme beberapa obat yang potensial toksis seperti merkaptopurin dan azatioprin. Penghambatan ksantin oksidase dapat secara bermakna meningkatkan efek obat-obat ini. Sehingga jika dipakai bersama alopurinol, dosis merkaptopurin atau azatioprin harus dikurangi hingga 1/3 atau ¼ dosis biasanya.

Simetidin menghambat jalur metabolisme oksidatif dan dapat meningkatkan aksi obat-obat yang dimetabolisme melalui jalur ini (contohnya karbamazepin, fenitoin, teofilin, warfarin dan sebagian besar benzodiazepine). Simetidin tidak mempengaruhi aksi benzodiazein lorazepam, oksazepam dan temazepam, yang mengalami konjugasi glukuronida. Ranitidin mempunyai efek terhadap enzim oksidatif lebih rendah dari pada simetidin, sedangkan famotidin dan nizatidin tidak mempengaruhi jalur metabolisme oksidatif.

Eritromisin dilaporkan menghambat metabolisme hepatik beberapa obat seperti karbamazepin dan teofilin sehingga meningkatkan efeknya. Obat golongan fluorokuinolon seperti siprofloksasin juga meningkatkan aktivitas teofilin, diduga melalui mekanisme yang sama.

3. Ekskresi

Kecuali obat-obat anestetik inhalasi, sebagian besar obat diekskresi lewat empedu atau urin. Darah yang memasuki ginjal sepanjang arteri renal, mula-mula dikirim ke glomeruli tubulus, dimana molekul-molekul kecil yang cukup melewati membran glomerular (air, garam dan beberapa obat tertentu) disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti protein plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati bagian lain dari tubulus ginjal dimana transport aktif yang dapat memindahkan obat dan metabolitnya dari darah ke filtrat tubulus. Sel tubulus kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi) untuk mereabsorpsi obat. Interaksi bis terjadi karena perubahan ekskresi aktif tubuli ginjal, perubahan pH dan perubahan aliran darah ginjal.

a. Perubahan ekskresi aktif tubuli ginjal

b. perubahan pH urin

c. Perubahan aliran darah ginjal


Sumber :

Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto. Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB, 1989