bobo' ah ===>>>

Photobucket
Tampilkan postingan dengan label farmakognosi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label farmakognosi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Juni 2011

Praktikum Identifikasi Amylum Dan Simplisia

IDENTIFIKASI AMYLUM DAN SIMPLISIA
SECARA
KIMIAWI DAN MIKROSKOPI

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan macam-macam amylum yang dapat digunakan untuk sedian farmasi.
Mahasiswa dapat mengetahui cara mengidetifikasi amylum dan simplisia dengan mikroskop sehingga mahasiswa dapat membedakan macam-macam amylum dan simplisia secara mikroskopik.

II. Landasan Teori
Amylum manihot ( pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar manihot utilissima Pohl (familia Euphorbiaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih, secara mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil dengan diameter 5µm sampai 10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya. Identifikasi kimiawi yaitu dengan Iodium dimana akan terjadi biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali pada pendinginan.
Amylum maydis ( pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji zea mays L. ( familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 µm sampai 23 µm atau butir bulat dengan diameter 25 µm sampai 32 µm, hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5, tidak ada lamella. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Untuk identifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot.
Amylum oryzae ( pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza sativa L. (familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5 µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm sampai 20 µm. hilus di tengah tidak terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
Amylum solani ( pati kentang) adalah pati yang diperoleh dari umbi solanum tuberosum (familia Solanaceae). Yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu berupa butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30 µm sampai 100 µm, atau membulat ukuran 10 µm sampai 35 µm, butir majemuk jarang, terdiri dari 2 sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit dengan lamella konsentris jelas terlihat, jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus. Untuk idetifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot.
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang telah dikeringkan.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan kegunaan, simplisia harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.Bahan baku simplisia
2.Proses pembuatan simplisia
3.Cara pengepakan dan penyimpan simplisia

Tahap-tahap pembuatan simplisia yaitu:
1.Pengumpulan bahan baku
2.Sortasi basah
3.Pencucian
4.Perajangan
5.Pengeringan
6.Sortasi kering
7.Pengepakan dan penyimpanan
8.Pemeriksaan mutu

III. Alat Dan Bahan
1. Alat dan bahan identifikasi amylum secara kimiawi
A. Alat yang digunakan:
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Cawan penguap
4. Batang pengaduk
5. Kawat kasa
6. Kaki tiga
7. Pemanas spiritus

B. Bahan yang digunakan:
1. Larutan Iodium
2. Amylum maydis
3. Amylum oryzae
4. Amylum solani
5. Amylum manihot

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk identifikasi smplisia dan amylum secara mikroskopik:
A. Alat yang digunakan:
1. Pipet tetes
2. Beacker glass
3. Objek glass
4. Cover glass
5. Mikroskop

B. Bahan yang digunakan:
1. Amylum maydis
2. Amylum oryzae
3. Amylum solani
4. Amylum manihot
5. Serbuk jahe
6. Serbuk kunyit
7. Serbuk temulawak
8. Aqua dest
IV. Prosedur Percobaan
1. Identifikasi amylum secara kimiawi:
Percobaan A:

Amylum maydis Amylum oryzae

Iodium Iodium






Amylum solani Amylum manihot

Iodium Iodium








Percobaan B (Farmakope es IV):
1 gr Amylum + 50 ml aquadest

Dipanaskan 5 menit (mendidih)

Didinginkan

1 ml suspensi amylum

+ 3 tetes Iodium

Dipanaskan

Didinginkan kembali


2. Identifikasi amylum dan simplisia secara mikroskopik
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Mengambil sedikit amylum oryzae dan meletakannya pada objek glass.
c. Menetesi sedikit aqua dest kemudian segera menutup dengan cover glass.
d. Mengamati dibawah mikroskop.
e. Mencatat dan menggambar hasil pengamatan.
f. Mengulangi percobaan di atas ( percobaan 1,2,3,4,5) untuk amylum solani. Amylum manihot, Amylum maydis, serbuk jahe, serbuk kunyit, dan serbuk temulawak.

IV. Data pengamatan
1. Identfikasi amylum secara kimiawi
• Percobaan A
No Percobaan Hasil Keterangan
1. Amylum oryzae + Iodium Warna ungu Hasil positif
2. Amylum solani + Iodium Warna ungu Hasil positif
3. Amylum manihot + Iodium Warna ungu Hasil positif
4. Amylum maydis + Iodium Warna ungu Hasil positif

• Percobaan B
No Percobaan Hasil Dipanaskan Didinginkan Keterangan
1. 1 ml Suspensi amylum manihot + 3 tetes lart Iodium Warna biru Warna biru hilang Tetap Hasil positif

2. 1 ml Suspensi amylum maydis + 3 tetes lart Iodium Warna biru Warna biru hilang Warna biru timbul kembali Hasil positif

3. 1 ml Suspensi amylum solani + 3 tetes lart Iodium Warna biru Warna biru hilang Tetap Hasil positif

4. 1 ml Suspensi amylum oryzae + 3 tetes lart Iodium Warna biru Warna biru hilang Tetap Hasil positif


2. Identifikasi amylum dan simplisia secara mikroskopik
• Amylum
No Amylum yang diamati Butir pati Hilus Bentuk Lamella Keterangan/
gambar
1. Amylum manihot Ada Ada, berupa titik, garis Butir tunggal,butir, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil tidak jelas, butir majemuk sedikit
2. Amylum maydis Ada Ada,
berupa rongga atau celah butir bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat -
3. Amylum solani Ada Ada.
berupa titik butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur Tidak terlihat
4. Amylum oryzae ada Ada, tidak terlihat jelas butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur -
• Simplisia
No Simplia yang diamati Butir pati Parenkim Sel indioblas Berkas pembuluh Keterangan/
gambar
1. Serbuk kunyit Ada ada ada -
2. Serbuk jahe Ada ada ada -
3. Serbuk temulawak Ada ada ada ada

V. Pembahasan
1. Identfikasi amylum secara kimiawi
Percobaan A:
a. Amylum oryzae + Iodium menghasilkan warna ungu
b. Amylum solani + Iodium menghasilkan warna ungu
c. Amylum manihot + Iodium menghasilkan warna ungu
d. Amylum maydis + Iodium menghasilkan warna ungu

Percobaan B:
1 ml Suspensi amylum oryzae + 3 tetes lart Iodium, menhasilkan warna biru, setelah dipanaskan warna biru menjadi hilang kemudian didinginkan dan hasilnya warna tetap hilang dan tidak kembali biru, begitu juga dengan amylum manihot dan amylum solani, tapi untuk amylum maydis setelah dipanaskan dan kemudian didinginkan, warna biru itu timbul kembali walaupun tidak seperti warna biru pada waktu sebelum dilakukan pemanasan.

Dari kedua percobaan amylum secara kimiawi diatas maka kami dapat membandingkan bahwa dalam percobaan A ( amylum yang langsung ditetesi Iodium) semua amylum hasilnya positif yaitu dengan terjadinya warna ungu, sedangkan pada percobaan B yang menggunakan literature dari farmakope ed IV (amylumnya terlebih dahulu dibuat suspensi), amylum maydis hasilnya positif begitu juga amylum oryzae, amylum solani, dan amylum manihot, walaupun setelah dilakukan pemanasan warna biru tidak kembali timbul, mungkin hal ini disebabkan karena jumlah dan kadar Iodium juga waktu pemanasan yang kami lakukan pada waktu pembuatn suspensi tidak sesuai dengan yang tercantum di farmakope yaitu jumlah iodium 0,5 ml dengan kadar 0,005 M dan lamanya pemanasan yang dilakukan pada pembuatan suspensi yaitu 1 menit, sedangkan pada percobaan yang kami lakukan, jumlah iodiumnya 3 tetes dengan kadar lebih dari 0,005 M selain itu pemanasan yang kami lakukan pada waktu pembuatan suspensi yaitu 5 menit.





2. Identifikasi amylum dan simplisia secara mikroskopik
a. Amylum
• Amylum manihot
Amylum manihot yang kami amati dari mikroskop dengan pembesaran 15 X 10kami dapat melihat bentuknya yang berupa butir tunggal,butir agak bulat atau bersegi banyak butir kecil, ada butir pati,dan juga hilus yang berupa garis dan titik, ada juga lamella tapi tidak jelas,yang berupa butir majemuk sedikit.

• Amylum maydis
Dengan pembesaran 15 X 10, tidak punya lamella (tidak terlihat), Bentuk amylum maydis ini berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat,kemudian terdapat butir pati dan hilus yang berupa rongga atau celah.

• Amylum solani
Didalam mikroskop yang pembesarannya 15 X 10 amylum solani ini berbentuk butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur, terdapat butir pati juga lamella tapi tidak terlihat jelas.

• Amylum oryzae
Bentuk amylum oryzae dalam mikroskop dengan pembesaran 15 X 10 yaitu butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella.

Dari keempat jenis amylum yang kami amati dimikroskop, memiliki bentuk, butir pati, hilus, dan lamella yang berbeda-beda bahkan ada duajenis amylum yang tidak mempunyai lamella yaitu amylum maydis dan amylum oryzae.

b. Simplisia
• Sebuk kunyit
Didalam serbuk kunyit yang kami amati dalam mikroskop dengan pembesaran 15 X 10, terdapat butir pati, parenkim, sel indioblas, sedangkan berkas pembuluh tidak terlihat (tidak ada).

• Serbuk jahe
Serbuk jahe yang kami amati dalam mikroskop dengan pembesaran mikroskop yang sama dengan serbuk kunyit, tidak terdapat berrkas pembuluh, dan kami hanya dapat melihat butir pati, parenkim dan juga sel indioblas.

• Serbuk temulawak
Dalam serbuk temulawak ini kami dapat melihat berkas pembuluh, butir pati, sel indioblas dan juga parenkim dengan pembesaran mikroskop 15 X10.


VI. Kesimpulan

Dari percobaan / praktikum yang telah kami lakukan maka kami dapat menyimpulkan yaitu sebagai berikut:
1. Identfikasi amylum secara kimiawi
Percobaan A:
Amylum oryzae + Iodium menghasilkan warna ungu maka dinyatakan positif amylum oryzae.
Amylum solani + Iodium menghasilkan warna ungu maka dinyatakan positif amylum solani.
Amylum manihot + Iodium menghasilkan warna ungu maka dinyatakan positif amylum manihot.
Amylum maydis + Iodium menghasilkan warna ungu maka dinyatakan positif amylum maydis.

Percobaan B:
Amylum maydis dinyakan positif karena setelah dipanaskan dan kemudian didinginkan, warna biru itu timbul kembali walaupun tidak seperti warna biru pada waktu sebelum dilakukan pemanasan. Sedangkan untuk amylum manihot, amylum solani, dan amylum oryzae juga dinyatakan positif, walaupun setelah dipanaskan warna biru yang terjadi hilang kemudian didinginkan dan hasilnya warna tetap hilang dan tidak kembali biru.

2. Identifikasi amylum dan simplisia secara mikroskopik.
Dari percobaan yang kami amati yaitu identifikasi amylum dan simplisia secara mikroskopik, maka kami dapat menyimpulkan:
a. Amylum
Dengan pembesaran mikroskop yang sama yaitu 15 X 10 bahwa:
• Amylum manihot
Bentuknya berupa butir tunggal,butir agak bulat atau bersegi banyak butir kecil, terdapat butir pati,dan juga hilus yang berupa garis dan titik, terdapat juga lamella tapi tidak jelas,yang berupa butir majemuk sedikit.

• Amylum maydis
Tidak punya lamella (tidak terlihat), Bentuknya berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat,kemudian terdapat butir pati dan hilus yang berupa rongga atau celah.

• Amylum solani
Berbentuk butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur, terdapat butir pati juga lamella yang tidak terlihat jelas.

• Amylum oryzae
Bentuknya yaitu butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang tidak terlihat jelas dan tidak terdapat lamella.

Dari keempat jenis amylum yang kami amati, hanya dua jenis amylum yang tidak punya lamella (tidak terlihat) yaitu amylum oryzae dan amylum maydis.
b. Simplisia
• Sebuk kunyit
Terdapat butir pati, parenkim, sel indioblas, berkas pembuluh tidak terlihat (tidak ada).
• Serbuk jahe
Tidak terdapat berrkas pembuluh, dan kami hanya dapat melihat butir pati, parenkim dan juga sel indioblas.
• Serbuk temulawak
Terdapat berkas pembuluh, butir pati, sel indioblas dan juga parenkim.

Dari tiga jenis serbuk simplisia yang kami amati, hanya pada serbuk temulawak yang terdapat berkas pembuluh.





































Daftar Pustaka

1. “Farmakope Indonesia edisi IV”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 1995.
2. “Praktikum Fitokimia”, Uut Teguh sabara, S.farm, M.Sc, Apt.

sumber:riyanthi-kedokteran.blogspot.com

OSTEOCYT

SEL TULANG

Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.

Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

Secara Mikroskopis tulang terdiri dari :

1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang).
4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).



Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf.

Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang lamella-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.

Pembuluh darah dari periostem menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem Havers.


sumber: biologigonz.blogspot.com

JARINGAN PADA TUMBUHAN

Struktur tubuh tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya terdiri atas organ pokok yaitu akar, batang dan daun. Organ tersusun oleh beberapa jaringan, dan jaringan disusun oleh beberapa sel yang mempunyai bentuk, struktur, serta fungsi yang sama. Berdasarkan kemampuan sel membelah jaringan pada tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu jaringan meristem dan jaringan permanen. Setiap jaringan memiliki struktur dan fungsi yang berbeda.

Definisi

Secara struktural, tubuh tumbuhan sama dengan tubuh hewan, yaitu tersusun oleh berbagai jaringan dan organ yang saling mendukung untuk melangsungkan fungsi dan aktivitas hidup.

Apakah jaringan itu ? Jaringan yaitu sekumpulan sel yang mempunyai bentuk, fungsi, dan sifat-sifat yang sama. Jaringan-jaringan akan menyusun diri menjadi suatu pola yang jelas di seluruh bagian tumbuhan. Misalnya jaringan-jaringan yang berfungsi dalam pengangkutan air dan makanan akan membentuk suatu sistem pembuluh pengangkutan. Jaringan-jaringan tersebut akan menyusun organ tumbuhan yaitu organ akar, organ batang maupun daun.

Macam Jaringan

Jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai ciri yang sama dalam hal bentuk , struktur, dan fungsi sehingga mudah dikenali. Jaringan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Jaringan Maristem

Jaringam meristem adalah jaringan muda yang terdiri dari sekelompok sel-sel tumbuhan yang aktif membelah. Ciri-ciri sel yang menyusun jaringan meristem adalah ukuran selnya kecil,sel berdinding tipis, mempunyai nukleus yang relatif besar,vakuola berukuran kecil, banyak mengandung sitoplasma, selnya berbentuk kubus.

Sel-sel meristem membelah terus untuk menghasilkan sel-sel baru, beberapa hasil pembelahan akan tetap berada dalam jaringan meristem dan disebut sel inisial atau sel permulaan. Sedangkan sel-sel baru yang digantikan kedudukannya oleh sel meristem disebut derivatif atau turunan.

Meristem Sekunder

Berdasarkan asal pembentukannya jaringan meristem dibedakan menjadi tiga yaitu :
  1. Promeristem.
  2. Meristem primer.
  3. Meristem skunder.

Promeristem adalah jaringan meristem yang ada pada saat tumbuhan masih dalam tingkat embrio.

Meristem primer adalah jaringan meristem yang terdapat pada tumbuhan dewasa yang sel-selnya masih membelah. Pada umumnya jaringan meristem primer terdapat pada ujung akar dan ujung batang yang dapat mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi.

Meristem skunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan meristem primer.Contoh jaringan meristem skunder yaitu kambium.

Kambium adalah lapisan sel-sel tumbuhan yang aktif membelah dan terdapat diantara xilem dan floem.

Aktivitas kambium menyebabkan pertumbuhan skunder, sehingga batang tumbuhan menjadi besar . Ini terjadi pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae(tumbuhan berbiji terbuka ).

Pertumbuhan kambium kearah luar akan membentuk kulit batang, sedangkan kearah dalam akan membentuk kayu.Pada masa pertumbuhan, pertumbuhan kambium kearah dalam lebih aktif dibandingkan pertumbuhan kambium kearah luar, sehingga menyebabkan kulit batang lebih tipis dibandingkan kayu.

Berdasarkan letaknya jaringan meristem dibedakan menjadi tiga yaitu meristem apikal, meristem interkalar dan meristem lateral.

Meristem apikal adalah meristem yang terdapat pada ujung akar dan pada ujung batang. Meristem apikal selalu menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang.Pertumbuhan memanjang akibat aktivitas meristem apikal disebut pertumbuhan primer. Jaringan yang terbentuk dari meristem apikal disebut jaringan primer.

Meristem interkalar atau meristem antara adalah meristem yang terletak diantara jaringan meristem primer dan jaringan dewasa. Contoh tumbuhan yang memiliki meristem interkalar adalah batang rumput-rumputan (Graminae). Pertumbuhan sel meristem interkalar menyebabkan pemanjangan batang lebih cepat, sebelum tumbuhnya bunga. Meristem lateral atau meristem samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan skunder. Pertumbuhan skunder adalah proses pertumbuhan yang menyebabkan bertambah besarnya akar dan batang tumbuhan. Meristem lateral disebut juga sebagai kambium. Kambium terbentuk dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan batang dan membentuk jaringan skunder pada bidang yang sejajar dengan akar dan batang.

Jaringan Permanen

Jaringan permanen adalah jaringan yang bersifat non meristematik. Jaringan non meristematik yaitu jaringan yang sel-selnya tidak membelah lagi. Jaringan permanen dibentuk dari hasil defensiasi sel-sel meristem, yang terdiri dari meristem primer dan meristem skunder.

Yang termasuk jaringan permanen :
a. Jaringan epidermis.
b. Jaringan parenkim.
c. Jaringan penyokong.
d. Jaringan pengangkut.
e. Jaringan gabus.

  • Jaringan Epidermis

Jaringan epidermis yaitu jaringan yang terletak paling luar pada setiap organ tumbuhan ( akar, batang dan daun, bunga, buah, dan biji ). Ciri-ciri jaringan epidermis adalah:

  1. Tersusun dari sel-sel hidup.
  2. Terdiri atas satu lapis sel tunggal.
  3. Beragam bentuk, ukuran dan susunannya, tetapi biasanya tersusun rapat tidak ada ruang antar sel.
  4. Tidak memiliki klorofil.
  5. Dinding sel jaringan epidermis bagian luar yang berbatasan dengan udara mengalami penebalan , sedangkan dinding sel jaringan epidermis bagian dalam yang berbatasan dengan jaringan lain dinding selnya tetap tipis.
  6. Mengalami modifikasi membentuk derivat jaringan epidermis, misal stomata, trikomata (rambut-rambut), spina (duri), vilamen , sel kipas, sel kersik (sel silika).
  • Jaringan Parenkim

Jaringan Parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat diseluruh organ tumbuhan. Disebut sebagi jaringan dasar karena sebagai penyusun sebagian besar jaringan pada akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Ciri-ciri jaringan parenkim adalah :

  • Terdiri dari sel-sel hidup yang berukuran besar dan berdinding tipis.
  • Bentuk sel parenkim segi enam.
  • Memiliki banyak vakuola.
  • Mampu bersifat meristematik.
  • Memiliki ruang antar sel sehingga letaknya tidak rapat.

Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi beberapa macam antara lain:

  1. Parenkim asimilasi (klorenkim).
  2. Parenkim penimbun.
  3. Parenkim air
  4. Parenkim penyimpan udara (aerenkim).

  1. Parenkim asimilasi (klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil dan berfungsi untuk fotosintesis.
  2. Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma.
  3. Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen.
  4. Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan hidrofit.
  • Jaringan Penyokong

Jaringan penyokong merupakan jaringan yang berperan untuk menunjang bentuk tumbuhan agar dapat berdiri dengan kokoh. Disebut juga jaringan penguat karena memiliki dinding sel yang tebal dan kuat serta sel-selnya yang telah mengalami spesialisasi. Jaringan penyokong terdiri dari jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.

Jaringan kolenkim yaitu jaringan penyokong atau penguat pada organ tubuh muda.

Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup dengan protoplasma yang aktif. Sel kolenkim dapat mengandung kloroplas, makin sederhana deferensiasinya makin banyak kloroplasnya, sehingga menyerupai parenkim.

Jaringan Sklerenkim merupakan jaringan penyokong yang terdapat pada organ tubuh tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan sklerenkim tersusun oleh eel-sel mati yang seluruh bagian dindingnya mengalami penebalan sehingga kuat, sel-selnya lebih kaku daripada sel kolenkim, sel sklerenkim tidak dapat memanjang.

Sel sklerenkim dibedakan menjadi dua bentuk yaitu serat (fiber) dan sklereid.

  • Jaringan Pengangkut

Jaringan pengangkut atau berkas vaskuler merupakan jaringan yang berperan untuk mengangkut air dan unsur hara dari akar sampai daun, serta mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tubuh tumbuhan. Berdasarkan fungsinya jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri dari xilem dan floem.

Xilem atau pembuluh kayu adalah jaringan kompleks yang terdiri atas beberapa tipe sel yang dindingnnya mengalami penebalan dari zat kayu.

Xilem tersusun oleh parenkim xilem, serabut xilem, trakeid, dan unsur pembuluh.

Floem atau pembuluh tapis merupakan jaringan yang tersusun oleh sel-sel hidup dengan tipe yang berbeda.

Floem tersusun oleh parenkim floem, serabut floem, pembuluh tapis, sel pengiring (hanya terdapat pada Angiospermae ).

  • Jaringan Gabus

Jaringan gabus merupakan jaringan yang tersusun dari sel-sel parenkim gabus. Pada tumbuhan dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium gabus atau felogen dan terletak disebelah bawah dari jaringan epidermis. Jaringan gabus yang dibentuk ke arah dalam disebut feloderm yang merupakan sel-sel hidup, sedangkan sel gabus yang dibentuk ke arah luar disebut felem dan merupakan sel-sel mati, dengan bentuk sel kotak, dinding selnya mengalami penebalan oleh suberin, serta bersifat impermeabel (tidak tembus air ).

Fungsi Jaringan Permanen

Jaringan permanen pada tumbuhan berfungsi antara lain :
  1. Jaringan epidermis, melindungi jaringan yang berada didalamnya.
  2. Jaringan parenkim palisade, tempat penyelenggara fotosintesis.
  3. Jaringan parenkim spons, selain sebagai tempat fotosintesis juga tempat penyimpan hasil fotosintesis.
  4. Jaringan kolenkim, jaringan penguat pada organ tubuh tumbuhan yang muda.
  5. Berkas pembuluh atau berkas vaskuler daun yaitu floem dan xilem terdapat pada ibu tulang daun.
  6. Xilem , mengangkut air dan mineral dari dalam tanah melalui akar sampai daun.
  7. Floem, mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan

by:dhewhy.wordpress.com

DIURETIK

OBAT DIURETIK

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

1. Diuretik osmotik
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat
  1. Diuretik osmotik
    Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
    1. Tubuli proksimal
      Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
    2. Ansa enle
      Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
    3. Duktus Koligentes
      Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
      Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
  2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
    Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
    Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
  3. Diuretik golongan tiazid
    Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
    Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
  4. Diuretik hemat kalium
    Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
  5. Diuretik kuat
    Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
    Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
Penggunaan klinik diuretik
  1. Hipertensi
    Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita.
    Diuretik kuat (biasanya furosemid), digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera.
    Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.
  2. Payah jantung kronik kongestif
    Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.
    Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja.
    Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
  3. Udem paru akut
    Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
  4. Sindrom nefrotik
    Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
  5. Payah ginjal akut
    Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
  6. Penyakit hati kronik
    spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
  7. Udem otak
    Diuretik osmotik
  8. Hiperklasemia
    Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
  9. Batu ginjal
    Diuretik tiazid
  10. Diabetes insipidus
    Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
  11. Open angle glaucoma
    Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
  12. Acute angle closure glaucoma
    Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah.
    Untuk pemilihan obat Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.



sumber:medicastore.com

Rabu, 23 Maret 2011

Humektan

Humektan
a. Pengertian (Balsam I : 198)
Humectan adalah bahan yang mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara, baik dalam wadah ataupun pada kulit.

b. Bahan-bahan sebagai humektan
Bahan-bahan yang memiliki sifat sebagai humektan, tapi dalam pemaparannya hanya tiga yang luas digunakan : gliserol, propilenglikol, sorbitol. Bahan-bahan organik ini serupa dengan semua polihidrat alkohol. Perbedaan terletak pada BMnya, viskositas dan penguapannya PG memiliki BM dan viskositas yang paling rendah dan paling tinggi kemampuan penguapannya. Sorbitol memiliki BM dan viskositas yang paling tinggi dan tidak menguap. Ketiga bahan ini memiliki perbedaan.
1) Dalam handcream tipe sabun asam stearat, konsentrasi sorbitol 2-20 % pada kelembaban relative 30, 50, dan 70 % mencegah hilangnya kelembaban, lebih efektif daripada PG dan gliserol.
2) Dalam handcream tipe nonionik perbedaan antara ketiga humektan kurang disebutkan. Semuanya sama efektif dalam menghambat hilangnya kelmbaban. Meskipun pada kelembaban relative antara 30 % dan pada 2,5: 10 dan 20 % PG lebih efektif dibandingkann yang lainnya (sorbitol atau gliserol)


Alasan penambahan humektan (Jellineck : 143)
Kebanyakan semua kosmetik emulsi m/a dan berbagai a/m terdiri atas satu atau lebih bahan higroskopis dan tipe fase air. Penambahan ini bertujuan
1. Mencegah paling tidak menghambat penyusutan krim oleh penguapan air
2. Melembutkan permukaan kulit dan mencegah atau menghilangkan lapisan tanduk yang kasar dan pecah
3. Memudahkan dalam pemakaian krim dan mencegah “ rolffect”

Referensi :

1. Balsam M.S and Edward sagarin, (1972), Cosmetics Science and Technology, Willey-Interscience: USA.
2. Keithler, WM.R., (1956), The Formulation of Cosmetics and Cosmetic Specialties, Drug and Cosmetic Industry : New York

by;http://inspirationofpurple.blogspot.com/2011/02/humectan.html

Kamis, 22 Juli 2010

sterilisasi FI

Metode Analisis: 5 Farmasi teknis prosedur

Metode sterilisasi

Sterilisasi diperlukan untuk penghancuran lengkap atau penghapusan semua mikroorganisme (termasuk spora bakteri pembentuk dan non-spora membentuk, virus, jamur, dan protozoa) yang dapat mencemari obat-obatan atau bahan lainnya dan dengan demikian merupakan bahaya kesehatan. Karena pencapaian negara mutlak kemandulan tidak dapat menunjukkan, sterilitas persiapan farmasi dapat didefinisikan hanya dalam bentuk probabilitas. Keberhasilan dari setiap proses sterilisasi akan tergantung pada sifat produk, tingkat dan jenis kontaminasi, dan kondisi di mana produk akhir telah disiapkan. Persyaratan untuk Good Manufacturing Practice harus diamati di seluruh tahap pembuatan dan sterilisasi.

Klasik menggunakan teknik sterilisasi uap jenuh di bawah tekanan atau udara panas yang paling dapat diandalkan dan harus digunakan sedapat mungkin. Metode sterilisasi lainnya termasuk filtrasi, radiasi pengion (gamma dan radiasi sinar elektron), dan gas (oksida etilen, formaldehida).

Untuk produk yang tidak bisa disterilkan dalam wadah final, pengolahan aseptis diperlukan. Bahan dan produk yang telah disterilkan oleh salah satu proses di atas akan ditransfer ke kontainer steril dan tertutup, baik operasi yang dilakukan dalam kondisi aseptik terkendali.

Apa pun metode sterilisasi dipilih, prosedur harus divalidasi untuk setiap jenis produk atau materi, baik sehubungan dengan jaminan sterilitas dan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan yang merugikan telah terjadi dalam produk. Kegagalan untuk mengikuti tepat yang ditetapkan, proses validasi bisa menghasilkan produk yang tidak steril atau memburuk. Program validasi khas untuk uap atau sterilisasi kering-panas memerlukan hubungan pengukuran temperatur, dibuat dengan perangkat sensorik untuk menunjukkan distribusi panas dan penetrasi panas, dengan indikator biologis penghancuran, persiapan yaitu mikroorganisme tertentu diketahui memiliki ketahanan tinggi untuk yang khusus proses sterilisasi. indikator biologis juga digunakan untuk memvalidasi metode sterilisasi lain (lihat metode tertentu), dan kadang-kadang untuk kontrol rutin setiap siklus. Periodic revalidation is recommended. Revalidation periodik dianjurkan.

Pemanasan di sterilisasi (autoclave uap)

Paparan mikroorganisme menjadi uap jenuh di bawah tekanan dalam autoklaf mencapai kehancuran mereka oleh denaturasi ireversibel enzim dan protein struktural.. Suhu di mana terjadi denaturasi berbanding terbalik dengan jumlah air yang hadir. Sterilisasi uap jenuh dalam sehingga memerlukan kontrol tepat waktu, suhu, dan tekanan. Seperti perpindahan dari udara dengan uap tidak mungkin mudah dicapai, udara harus dievakuasi dari autoclave sebelum pengakuan uap. Metode ini harus digunakan sedapat mungkin untuk persiapan air dan untuk dressing bedah dan peralatan medis.

Rekomendasi untuk sterilisasi dalam autoklaf adalah 15 menit pada 121-124 ° C (200 kPa) suhu. Yang 1 harus digunakan untuk mengontrol dan memantau proses; tekanan terutama digunakan untuk mendapatkan suhu uap yang diperlukan. kondisi Alternatif, dengan kombinasi yang berbeda waktu dan temperatur, diberikan di bawah ini.

1 1 atm = 101 325 Pa

Suhu
(° C)

Kira-kira
tekanan yang sesuai
(KPa)

Minimum waktu sterilisasi
(Min)

126-129

250 (~ 2,5 atm)

10

134-138

300 (~ 3,0 atm)

5

Minimum waktu sterilisasi harus diukur dari saat ketika semua bahan yang akan disterilkan telah mencapai suhu yang diperlukan di seluruh. Monitoring the physical conditions within the autoclave during sterilization is essential. Pemantauan kondisi fisik dalam autoclave selama sterilisasi sangat penting. Untuk memberikan informasi yang diperlukan, pemantauan suhu-probe harus dimasukkan ke dalam wadah yang representatif, dengan penyelidikan tambahan ditempatkan di load di bagian yang berpotensi keren dari ruang dimuat (sebagaimana ditetapkan dalam program validasi). Kondisi harus berada dalam jarak ± 2 ° C dan ± 10 kPa (± 0,1 atm) dari nilai yang diperlukan. Setiap siklus harus dicatat pada grafik suhu-waktu atau dengan cara lain yang cocok.

Larutan berair dalam kontainer kaca biasanya mencapai kesetimbangan termal dalam waktu 10 menit untuk volume sampai 100 ml dan 20 menit untuk volume sampai dengan 1000 ml.

beban Porous, seperti perban bedah dan produk terkait, harus diproses dalam suatu alat yang menjamin penetrasi uap. Kebanyakan dressing cukup disterilkan dengan mempertahankan mereka pada suhu 134-138 ° C selama 5 menit.

Dalam kasus tertentu, kaca, porselin, atau barang logam yang disterilkan pada 121-124 ° C selama 20 menit.

Lemak dan minyak dapat disterilisasi pada 121 ° C selama 2 jam, tetapi, jika memungkinkan, harus disterilkan dengan panas kering.

Dalam kasus tertentu (misalnya zat termolabil), sterilisasi dapat dilakukan pada suhu di bawah 121 ° C, asalkan dipilih kombinasi waktu dan suhu telah divalidasi. Suhu yang lebih rendah menawarkan tingkat sterilisasi yang berbeda, jika hal ini dievaluasi dalam kombinasi dengan beban mikroba dikenal bahan sebelum sterilisasi, suhu yang lebih rendah dapat memuaskan. kondisi khusus dari suhu dan waktu untuk persiapan tertentu dinyatakan dalam monograf individu.

bioindikator Galur diusulkan untuk validasi dari proses sterilisasi adalah: spora Bacillus stearothermophilus (misalnya ATCC 7.953 atau 52,81 CIP) untuk yang D-nilai (yaitu pengurangan 90% dari populasi mikroba) adalah 1,5-2 menit pada 121 ° C, menggunakan sekitar 10 6 spora per indikator.

Dry-heat sterilization Sterilisasi kering-panas

Dalam proses kering-panas, proses mematikan primer dianggap oksidasi konstituen sel. Sterilisasi kering-panas memerlukan suhu yang lebih tinggi dari panas lembab dan waktu pemaparan lebih lama. Metode ini, karena itu, lebih nyaman untuk panas-stabil, bahan-bahan non-air yang tidak bisa disterilkan dengan uap karena efek merusak atau kegagalan untuk menembus. bahan tersebut termasuk gelas, bubuk, minyak, dan beberapa injeksi minyak.

Persiapan yang harus disterilkan dengan panas kering diisi dengan unit yang baik tertutup atau ditutup sementara untuk sterilisasi. Seluruh isi setiap kontainer dijaga dalam oven selama waktu dan suhu yang diberikan dalam tabel di bawah. Kondisi lain mungkin diperlukan untuk persiapan yang berbeda untuk memastikan penghapusan secara efektif semua mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Temperature Suhu
(° C)

Minimum waktu sterilisasi
(Min)

160

180 180

170

60 60

180

30 30

kondisi khusus dari suhu dan waktu untuk persiapan tertentu dinyatakan dalam monograf individu.

oven yang biasanya harus dilengkapi dengan sistem udara paksa untuk menjamin pemerataan panas seluruh bahan diproses.. Ini harus dikontrol dengan memonitor suhu. Kontainer yang telah ditutup sementara selama prosedur sterilisasi ditutup setelah sterilisasi menggunakan teknik aseptik untuk mencegah kontaminasi ulang mikroba.

bioindikator Galur diusulkan untuk validasi proses sterilisasi adalah: spora Bacillus subtilis (misalnya var. niger ATCC 9372 atau CIP 77,18) untuk yang D-nilai 5-10 menit pada 160 ° C menggunakan sekitar 10 6 spora per indikator.

Penyaringan

Sterilisasi dengan penyaringan digunakan terutama untuk solusi termolabil. Hal ini dapat disterilisasi oleh bagian melalui steril bakteri-penahan filter, misalnya filter membran (turunan selulosa, dll), plastik, keramik berpori, atau cocok filter kaca sinter, atau kombinasi ini. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan.

langkah-langkah tepat harus diambil untuk menghindari hilangnya terlarut oleh adsorpsi ke filter dan mencegah pelepasan kontaminan dari filter. Cocok filter akan mencegah bagian dari mikroorganisme, tetapi filtrasi harus diikuti dengan transfer aseptis larutan disterilkan ke kontainer akhir yang kemudian segera tertutup dengan hati-hati untuk mengecualikan setiap kontaminasi ulang.

Biasanya, membran tidak lebih besar dari ukuran pori 0,22 μm nominal harus digunakan. Efektivitas metode filtrasi harus divalidasi jika ukuran pori yang lebih besar bekerja.

Untuk mengkonfirmasi integritas filter, baik sebelum dan setelah penyaringan, titik gelembung atau tes serupa harus digunakan, sesuai dengan instruksi dari pabriknya filter itu. Tes ini menggunakan tekanan yang ditentukan untuk memaksa gelembung udara melalui membran utuh sebelumnya dibasahi dengan produk, dengan air, atau dengan cairan hidrokarbon.

Semua filter, tabung, dan peralatan yang digunakan "downstream" harus steril. Penyaring mampu menahan panas dapat disterilisasi dalam perakitan sebelum digunakan oleh autoclaving pada 121 ° C selama 15 - 45 menit tergantung pada ukuran dari perakitan filter. Efektivitas sterilisasi ini harus divalidasi. Untuk penyaringan cairan di mana pertumbuhan mikroba adalah mungkin, maka filter yang sama tidak boleh digunakan untuk prosedur berlangsung lebih dari satu hari kerja.

Eksposur terhadap radiasi pengion

Sterilisasi bahan aktif tertentu, produk obat-obatan, dan peralatan medis dalam wadah akhirnya mereka atau paket dapat dicapai oleh paparan radiasi pengion dalam bentuk radiasi gamma dari sumber yang sesuai seperti radioisotopic 60 Co (kobalt 60) atau elektron energi oleh cocok akselerator elektron. Hukum dan peraturan untuk perlindungan terhadap radiasi harus dihormati.

radiasi gamma dan berkas elektron digunakan untuk efek ionisasi molekul-molekul dalam organisme. Mutasi adalah yang terbentuk dalam DNA dan replikasi mengubah reaksi ini. Proses-proses tersebut sangat berbahaya dan hanya terlatih dan berpengalaman staf harus memutuskan pada keinginan untuk penggunaan layanan tersebut dan harus menjamin proses pemantauan. Didesain khusus dan tujuan-dibangun instalasi dan peralatan harus digunakan.

Hal ini biasa untuk memilih tingkat radiasi yang diserap dari 25 kGy 1 (2,5 Mrad) 2, meskipun tingkat lain dapat digunakan asalkan mereka telah divalidasi.

1 kilogray

2 megarad

. Radiasi dosis harus dipantau dengan Dosimeter spesifik selama proses keseluruhan. Dosimeter harus dikalibrasi terhadap standar pada sumber penerimaan dari pemasok dan pada interval yang tepat setelah itu. Sistem radiasi harus ditinjau ulang dan divalidasi apabila sumber bahan berubah dan, dalam hal apapun, setidaknya sekali setahun.

Strain bioindikator diusulkan untuk validasi dari proses sterilisasi adalah: spora Bacillus pumilus (misalnya ATCC 27142 atau CIP 77,25) dengan 25 kGy (2,5 Mrad) untuk yang D-nilai sekitar 3 kGy (0,3 Mrad) menggunakan 10 7 -10 8 spora per indikator, karena dosis yang lebih tinggi, spora Bacillus cereus (misalnya SSI C 1 / 1) atau sphaericus Bacillus (misalnya SSL C 1 A) digunakan.

Sterilisasi gas

Agen aktif dari proses sterilisasi gas dapat etilen oksida atau zat lain yang sangat volatile. Alamnya sangat mudah terbakar dan berpotensi ledakan dari agen tersebut adalah kerugian kecuali mereka yang dicampur dengan gas inert yang sesuai untuk mengurangi sifat mereka sangat beracun dan kemungkinan sisa residu beracun bahan diperlakukan.. Seluruh proses ini sulit untuk mengontrol dan harus dipertimbangkan hanya jika tidak ada prosedur sterilisasi lain dapat digunakan. Hanya harus dilakukan di bawah pengawasan staf yang sangat terampil.

Efisiensi mensterilkan etilen oksida tergantung pada konsentrasi gas, kelembaban, waktu pemaparan, suhu, dan sifat beban. Secara khusus, perlu untuk memastikan bahwa sifat kemasan yang sedemikian rupa sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. It is also important to maintain sufficient humidity during sterilization. Hal ini juga penting untuk menjaga kelembaban memadai selama sterilisasi. Rekaman konsentrasi gas dan suhu dan kelembaban harus dilakukan untuk setiap siklus. kondisi sterilisasi yang tepat harus ditentukan secara eksperimental untuk setiap jenis beban.

Setelah sterilisasi, waktu harus diperbolehkan untuk agen sterilisasi penghapusan residu dan residu volatile, yang harus dikonfirmasi dengan tes tertentu.

Karena kesulitan mengendalikan proses, efisiensi harus dipantau setiap kali menggunakan strain bioindikator diusulkan: spora Bacillus subtilis (misalnya var. Niger ATCC 9372 atau CIP 77,18) atau stearothermophilus Bacillus, (misalnya ATCC 7953 atau CIP 52,81). Jumlah spora yang sama harus digunakan sebagai untuk "Pemanasan dalam sterilisasi" autoclave dan "dry-panas".

Rabu, 07 Juli 2010

Vitamin

Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.

Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan.

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Contohnya adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.


Sejarah

Vitamin merupakan suatu senyawa yang telah lama dikenal oleh peradaban manusia. Sudah sejak ribuan tahun lalu, manusia telah mengenal vitamin sebagai salah satu senyawa yang dapat memberikan efek kesehatan bagi tubuh. Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, berbagai hal dan penelusuran lebih mendalam mengenai vitamin pun turut diperbaharui. Garis besar sejarah vitamin dapat dibagi menjadi 5 era penting. Disetiap era tersebut, terjadi suatu kemajuan besar terhadap senyawa vitamin ini yang diakibatkan oleh adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Era penyembuhan empiris

Era pertama dimulai pada sekitar tahun 1500-1570 sebelum masehi. Pada masa itu, banyak ahli pengobatan dari berbagai bangsa, seperti Mesir, Cina, Jepang, Yunani, Roma, Persia, dan Arab, telah menggunakan ekstrak senyawa (diduga vitamin) dari hati yang kemudian digunakan untuk menyembuhkan penyakit kerabunan pada malam hari. Penyakit ini kemudian diketahui disebabkan oleh defisiensi vitamin A. Walau pada masa tersebut ekstrak hati tersebut banyak digunakan, para ahli pengobatan masih belum dapat mengidentifikasi senyawa yang dapat menyembuhkan penyakit kerabunan tersebut. Oleh karena itu, era ini dikenal dengan era penyembuhan empiris (berdasarkan pengalaman).

Era karakterisasi defisiensi
Perkembangan besar berikutnya mengenai vitamin baru kembali muncul pada tahun 1890-an. Penemuan ini diprakarsai oleh Lunin dan Christiaan Eijkman yang melakukan penelitian mengenai penyakit defisiensi pada hewan. Penemuan inilah yang kemudian memulai era kedua dari lima garis besar sejarah vitamin di dunia. Penelitian mereka terfokus pada pengamatan penyakit akibat defisiensi senyawa tertentu. Beberapa tahun berselang, ilmuwan Sir Frederick G. Hopkins yang sedang melakukan analisis penyakit beri-beri pada hewan menemukan bahwa hal ini disebabkan oleh kekurangan suatu senyawa faktor pertumbuhan (growth factor). Pada tahun 1911, seorang ilmuwan kelahiran Amerika bernama Dr. Casimir Funk berhasil mengisolasi suatu senyawa yang telah dibuktikan dapat mencegah peradangan saraf (neuritis) untuk pertama kalinya. Dr. Casimir juga berhasil mengisolasi senyawa aktif dari sekam beras yang diyakini memiliki aktivitas antiberi-beri pada tahun berikutnya. Pada saat itulah (dan untuk pertama kalinya), Dr Funk mempublikasikan senyawa aktif hasil temuannya tersebut dengan istilah vitamine (vital dan amines). Pemberian nama amines pada senyawa vitamin ini karena diduga semua jenis senyawa aktif ini memiliki gugus amina (amine). Hal tersebut kemudian segera disanggah dan diganti menjadi vitamin (dengan penghilangan akhiran huruf "e") pada tahun 1920

Masa keemasan

Era ketiga sejarah vitamin terjadi beberapa dekade berikutnya.[7] Pada masa tersebut, terjadi banyak penemuan besar mengenai vitamin itu sendiri, meliputi penemuan vitamin jenis baru, metode penapisan yang diperbahurui, penggambaran struktur lengkap vitamin, dan síntesis vitamin B12. Oleh karena hal tersebutlah, era ketiga dari garis besar sejarah vitamin ini dikenal dengan masa keemasan (golden age).[7] Banyak penelti yang mendapatkan hadiah nobel atas penemuannya di bidang vitamin ini. Sir Walter N. Hawort mendapatkan nobel di bidang kimia atas penemuan vitamin C pada tahun 1937. Hadiah nobel lainnya diperoleh oleh Carl Peter Henrik Dam di bidang Fisiologi - Pengobatan pada tahun 1943 atas penemuannya terhadap vitamin K.[11] Fritz A Litmann juga turut memenangkan nobel atas dedikasinya dibidang penelitian mengenai penemuan koenzim A dan perannya di dalam metabolisme tubuh.

Era karakterisasi fungsi dan produksi

Era keempat ditandai dengan banyaknya penemuan mengenai fungsi biokimia vitamin di dalam tubuh, perannya dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, dan produksi komersial vitamin untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pada tahun 1930-an, para peneliti menemukan bahwa vitamin B2 merupakan bagian dari “enzim kuning”. Vitamin B2 ini sendiri diperoleh dari ekstrak ragi. Melalui penelitian ini juga, kelompok vitamin B diketahui berperan sebagai koenzim yang penting di dalam tubuh manusia. Produksi masal vitamin untuk pertama kalinya juga terjadi pada era ini. Dikomersilkan pertama kali oleh Tadeus Reichstein pada tahun 1933, vitamin C telah dijual kepada masyarakat luas dengan harga yang relatif murah sehingga terjangkau bagi khalayak ramai. Vitamin C yang juga dikenal dengan istilah asam askorbat ini kemudian banyak dipakai sebagai suplemen makanan, penelitian, dan gizi tambahan bagi hewan ternak. Atas hasil penemuan ini, Tadeus Reichstein mendapatkan nobel di bidang Fisiologi – Pengobatan pada tahun 1950.

Era penemuan nilai kesehatan vitamin

Hanya dalam waktu 1 dekade berikutnya setelah era vitamin keempat, perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa vitamin keera berikutnya, yaitu era kelima dimana banyak ditemukan nilai kesehatan dari masing-masing jenis vitamin dan penemuan baru mengenai fungsi biokimia vitamin bagi tubuh. Masa ini dimulai pada tahun 1955 ketika Rudolf Altschul menemukan bahwa niasin (vitamin B3) dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Peranan kesehatan ini terlepas dari efek defisiensi vitamin B3 itu sendiri maupun perannya sebagai koenzim dalam metabolisme tubuh.
Berbagai vitamin
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.

Vitamin A

Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya)

Apabila terjadi defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja dan katarak. Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan pingsan. Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit. Sayur-sayuran hijau dan kacang-kacangan sebagai sumber vitamin A dan vitamin B yang tinggi.

Vitamin B

Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.

Vitamin B1

Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi banyak gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.

Vitamin B2

Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.

Vitamin B3

Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.

Vitamin B5

Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur.

Vitamin B6

Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan insomnia.

Vitamin B12

Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.

Vitamin C

Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.

Vitamin D

Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare, berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan dehidrasi berlebihan.

Vitamin E

Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.

Vitamin K

Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.

Senyawa serupa vitamin

Selain vitamin, tubuh juga memproduksi senyawa lain yang juga berperan dalam kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Senyawa ini memiliki karakteristik dan aktivitas yang mirip dengan vitamin sehingga seringkali disebut dengan istilah senyawa serupa vitamin (vitamin like substances). Perbedaan utamanya dengan vitamin adalah senyawa ini diproduksi tubuh dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa senyawa ini pernah diklasifikasikan ke dalam kelompok vitamin B kompleks karena kemiripan fungsi dan sumber makanannya. Akan tetapi, secara umum peranan senyawa serupa vitamin ini tidaklah sepenting vitamin.

Kolin (choline) merupakan salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa serupa vitamin. Senyawa ini dapat ditemukan di setiap sel mahluk hidup dan berperan dalam pengaturan sistem saraf yang baik dan beberapa metabolisme sel. Mioinositol (myoinositol) juga termasuk dalam golongan senyawa serupa vitamin yang larut dalam air. Peranannya dalam tubuh secara spesifik belum diketahui. Contoh lain dari senyawa serupa vitamin ini adalah asam para-aminobenzoat (4-aminobenzoic acid, PABA) yang berperan sebagai senyawa antioksidan dan penyusun sel darah merah. Karnitin (carnitine) merupakan senyawa lain yang berperan dalam sistem transportasi asam lemak dan pembentukkan otot tubuh.

Vitamin sebagai antioksidan

Semua jenis kehidupan di bumi memerlukan energi untuk dapat bertahan hidup. Untuk menghasilkan energi ini, makhluk hidup memerlukan bantuan berbagai substansi, salah satunya adalah oksigen. Oksigen terlibat secara langsung dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Sebagai produk sampingannya, oksigen dilepaskan dalam bentuk yang tidak stabil. Molekul inilah yang dikenal dengan nama radikal bebas (free radicals). Oksigen yang tidak stabil memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan sehingga bersifat reaktif. Kereaktifan oksigen ini sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat mengoksidasi dan merusak DNA, protein, karbohidrat, asam lemak, dan membran sel di dalam tubuh. Sumber radikal bebas lainnya adalah asap rokok, polusi lingkungan, dan sinar ultraviolet.

Tubuh memiliki beberapa mekanisme pertahanan terhadap senyawa radikal bebas ini untuk menetralkan efek negatifnya. Kebanyakan diantaranya adalah senyawa antioksidan alami, seperti enzim superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan sendiri berarti senyawa yang dapat mencegah terjadinya peristiwa oksidasi atau reaksi kimia lain yang melibatkan molekul oksigen (O2). Senyawa lain yang juga dapat berperan sebagai antioksidan adalah glutation, CoQ10, dan gugus tiol pada protein, serta vitamin. Beberapa jenis vitamin telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Contoh vitamin yang banyak berperan sebagai senyawa antioksidan di dalam tubuh adalah vitamin C dan vitamin E.
Vitamin E dapat membantu melindungi tubuh dari oksidasi senyawa radikal bebas. Vitamin ini juga mampu bekerja dalam kondisi kadar senyawa radikal bebas yang tinggi sehingga mampu dengan efisien dan efektif menekan reaksi perusakan jaringan di dalam tubuh melalui proses oksidasi. Di samping vitamin E, terdapat satu jenis vitamin lagi yang juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, yaitu vitamin C. Vitamin ini berinteraksi dengan senyawa radikal bebas di bagian cairan sel. Selain itu, vitamin C juga dapat memulihkan kondisi tubuh akibat adanya reaksi oksidasi dari berbagai senyawa berbahaya.

Bila kadar radikal bebas di dalam tubuh menjadi sangat berlebih dan tidak lagi dapat diantisipasi oleh senyawa antioksidan maka akan timbul berbagai penyakit kronis, seperti kanker, arterosklerosis, penyakit jantung, katarak, alzhemeir, dan rematik. Bagi orang yang memiliki sejarah penyakit kronis tersebut dalam garis keturunannya, dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung vitamin C dan E sebagai sumber senyawa antioksidan. Selain itu, suplemen makanan juga dapat turut membantu mengatasi masalah tersebut.

Vitamin dan penuaan tubuh

Penuaan tubuh merupakan hasil akumulasi dari berbagai kerusakan sel dan jaringan yang tidak dapat diperbaiki. Pada keadaan normal, kerusakan pada sel dan jaringan tubuh dapat diperbaiki melalui proses replikasi sel tubuh yang juga dikenal dengan istilah mitosis. Akan tetapi, pada berbagai kasus sel yang rusak tidak lagi dapat diperbaharui, melainkan terus terakumulasi. Hal inilah yang berpotensi menyebabkan penuaan pada tubuh. Senyawa radikal bebas merupakan salah satu agen yang berkontribusi besar dalam peristiwa ini.

Mitokondria merupakan salah satu organel sel yang paling rentan mengalami kerusakan oleh senyawa oksigen reaktif (radikal bebas). Hal ini terkait dengan banyaknya reaksi pelepasan oksigen bebas di dalam organel ini yang merupakan pusat metabolisme energi tubuh. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa tingkat kerusakan mitokondria ini berhubungan langsung dengan proses penuaan tubuh atau panjangnya umur suatu makhluk hidup. Selain itu, kerusakan DNA akibat reaksi oksidasi oleh radikal bebas juga turut berperan besar dalam peristiwa ini. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu senyawa untuk menekan efek perusakan oleh radikal bebas.

Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh mengurangi efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang reaktif Selain itu, vitamin juga berkontribusi dalam menyokong sistem imun yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan, terutama pada manula. Jadi, secara tidak langsung, asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat dan berumur panjang.

.

Minggu, 04 Juli 2010

tanaman mengandung alkaloid

Stachytarphetae cayennensidis Folium (Daun Pecut Kuda)

Nama Daerah
Nama daerah: jarong lalaki, ngadi rengga, rumjarum.

Pemerian
Pemerian. Bau lemah; rasa agak pahit dan lama-lama menimbulkan rasa tebal lidah.

Pemeriksaan Makroskopik.
Makroskopik. Daun tunggal, berwarna hijau sampai hijau tua atau hijau kecoklatan, helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur memanjang, panjang 2 cm sampai 8 cm, lebar 1 cm sampai 5 cm, ujung helaian daun meruncing, pangkal menyempit sedikit demi sedikit, pinggir daun pada pangkal rata, selebihnya pinggir beringgit bergigi, tulang daun menyirip, menonjol pada permukaan bawah, permukaan daun berambut, jika diraba terasa kasar.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel, dinding berkelok-kelok, epidermis bawah terdiri dari 1 lpis sel bentuknya lebih kecil dari pada epidermis atas, dinding sedikit berkelok. Kutikula tipis, bentuk garis, terdapat pada kedua epidermis. Rambut kelenjar tipe Labiatae, terdiri dari 6 sel. Rambut penutup terdiri dari 3-5 sel. Rambut kelenjar dan rambut penutup terdapat pada kedua epidermis. Stomata terdapat pada epidermis atas dan epidermis bawah. Mesom meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, sel tegak, dinding sel berkelok-kelok, mengandung butir-butir klorofil. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk agak membulat, mengandung butir-butir klorofil; di dalam jaringan bunga karang terdapat berkas pembuluh yang dikelilingi sel seludang. Tulang daun mengandung berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak sel epidermis dengan stomata tipe diasitik kadang-kadang tampak anomoisitik.
Serbuk berwarna hiaju tua. Fragmen pengenal adalah fragmen rambut penutup terdiri dari 3-5 sel dan banyak yang mempunyai sel yang berkolabrasi, sel rambut tampak bertitik-titik, fragmen rambut kelenjar, fragmen pembuluh kayu dengan penebalan jala, fragmen mesofil.


Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat merah.
B. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warnacoklat tua.
C. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P; terjadi warna hijau tua.
D. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau kehitaman.
E. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warnacoklat tua.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 4,5%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 30%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 28%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Pembersih darah, peluruh seni (deuretik).

Kandungan Senyawa
Isi. Glikosida, alkaloid.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Piperis nigri Fructus (Lada Hitam)


Nama Daerah
Sumatra: lada, leudeu pedih, lada, raro, lada kecik, lade ketek.
Jawa: lada, pedes, merica, sak ang kambang.
Nusatenggara: maicam, mica, saha, kelailinga jawa, ngguru, saang.
Kalimantan: sahang laut, sahang.
Sulawesi: kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa, hisan parangen, malita, sausus, risa, marica.
Maluku: oes dai musan, peresan, marisa mau, lada, marisano, rica, rica jawa, rica polulu, rica tamelo.

Pemerian
Bau aromatik khas, rasa pedas.

Pemeriksaan Makroskopik
Buah berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu sampai kehitaman, garis tengak 2,5 mm sampai 6 mm; permukaan berkeriput kasar, dalam, serupa jala; pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangaki; pada irisan membujur terdapat perikarp yang tipis, sempit dan berwarna gelap menyebungi inti bijih yang putih dari biji tunggal; perikarp melekat erat pada biji. Hampir seluruh inti biji terdiri dari dari perisperm; bagian tengah perisperm berongga, bagian ujung perisperm berongga, bagian ujung persperm menyelubungi endosperm yang kecil; embrio sangat kecil, terbenam dalam endoderm.

Pemeriksaan Mikroskopik
Epikarp tersusun dari 1 lapis sel epidermis yang sel-selnya berbentuk persegi empat membulat, beris hablur kecil berbentuk prisma dan zat berwarna coklat tua sampai kehitaman; pada pandanagn tangensial epikarp tampak berbentuk poligonal dengan dinding samping lurus. Hipodermis terdiri dari jaringan parenkim berdinding tipis dan kelompok-kelompok sel batu; sel batu berbentuk isodiametrik sampai persegi panjang, dinding tebal dan berlignin, berlapis-lapis, warna kuning kecoklatan, lumen cukup lebar dan berisi zat warna coklat tua; saluran noktah jelas. Mesokarp merupakan bagian terlebar; bagian luar terdiri dari beberapa lapis sel parenkim besarberbentuk poligonal beris butir pati dan butir hijau daun, di antara sel parenkim tersebar sel sekresi berisi minyak berwarna kekuningan atau berisi damar; lapisan lanjutnya terdiri dari beberapa lapis sel parenkim berdinding tipis yang termampat, diantara sel parenkim terdapat berkas pembuluh fibrofaskuler; di mesokarp bagian dalam terdapat lapisan sel minyak, sel berbentuk poligonal, besar, berisi minyak berwarna. Endokarp terdiri dari satu lapis sel piala dengan dinding radial dan dinding tangensial dalam tebal, berlignin, dinding dalam lebih belignin dari pada dinding terluar. Spermodermis terdiri dari lapisan sel yang termampat dan lapisan pigmen berisi zat warna coklat yang dengan larutan besi (III) klorida LP berwarna biru. Lapisan hialin berwarna putih jernih, umumnya berlekatan dengan spermoderm. Pada perisperm terdapat lapisan aleuron butir-butir aluron; jaringanperisperm selebihnya terdiri dari sel parenkim besar bentuk polihedal, penuh berisi butir-butir pati kecil yang berkelompok dan tampak sebagai massa kompak polihedral, butir pati tunggal bersudut dan bergaris tengah sampai lebih kurang 7um. Diantra patrenkim perisperm terdapat sel sekresi berisi minyak berwarna kekuningan.
Serbuk. Warna coklat muda. Fragmen pengenal adalah kelompok butir pati yang berupa massa polihedral, fragmen epikarp, fragmen hipodermis dengan parenkim dan kelompok sel batu; fragmen endokarp dengan sel piala, kerap kali masih berlekatan dengan spermoderm, fragmen epikarp berikut hipodermis; fragmen parenkim dengan sel sekresi.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat tua.
B. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna kuning.
C. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat tua.
D. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam klorida encer P; terjadi warna kuning.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 6%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut air. Tidak kurang dari 2,5%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 8%.
Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Karminatif, iritasi lokal.

Kandungan Senyawa
Isi. Minyak atsiri mengandung felandren, dipenten, kariopilen, enthoksilin, limonen, alkaloida piperina, dan kavisina.

Referensi
Materia Medika Indonesia IV, hal 105-108, thn 1980, Depkes RI

Produk Terkait

Data belum tersedia.


Cyperi Rhizoma (Rimpang Teki)


Nama Daerah
Jawa : Teki, tekan (jawa), motta (Madura).
Sulawesi : Rukut teki wuta (Minahasa). Bulih manggasa buai (buol).
Nusatenggara : Kareha wai (Sumba).
Maluku : Rukut teki wuta (Alfuru).

Pemerian
Bau khas aromatik,rasa agak pedas kemudian pahit, menimbulkan rasa tebal di lidah.

Pemeriksaan Makroskopik
Rimpang utuh berbentuk jorong atau bulat panjang sampai bulat telur memanjang, bagian pangkal dan ujung umumnya meruncing; sangat keras, sukar dipatahkan; panjang 1 cm sampai 5,5 cm, garis tengah 7 mm sampai 1,5 cm; warna coklat muda sampai coklat kehitaman, kadang-kadang berbintik-bintik putih; permukaan beruas-ruas, jarak antara tiap ruas sampai lebih kurang 4mm. Pada permukaan rimpang terdapat tunas-tunas, pangkal akar, sisa pelepah daun yang telah koyak; sisa pelepah daun berupa lembaran-lembaran tipis berbentuk tidak beraturan berwarna coklat muda, coklat sampai kehitaman, terdapat terutama dibagian pertengahan sampai bagian ujung rimpang. Bidang patahan tidak rata, warna putih kotor. Batas antara korteks dan silinder pusat jelas.

Pemeriksaan Mikroskopik
Epidermis terdiri dari sel berdinding tebal berseling dengan sel berdinding tipis. Sel yang berdinding tipis. Sel yang berdinding tebal berupa sel batu berbentuk persegi panjang, dinding berwarna kuning kecoklatan berlignin, saluran noktah tidak jelas, lumen berwarna coklat muda. Sel epidermis yang berdinding tipis pada pandangan tangensial berbentuk poligonal sampai segi panjang, berarna agak kecoklatan. Dibawah sel epidermis berdinding tipis terdapat kelompok jaringan skelerenkimatik yang pada irisan melintang terlihat sebagai sel-sel kecil berbentuk bulat atau bulat telur, dinding tebal berlapis-lapisberwarna coklat, beliknin, lumen brwarna coklt tua sampai coklat kehitaman; pada irisan membujur berupa serabut panjang. Sel epidrmis berdinding tipis termampat den pada umumnya brlekatan dngan kelompok serabut ehingga pada penampaang melintang lapisan epidermis terlihat terputus-putus. Epidermis tersusun dari lebih kurang 6 lapis sel yang berbentuk poligonal memanjang, dinding tebal berwarna kekuningan agak berliknin juga terdapat el hipodermis yang bernokta. Parinkim korteks terdiri dari sel-sel berbentuk poligonal, dinding tipis, penuh berisisi butir-butir pati bulat sampai bulat panjang, kadang-kadang ada yang rompang. Pada jaringan ini terdapat tersebar sel-sel minyak berdinding tipis berisi minyak berwarna kuning keclokatan. Berkas pembluh dikelilingi serabut skelenrenkim berdinding sangat tebal dan berlignin, terdapat tersebar dikorteks dan di silinder pusat. Endodermis terdiri dari: 1 lapis sel, dinding tangensial dalam dan dinding radial tebal dan berlapis-lapis hingga berbentuk serupa huruf U. Sel parenkim silinder pusat serupa parenkim korteks dengan ukuran lebih kecil, penuh berisi butir, sel minyak serupa dengan sel minyak di korteks tersebar diantara parenkim silinder pusat. Sisa pelepah daun: pada pandangan tangensial terlihat susunan jaringan yang terdiri dari berkas-berkas serabut yang berseling dengan jaringan parenkimatik; berkas serabut terdiri dari serabut panjang, dinding tebal dan berlignin, saluran noktah bercabang-cabang, lumen berwarna merah coklat sampai coklat kehitaman; jaringan parenkimatik terdiri dari sel-sel berbentuk poligonal, dinding tipis berwarna coklat, pada rimpang yang sudah tua parenkim membatu dan berbentuk poligonal memanjang, dinding tebal berlignin saluran noktah bercabang, lumen berwarna coklat merah. Serbuk warna coklat dengan bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Fragmen pengenal adalah fragmen sisa pelepah daun; fragmen hipodermis, fragmen serabut; sel batu, lepas, berasal dari epidermis rimpang dan pelepah daun; fragmen parenkim berisi butir pati dan sel minyak; butir pati, lepas; fragmen pembuluh kayu.

Cara Identifikasi
• Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat tua.
• Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat.
• Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v ; terjadi warna kuning.
• Pada 2 mg srbuk rimpang tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna kuning.


Uji Kemurnian
Kadar abu : tidak lebih dari 4,5%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 2%
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 6%
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3,5%
Bahan organik asing tidak lebih dari 2%

Kegunaan
Diuretik, stomakik

Kandungan Senyawa
Minyak atsiri, alkaloida, glikosida, flavonoida.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Strychnii Lignum (Kayu Bidara Laut)


Nama Daerah
Sumatera ; bidara laut, bidara pait, bidara putih, kayu ular.
Jawa : dara laut, dara putih, bidara ghunong.
Nusatenggara : ai betek, ai hedu, hau feta, maba putih, songga, elu, ai, baku moruk.
Sulawesi : aju mapai, bidara mapai.

Pemerian
Warna kuning kecoklatan, tidak berbau, rasa pahit.

Pemeriksaan Makroskopik
Potongan kecil, serutan atau serpihan kayu, bentuk dan besar berbeda, lurus, melengkung dan terpilin, tipis atu agak tebal, mudah dipatahkan, bekas pathan tidak rata.

Pemeriksaan Mikroskopik
Pada penampang melintang tampak jari-jari xilem berisi sedikit butir pati, tunggal, berkas pembuluh atau trakea, dinding tebal berlignin, bernoktah dengan lubang berbentuk celah, lumen umumnya berisi zat warna kunig, serabut xilem, berkelompok, tersusun radier, terdiri dari 5 sampai 40 serabut, didng serabut tebal berlignin, lumen jelas, diantara kelompok serabut sklerenkim terdapat sel parenkim berisi kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan minyak berwarna kuning.
Serbuk : warna kuning. Fragmen pengenal berkas serabut dengan segudang kristal kalsiu oksalat bentuk prisma, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan jala, fargmen serabut sklerenkim umunya panjang dan lumen jelas, kristal kalsium oksalat bentuk prisam, serabut xilem dengan jari empulur dan butir pati tunggal.

Cara Identifikasi
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna hitam.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna hijau.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam nitrat 25% P; terjadi warna coklat.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P; terjadi perubahan warna.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau kebiruan.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P, aduk. Tambahkan 2 tetes larutan kalium dikromat P; terjadi warna biru tua.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P dan ammonium monovanadat P; terjadi warna biru ungu.
• 2 g serbuk kayu dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 30% kemudian gerus dalam mortir, tambahkan 20 ml kloroform P dan gerus kuat-kuat, saring filtrat dibagi 2 (lapisan kloroform) :
1. filtrat diteteskan pada kertas saring, kemudian tetesi dengan pereaksi Dragendorft terjadi warna jingga.
2. ekstraksi filtrat dengan 10 ml asam klorida (1:10) bagi 2.
3. tambahkan pereaksi Dragendorft menjadi endapan jingga.
4. tambahkan pereaksi Mayer menjadi endapan putih.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 7%.
Kadar abu ayang tidak larut dalam asam. Tidak lebih 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 6%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4%.

Kegunaan
Tonika, diaforetik, obat eksem.

Kandungan Senyawa
Alkaloid, brusina, striknina, tannin < 1%, steroid/ triterpenoid.
Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.


Graptophylli Folium. (Daun Wungu.)

Nama Daerah
Sumatra: dangora.
Jawa: daun ungu, daun temen-temen, handeuleum, demung, tulak, wungu, karaton, karatong.
Nusatenggara: temen.
Maluku: kabi-kabi, dongo-dongo.

Pemerian
Tidak berbau; tidak berasa.

Pemeriksaan Makroskopik
Makroskopik. Daun tunggal. Helaian daun berwarna hijau keunguan sampai hijau kehitaman, bentuk jorong, panjang 8 cm sampai 20 cm, lebar 3 cm sampai 13 cm, ujung daun lancip, pangkal daun lancip, pinggir daun agak berombak. Tangkai daun lebih kurang 1 cm, warna ungu kehijauan sampai ungu kehitaman. Tulang daun menyirip; permukaan atas daun rata dan licin, tulang daun menonjol dan berwarna ungu sampai ungu kehitaman; permukaan bawah daun rata dan agak licin, tulang daun sangat menonjol dan berwarna ungu kemerahan sampai ungu kehitaman.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk segi empat sampai empat persegi panjang, kutikula tipis, tidak terdapat stomata, rambut kelenjar tipe Labiatae (Lamiaceae) terdiri dari 1 sel tangkai yang pendek dan kepala kelenjar yang terdiri dari 6 sel atau lebih; litosis terdapat pada epidermis atas dan jaringan palisade, bentuk serupa botol bengkok berleher pendek, bagian leher terletak diantara sel epidermis, bagian yang lebar terletak di bawah epidermis atas atau hampir sejajar pada permukaan daun atau agak menyerong masuk ke jaringan palisade, di dalam bagian yang lebar terdapat sistolit berbentuk bulat telur atau bulat telur memanjang dengan satu ujung mengecil dan kadang-kadang agak bengkok. Epidermis bawah terdiri dari satu lpis sel berbentuk persegi empat sampai empat persegi panjang, kutikula tipis, terdapat stomata, sangat banyak; rambut penutup terdiri dari 2 sel, lurus atau bengkok, dinding sel agak tebal, kutikula berbintik; rambut kelenjar serupa dengan yang terdapat pada epidermis atas; litosis terletak diantara sel epidermis, kadang-kadang juga dibawah sel epidermis pada jaringan kolenkim; pada tulang daun umumnya litosis melintang searah dengan tulang daun. Dibawah epidermis tulang daun terdapat kolenkim. Mesofil: meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, silindrik, berisi klorofil dan tetes minyak; dibawah palisade terdapat 1 sampai 3 lapis sel berbentuk polygonal, juga berisi klorofil dan tetes minyak. Jaringan bunga karang terdiri dari sel berbentuk bulat panjang tidak beraturan, tersusun mendatar, ruang antar sel besar. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak sel epidermis atas berbentuk polygonal, dinding samping lurus atau agak berkelok, tidak terdapat stomata atau rambut penutup, terdapat rambut kelenjar tipe Labiatea (Lamiacea); sel epidermis bawah berbentuk polygonal, dinding samping agak berkelok, stomata banyak, tipe diasitik, rambut kelenjar tipe Labiatae (Lamiaceae) dan rambut penutup.
Serbuk warna hijau tua. Fragmen pengenal adalah rambut penutup terdiri dari 2 sel, rambut kelenjar tipe Labiatae (Lamiaceae), sistolit, fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe diasitik, fragmen kolenkim, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat muda.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna coklat ungu.
C. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat.
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna hijau kekuningan.
E. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna hijau.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 12%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 2%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 29%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 6%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Obat wasir, laksatif lemah, diuretik ringan.

Kandungan Senyawa
Isi. Tannin, alkaloid, sitosterol, glikosid.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Vitecis Folium (Daun Legundi)


Nama Daerah
Nama daerah: gendarasi, legundi, langghundi.
Jawa: lagondi, legundi, langghundi.
Nusatenggara: galumi, sangari.
Sulawesi: dunuko, lanra, lawarani, rala, ai tuban.
Pemerian
Pemerian: bau aromatic khas, rasa pahit.

Pemeriksaan Makroskopik
Makroskopik: helaiaan daun majemuk dengan 1 sampai 3 helai anak daun, 2 atau 3 helai merupakan daun duduk atau bertangkai, umumnya tidak utuh, berwarna hijau kelabu, bentuk bundar telur, jorong, bundar telur berbalik, panjang 4 cm sampai 9,5 cm, lebar 1,75 cm sampai 3,75 cm, pinggir daun rata, tangkai daun lebih kurang 5 mm. tulang daun menyirip, menonjol pada permukaan bawah.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik: pada penampang melintang melalui tulang daun tamapk epidermis atas terdri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis berbintik, rambut penutup terdiri dari 2 sampai 3 sel, berbentuk seperti tanduk, rambut kelenjar 2 macam, yaitu rambut kelenjar bertangkai pendek dengan kepala kelenjar terdiri dari 2 atau lebih sel kepala. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, lebih kecil dari epidermis atas, kutikula tipis berbintik-bintik, stomata banyak, rambut penutup dan rambut kelenjar seperti epidermis atas, lebih banyak daripada epidermis atas. Mesofil meliputi palisade terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel, berbentuk silindrik tersusun rapat satu sama lain, batas lapis kurang jelas, terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset; jaringan bunga karang terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel, terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berkas pembuluh tipe kolateral, dikelilingi seludang sklerenkim. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas bentuk polygonal, dengan dinding samping lurus, epidermis bawah bentuk polygonal dengan dinding samping lurus, stomata tipe anomositik.
Serbuk berwarna hijau kelabu. Fragmen pengenal adalah fragmen rambut penutup; fragmen rambut kelenjar; fragmen epidermis atas; fragmen epidermis bawah; fragmen mesofil; fragmen pembuluh kayu; hablur kalsium oksalat bentuk roset.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol; terjadi warna kuning coklat.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna kuning hijau.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 8%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 24%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 14%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Obat demam (antipiretik), peluruh kentut (karminatif).

Kandungan Senyawa
Isi. Minyak atsiri, glikoflavon, alkaloida agnusida dan aukubin.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Plucheae Folium (Daun Beluntas)


Nama Daerah
Sumatra: belutas.
Jawa: baluntas, baruntas, luntas.
Nusatenggara: lenaboui.
Sulawesi: lamutasa.

Pemerian
Pemerian. Bau khas, tidak harum; rasa agak kelat.

Pemeriksaan Makroskopik
Makroskopik. Helaian daun bertangkai, rapuh, berwarna hijau kekuning-kuningan sampai hijau tua, bentuk bundar telur sampai jorong, panjang 4 cm sampai 8 cm, lebar 3cm sampai 5 cm, ujung daun meruncing, pangkal daun meruncing, pinggir daun bergerigi, panjang tangkai daun 4 mm sampai 8 mm. Tulang daun menyirip, pada permukaan atas dan bawah daun tidak licin, berambut.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis bergaris, stomata sedikit, rambut penutup terdiri dari beberapa sel, ujungnya berbentuk kerucut runcing, lurus atau bengkok, rambut kelenjar tipe Asteraceae. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis bergaris, stomata lebih banyak dari epidermis atas, rambut penutup terdiri dari beberapa sel, lebih banayk daripada epidermis atas, rambut kelenjar tipe Asteraceae. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 atau 2 lapis sel, umumnya 1 lapis sel berbentuk silindrik pendek banyak berisi butir klorofil; jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel, terdapat kelompok serabut berdinding tebal berlignin, berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paredermal tampak epidermis berbentuk polygonal, dinding antiklinal lurus, epidermis bawah berbentuk polygonal, dengan dinding antiklinal lurus atau kadang-kadang bergelombang, stomata anomositik, rambut kelenjar tipe Asteraceae.
Serbuk berwarna hijau tua kekuningan. Fragmen pengenal adalah rambut penutp terdiri dari beberapa sel dan rambut kelenjar tipe Asteraceae lepas; fragmen epidermis atas dan epidermis bawah; fragmen serabut; fragmen epidermis dengan tulang daun; pembuluh kayu dengan penebalan spiral.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat kuning.
C. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida (5%) b/v; terjadi warna kuning.
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna kuning kehijauan.

Uji Kemurnian
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 20%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 5%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Penambah nafsu makan, penurun panas (antipiretik), peluruh keringat (diaforetik).

Kandungan Senyawa
Isi. Minyak atsiri, alkaloid.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.





sumber :http://www.farmasi.usd.ac.id/projects/simplisia/index.php/tracker