Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi
 dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi 
ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, 
netral dan alkalis.
MnO4-   +  8H+   + 5e →   Mn 2+  +   4H2O
Kalium
 permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi 
dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati 
titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah 
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
 sulfida, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu
MnO4   + 4H+ + 3e  →   MnO4  +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4-  + 3e    →    MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e      →      MnO2  + 4OH-
MnO4-  + 2H2 O + 3e      →    MnO2  +4OH-
Reaksi
 ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan 
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat 
dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang 
sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah 
untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
 mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring 
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca 
yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat
 bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi
 ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan 
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa 
banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan 
lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, 
permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk 
mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+  +  2MnO4-  +  2H2O    →    5MnO2  +  4H+
Kelebihan
 sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup
 untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan 
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. 
Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. 
Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk 
akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen 
produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya 
berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan 
substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau 
gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian 
distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan 
konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan
 besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam 
titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi 
adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk 
membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat 
setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat 
dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor
 jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat 
tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam 
klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida 
akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari 
sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan 
hilangnya warna kuning dari ion besi.
ANALISIS BAHAN
1.KMnO4 ( FI III ,330 )
Nama resmi        =    KALII PERMANGANAS
Nama lain            =    Kalium permanganate
RM                       =     KMnO4
BM                        =     158,03
Pemerian = Hablur mengkilap, ungu tua /hampir hitam, tidak berbau, rasa manis /sepat.
Kelarutan             =     Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih .
Kegunaan             =     Sebagai sampel
Penyimpanan      =     Dalam wadah tertutup rapat
2.    Aquadest ( FI III,96 )
Nama resmi        =     AQUADESTILLATA
Nama lain            =     Air suling
RM                       =     H2O
BM                       =     18,02
Pemerian            =     Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.
Kelarutan           =     Larut dalam etanol dan gliserol
Kegunaan           =     Sebagai pelarut
Penyimpanan    =     Dalam wadah tertutup rapat
3.    Asam oksalat (FI III,651)
Nama lain        =    Asam oksalat
RM                    =     (CO2H)2.2H2O
Pemerian         =     Hablur ,tidak berwarna .
Kelarutan         =     Larut dalam air dan etanol
Kegunaan         =     Sebagai zat tambahan
Penyimpanan  =    Dalam wadah tertutup rapat
4.    Besi (II) sulfat (FI III,254)
Nama resmi        =     FERROSI SULFAS
Nama lain             =      Besi (II) sulfat
RM                        =    FeSO4
BM                        =     151,90
Pemerian             =     Serbuk, putih keabuan ,rasa logam ,sepat
Kelarutan = Perlahan-lahan larut hamper sempurna dalam air bebas karbondioksida pekat.
Kegunaan             =     Sebagai sampel
Penyimpanan     =     Dalam wadah tertutup baik
5.    Asam sulfat  (FI III,58)
Nama resmi            =     ACIDUM SULFURICUM
Nama lain                =     Asam sulfat
RM                           =     H2 SO4
BM                           =     98,07
Pemerian = Cairan kental, seperti minyak, korosif tidak berwarna, jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas.
Kegunaan               =     Sebagai larutan titer.
Penyimpanan        =    Dalam wadah tertutup rapat.
6.    Natrium nitrit (FI III,714)
Nama resmi          =     -
Nama lain              =     NATRIUM NITRIT
RM                        =    NaNO2
Pemerian             =     Tidak berwarna /putih /kuning : merapuh
Kelarutan            =    larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol (95 %)P.
Kegunaan            =    Sebagai penitrasi
Penyimpanan         =    Dalam wadah tertutup baik.
SUMBER:
Anonim.1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: DEPKES RI.
BASSET. J dan DENNEY R. C .1994. Vogel. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku kedokteran  : Jakarta. Hal : 406-410.
DAY. J.Y dan UNDERWOOD A. L. 2002. Analisis kimia kuantitatif .
Erlangga : Jakarta  . hal: 290-293.
 wiro-pharmacy.blogspot.com
 
terima kasih banyak ya atas postingannya.. sangat membantu
BalasHapusterimakasih banyak :) sangat membantu. kunjungi blog saya yaa :)
BalasHapusjournalchemistry12.blogspot.com