bobo' ah ===>>>

Photobucket

Minggu, 04 Juli 2010

emot


blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com
blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.coms);'>blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com blogger-emoticon.blogspot.comblogger-emoticon.blogspot.com

tanaman mengandung alkaloid

Stachytarphetae cayennensidis Folium (Daun Pecut Kuda)

Nama Daerah
Nama daerah: jarong lalaki, ngadi rengga, rumjarum.

Pemerian
Pemerian. Bau lemah; rasa agak pahit dan lama-lama menimbulkan rasa tebal lidah.

Pemeriksaan Makroskopik.
Makroskopik. Daun tunggal, berwarna hijau sampai hijau tua atau hijau kecoklatan, helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur memanjang, panjang 2 cm sampai 8 cm, lebar 1 cm sampai 5 cm, ujung helaian daun meruncing, pangkal menyempit sedikit demi sedikit, pinggir daun pada pangkal rata, selebihnya pinggir beringgit bergigi, tulang daun menyirip, menonjol pada permukaan bawah, permukaan daun berambut, jika diraba terasa kasar.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel, dinding berkelok-kelok, epidermis bawah terdiri dari 1 lpis sel bentuknya lebih kecil dari pada epidermis atas, dinding sedikit berkelok. Kutikula tipis, bentuk garis, terdapat pada kedua epidermis. Rambut kelenjar tipe Labiatae, terdiri dari 6 sel. Rambut penutup terdiri dari 3-5 sel. Rambut kelenjar dan rambut penutup terdapat pada kedua epidermis. Stomata terdapat pada epidermis atas dan epidermis bawah. Mesom meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, sel tegak, dinding sel berkelok-kelok, mengandung butir-butir klorofil. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk agak membulat, mengandung butir-butir klorofil; di dalam jaringan bunga karang terdapat berkas pembuluh yang dikelilingi sel seludang. Tulang daun mengandung berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak sel epidermis dengan stomata tipe diasitik kadang-kadang tampak anomoisitik.
Serbuk berwarna hiaju tua. Fragmen pengenal adalah fragmen rambut penutup terdiri dari 3-5 sel dan banyak yang mempunyai sel yang berkolabrasi, sel rambut tampak bertitik-titik, fragmen rambut kelenjar, fragmen pembuluh kayu dengan penebalan jala, fragmen mesofil.


Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat merah.
B. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warnacoklat tua.
C. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P; terjadi warna hijau tua.
D. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau kehitaman.
E. Pada 2 mg sebuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warnacoklat tua.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 4,5%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 30%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 28%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Pembersih darah, peluruh seni (deuretik).

Kandungan Senyawa
Isi. Glikosida, alkaloid.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Piperis nigri Fructus (Lada Hitam)


Nama Daerah
Sumatra: lada, leudeu pedih, lada, raro, lada kecik, lade ketek.
Jawa: lada, pedes, merica, sak ang kambang.
Nusatenggara: maicam, mica, saha, kelailinga jawa, ngguru, saang.
Kalimantan: sahang laut, sahang.
Sulawesi: kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa, hisan parangen, malita, sausus, risa, marica.
Maluku: oes dai musan, peresan, marisa mau, lada, marisano, rica, rica jawa, rica polulu, rica tamelo.

Pemerian
Bau aromatik khas, rasa pedas.

Pemeriksaan Makroskopik
Buah berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu sampai kehitaman, garis tengak 2,5 mm sampai 6 mm; permukaan berkeriput kasar, dalam, serupa jala; pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangaki; pada irisan membujur terdapat perikarp yang tipis, sempit dan berwarna gelap menyebungi inti bijih yang putih dari biji tunggal; perikarp melekat erat pada biji. Hampir seluruh inti biji terdiri dari dari perisperm; bagian tengah perisperm berongga, bagian ujung perisperm berongga, bagian ujung persperm menyelubungi endosperm yang kecil; embrio sangat kecil, terbenam dalam endoderm.

Pemeriksaan Mikroskopik
Epikarp tersusun dari 1 lapis sel epidermis yang sel-selnya berbentuk persegi empat membulat, beris hablur kecil berbentuk prisma dan zat berwarna coklat tua sampai kehitaman; pada pandanagn tangensial epikarp tampak berbentuk poligonal dengan dinding samping lurus. Hipodermis terdiri dari jaringan parenkim berdinding tipis dan kelompok-kelompok sel batu; sel batu berbentuk isodiametrik sampai persegi panjang, dinding tebal dan berlignin, berlapis-lapis, warna kuning kecoklatan, lumen cukup lebar dan berisi zat warna coklat tua; saluran noktah jelas. Mesokarp merupakan bagian terlebar; bagian luar terdiri dari beberapa lapis sel parenkim besarberbentuk poligonal beris butir pati dan butir hijau daun, di antara sel parenkim tersebar sel sekresi berisi minyak berwarna kekuningan atau berisi damar; lapisan lanjutnya terdiri dari beberapa lapis sel parenkim berdinding tipis yang termampat, diantara sel parenkim terdapat berkas pembuluh fibrofaskuler; di mesokarp bagian dalam terdapat lapisan sel minyak, sel berbentuk poligonal, besar, berisi minyak berwarna. Endokarp terdiri dari satu lapis sel piala dengan dinding radial dan dinding tangensial dalam tebal, berlignin, dinding dalam lebih belignin dari pada dinding terluar. Spermodermis terdiri dari lapisan sel yang termampat dan lapisan pigmen berisi zat warna coklat yang dengan larutan besi (III) klorida LP berwarna biru. Lapisan hialin berwarna putih jernih, umumnya berlekatan dengan spermoderm. Pada perisperm terdapat lapisan aleuron butir-butir aluron; jaringanperisperm selebihnya terdiri dari sel parenkim besar bentuk polihedal, penuh berisi butir-butir pati kecil yang berkelompok dan tampak sebagai massa kompak polihedral, butir pati tunggal bersudut dan bergaris tengah sampai lebih kurang 7um. Diantra patrenkim perisperm terdapat sel sekresi berisi minyak berwarna kekuningan.
Serbuk. Warna coklat muda. Fragmen pengenal adalah kelompok butir pati yang berupa massa polihedral, fragmen epikarp, fragmen hipodermis dengan parenkim dan kelompok sel batu; fragmen endokarp dengan sel piala, kerap kali masih berlekatan dengan spermoderm, fragmen epikarp berikut hipodermis; fragmen parenkim dengan sel sekresi.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat tua.
B. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna kuning.
C. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat tua.
D. Pada 2 mg serbuk buah tambahkan 5 tetes asam klorida encer P; terjadi warna kuning.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 6%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut air. Tidak kurang dari 2,5%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 8%.
Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Karminatif, iritasi lokal.

Kandungan Senyawa
Isi. Minyak atsiri mengandung felandren, dipenten, kariopilen, enthoksilin, limonen, alkaloida piperina, dan kavisina.

Referensi
Materia Medika Indonesia IV, hal 105-108, thn 1980, Depkes RI

Produk Terkait

Data belum tersedia.


Cyperi Rhizoma (Rimpang Teki)


Nama Daerah
Jawa : Teki, tekan (jawa), motta (Madura).
Sulawesi : Rukut teki wuta (Minahasa). Bulih manggasa buai (buol).
Nusatenggara : Kareha wai (Sumba).
Maluku : Rukut teki wuta (Alfuru).

Pemerian
Bau khas aromatik,rasa agak pedas kemudian pahit, menimbulkan rasa tebal di lidah.

Pemeriksaan Makroskopik
Rimpang utuh berbentuk jorong atau bulat panjang sampai bulat telur memanjang, bagian pangkal dan ujung umumnya meruncing; sangat keras, sukar dipatahkan; panjang 1 cm sampai 5,5 cm, garis tengah 7 mm sampai 1,5 cm; warna coklat muda sampai coklat kehitaman, kadang-kadang berbintik-bintik putih; permukaan beruas-ruas, jarak antara tiap ruas sampai lebih kurang 4mm. Pada permukaan rimpang terdapat tunas-tunas, pangkal akar, sisa pelepah daun yang telah koyak; sisa pelepah daun berupa lembaran-lembaran tipis berbentuk tidak beraturan berwarna coklat muda, coklat sampai kehitaman, terdapat terutama dibagian pertengahan sampai bagian ujung rimpang. Bidang patahan tidak rata, warna putih kotor. Batas antara korteks dan silinder pusat jelas.

Pemeriksaan Mikroskopik
Epidermis terdiri dari sel berdinding tebal berseling dengan sel berdinding tipis. Sel yang berdinding tipis. Sel yang berdinding tebal berupa sel batu berbentuk persegi panjang, dinding berwarna kuning kecoklatan berlignin, saluran noktah tidak jelas, lumen berwarna coklat muda. Sel epidermis yang berdinding tipis pada pandangan tangensial berbentuk poligonal sampai segi panjang, berarna agak kecoklatan. Dibawah sel epidermis berdinding tipis terdapat kelompok jaringan skelerenkimatik yang pada irisan melintang terlihat sebagai sel-sel kecil berbentuk bulat atau bulat telur, dinding tebal berlapis-lapisberwarna coklat, beliknin, lumen brwarna coklt tua sampai coklat kehitaman; pada irisan membujur berupa serabut panjang. Sel epidrmis berdinding tipis termampat den pada umumnya brlekatan dngan kelompok serabut ehingga pada penampaang melintang lapisan epidermis terlihat terputus-putus. Epidermis tersusun dari lebih kurang 6 lapis sel yang berbentuk poligonal memanjang, dinding tebal berwarna kekuningan agak berliknin juga terdapat el hipodermis yang bernokta. Parinkim korteks terdiri dari sel-sel berbentuk poligonal, dinding tipis, penuh berisisi butir-butir pati bulat sampai bulat panjang, kadang-kadang ada yang rompang. Pada jaringan ini terdapat tersebar sel-sel minyak berdinding tipis berisi minyak berwarna kuning keclokatan. Berkas pembluh dikelilingi serabut skelenrenkim berdinding sangat tebal dan berlignin, terdapat tersebar dikorteks dan di silinder pusat. Endodermis terdiri dari: 1 lapis sel, dinding tangensial dalam dan dinding radial tebal dan berlapis-lapis hingga berbentuk serupa huruf U. Sel parenkim silinder pusat serupa parenkim korteks dengan ukuran lebih kecil, penuh berisi butir, sel minyak serupa dengan sel minyak di korteks tersebar diantara parenkim silinder pusat. Sisa pelepah daun: pada pandangan tangensial terlihat susunan jaringan yang terdiri dari berkas-berkas serabut yang berseling dengan jaringan parenkimatik; berkas serabut terdiri dari serabut panjang, dinding tebal dan berlignin, saluran noktah bercabang-cabang, lumen berwarna merah coklat sampai coklat kehitaman; jaringan parenkimatik terdiri dari sel-sel berbentuk poligonal, dinding tipis berwarna coklat, pada rimpang yang sudah tua parenkim membatu dan berbentuk poligonal memanjang, dinding tebal berlignin saluran noktah bercabang, lumen berwarna coklat merah. Serbuk warna coklat dengan bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Fragmen pengenal adalah fragmen sisa pelepah daun; fragmen hipodermis, fragmen serabut; sel batu, lepas, berasal dari epidermis rimpang dan pelepah daun; fragmen parenkim berisi butir pati dan sel minyak; butir pati, lepas; fragmen pembuluh kayu.

Cara Identifikasi
• Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat tua.
• Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat.
• Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v ; terjadi warna kuning.
• Pada 2 mg srbuk rimpang tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna kuning.


Uji Kemurnian
Kadar abu : tidak lebih dari 4,5%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 2%
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 6%
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3,5%
Bahan organik asing tidak lebih dari 2%

Kegunaan
Diuretik, stomakik

Kandungan Senyawa
Minyak atsiri, alkaloida, glikosida, flavonoida.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Strychnii Lignum (Kayu Bidara Laut)


Nama Daerah
Sumatera ; bidara laut, bidara pait, bidara putih, kayu ular.
Jawa : dara laut, dara putih, bidara ghunong.
Nusatenggara : ai betek, ai hedu, hau feta, maba putih, songga, elu, ai, baku moruk.
Sulawesi : aju mapai, bidara mapai.

Pemerian
Warna kuning kecoklatan, tidak berbau, rasa pahit.

Pemeriksaan Makroskopik
Potongan kecil, serutan atau serpihan kayu, bentuk dan besar berbeda, lurus, melengkung dan terpilin, tipis atu agak tebal, mudah dipatahkan, bekas pathan tidak rata.

Pemeriksaan Mikroskopik
Pada penampang melintang tampak jari-jari xilem berisi sedikit butir pati, tunggal, berkas pembuluh atau trakea, dinding tebal berlignin, bernoktah dengan lubang berbentuk celah, lumen umumnya berisi zat warna kunig, serabut xilem, berkelompok, tersusun radier, terdiri dari 5 sampai 40 serabut, didng serabut tebal berlignin, lumen jelas, diantara kelompok serabut sklerenkim terdapat sel parenkim berisi kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan minyak berwarna kuning.
Serbuk : warna kuning. Fragmen pengenal berkas serabut dengan segudang kristal kalsiu oksalat bentuk prisma, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan jala, fargmen serabut sklerenkim umunya panjang dan lumen jelas, kristal kalsium oksalat bentuk prisam, serabut xilem dengan jari empulur dan butir pati tunggal.

Cara Identifikasi
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna hitam.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna hijau.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam nitrat 25% P; terjadi warna coklat.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol P; terjadi perubahan warna.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau kebiruan.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P, aduk. Tambahkan 2 tetes larutan kalium dikromat P; terjadi warna biru tua.
• Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P dan ammonium monovanadat P; terjadi warna biru ungu.
• 2 g serbuk kayu dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 30% kemudian gerus dalam mortir, tambahkan 20 ml kloroform P dan gerus kuat-kuat, saring filtrat dibagi 2 (lapisan kloroform) :
1. filtrat diteteskan pada kertas saring, kemudian tetesi dengan pereaksi Dragendorft terjadi warna jingga.
2. ekstraksi filtrat dengan 10 ml asam klorida (1:10) bagi 2.
3. tambahkan pereaksi Dragendorft menjadi endapan jingga.
4. tambahkan pereaksi Mayer menjadi endapan putih.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 7%.
Kadar abu ayang tidak larut dalam asam. Tidak lebih 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 6%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 4%.

Kegunaan
Tonika, diaforetik, obat eksem.

Kandungan Senyawa
Alkaloid, brusina, striknina, tannin < 1%, steroid/ triterpenoid.
Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.


Graptophylli Folium. (Daun Wungu.)

Nama Daerah
Sumatra: dangora.
Jawa: daun ungu, daun temen-temen, handeuleum, demung, tulak, wungu, karaton, karatong.
Nusatenggara: temen.
Maluku: kabi-kabi, dongo-dongo.

Pemerian
Tidak berbau; tidak berasa.

Pemeriksaan Makroskopik
Makroskopik. Daun tunggal. Helaian daun berwarna hijau keunguan sampai hijau kehitaman, bentuk jorong, panjang 8 cm sampai 20 cm, lebar 3 cm sampai 13 cm, ujung daun lancip, pangkal daun lancip, pinggir daun agak berombak. Tangkai daun lebih kurang 1 cm, warna ungu kehijauan sampai ungu kehitaman. Tulang daun menyirip; permukaan atas daun rata dan licin, tulang daun menonjol dan berwarna ungu sampai ungu kehitaman; permukaan bawah daun rata dan agak licin, tulang daun sangat menonjol dan berwarna ungu kemerahan sampai ungu kehitaman.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk segi empat sampai empat persegi panjang, kutikula tipis, tidak terdapat stomata, rambut kelenjar tipe Labiatae (Lamiaceae) terdiri dari 1 sel tangkai yang pendek dan kepala kelenjar yang terdiri dari 6 sel atau lebih; litosis terdapat pada epidermis atas dan jaringan palisade, bentuk serupa botol bengkok berleher pendek, bagian leher terletak diantara sel epidermis, bagian yang lebar terletak di bawah epidermis atas atau hampir sejajar pada permukaan daun atau agak menyerong masuk ke jaringan palisade, di dalam bagian yang lebar terdapat sistolit berbentuk bulat telur atau bulat telur memanjang dengan satu ujung mengecil dan kadang-kadang agak bengkok. Epidermis bawah terdiri dari satu lpis sel berbentuk persegi empat sampai empat persegi panjang, kutikula tipis, terdapat stomata, sangat banyak; rambut penutup terdiri dari 2 sel, lurus atau bengkok, dinding sel agak tebal, kutikula berbintik; rambut kelenjar serupa dengan yang terdapat pada epidermis atas; litosis terletak diantara sel epidermis, kadang-kadang juga dibawah sel epidermis pada jaringan kolenkim; pada tulang daun umumnya litosis melintang searah dengan tulang daun. Dibawah epidermis tulang daun terdapat kolenkim. Mesofil: meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, silindrik, berisi klorofil dan tetes minyak; dibawah palisade terdapat 1 sampai 3 lapis sel berbentuk polygonal, juga berisi klorofil dan tetes minyak. Jaringan bunga karang terdiri dari sel berbentuk bulat panjang tidak beraturan, tersusun mendatar, ruang antar sel besar. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak sel epidermis atas berbentuk polygonal, dinding samping lurus atau agak berkelok, tidak terdapat stomata atau rambut penutup, terdapat rambut kelenjar tipe Labiatea (Lamiacea); sel epidermis bawah berbentuk polygonal, dinding samping agak berkelok, stomata banyak, tipe diasitik, rambut kelenjar tipe Labiatae (Lamiaceae) dan rambut penutup.
Serbuk warna hijau tua. Fragmen pengenal adalah rambut penutup terdiri dari 2 sel, rambut kelenjar tipe Labiatae (Lamiaceae), sistolit, fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe diasitik, fragmen kolenkim, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan tangga dan spiral.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat muda.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna coklat ungu.
C. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat.
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi warna hijau kekuningan.
E. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna hijau.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 12%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 2%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 29%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 6%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Obat wasir, laksatif lemah, diuretik ringan.

Kandungan Senyawa
Isi. Tannin, alkaloid, sitosterol, glikosid.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Vitecis Folium (Daun Legundi)


Nama Daerah
Nama daerah: gendarasi, legundi, langghundi.
Jawa: lagondi, legundi, langghundi.
Nusatenggara: galumi, sangari.
Sulawesi: dunuko, lanra, lawarani, rala, ai tuban.
Pemerian
Pemerian: bau aromatic khas, rasa pahit.

Pemeriksaan Makroskopik
Makroskopik: helaiaan daun majemuk dengan 1 sampai 3 helai anak daun, 2 atau 3 helai merupakan daun duduk atau bertangkai, umumnya tidak utuh, berwarna hijau kelabu, bentuk bundar telur, jorong, bundar telur berbalik, panjang 4 cm sampai 9,5 cm, lebar 1,75 cm sampai 3,75 cm, pinggir daun rata, tangkai daun lebih kurang 5 mm. tulang daun menyirip, menonjol pada permukaan bawah.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik: pada penampang melintang melalui tulang daun tamapk epidermis atas terdri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis berbintik, rambut penutup terdiri dari 2 sampai 3 sel, berbentuk seperti tanduk, rambut kelenjar 2 macam, yaitu rambut kelenjar bertangkai pendek dengan kepala kelenjar terdiri dari 2 atau lebih sel kepala. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, lebih kecil dari epidermis atas, kutikula tipis berbintik-bintik, stomata banyak, rambut penutup dan rambut kelenjar seperti epidermis atas, lebih banyak daripada epidermis atas. Mesofil meliputi palisade terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel, berbentuk silindrik tersusun rapat satu sama lain, batas lapis kurang jelas, terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset; jaringan bunga karang terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel, terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berkas pembuluh tipe kolateral, dikelilingi seludang sklerenkim. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas bentuk polygonal, dengan dinding samping lurus, epidermis bawah bentuk polygonal dengan dinding samping lurus, stomata tipe anomositik.
Serbuk berwarna hijau kelabu. Fragmen pengenal adalah fragmen rambut penutup; fragmen rambut kelenjar; fragmen epidermis atas; fragmen epidermis bawah; fragmen mesofil; fragmen pembuluh kayu; hablur kalsium oksalat bentuk roset.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol; terjadi warna kuning coklat.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna kuning hijau.

Uji Kemurnian
Kadar abu. Tidak lebih dari 8%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 24%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 14%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Obat demam (antipiretik), peluruh kentut (karminatif).

Kandungan Senyawa
Isi. Minyak atsiri, glikoflavon, alkaloida agnusida dan aukubin.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.



Plucheae Folium (Daun Beluntas)


Nama Daerah
Sumatra: belutas.
Jawa: baluntas, baruntas, luntas.
Nusatenggara: lenaboui.
Sulawesi: lamutasa.

Pemerian
Pemerian. Bau khas, tidak harum; rasa agak kelat.

Pemeriksaan Makroskopik
Makroskopik. Helaian daun bertangkai, rapuh, berwarna hijau kekuning-kuningan sampai hijau tua, bentuk bundar telur sampai jorong, panjang 4 cm sampai 8 cm, lebar 3cm sampai 5 cm, ujung daun meruncing, pangkal daun meruncing, pinggir daun bergerigi, panjang tangkai daun 4 mm sampai 8 mm. Tulang daun menyirip, pada permukaan atas dan bawah daun tidak licin, berambut.

Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis bergaris, stomata sedikit, rambut penutup terdiri dari beberapa sel, ujungnya berbentuk kerucut runcing, lurus atau bengkok, rambut kelenjar tipe Asteraceae. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis bergaris, stomata lebih banyak dari epidermis atas, rambut penutup terdiri dari beberapa sel, lebih banayk daripada epidermis atas, rambut kelenjar tipe Asteraceae. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 atau 2 lapis sel, umumnya 1 lapis sel berbentuk silindrik pendek banyak berisi butir klorofil; jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel, terdapat kelompok serabut berdinding tebal berlignin, berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paredermal tampak epidermis berbentuk polygonal, dinding antiklinal lurus, epidermis bawah berbentuk polygonal, dengan dinding antiklinal lurus atau kadang-kadang bergelombang, stomata anomositik, rambut kelenjar tipe Asteraceae.
Serbuk berwarna hijau tua kekuningan. Fragmen pengenal adalah rambut penutp terdiri dari beberapa sel dan rambut kelenjar tipe Asteraceae lepas; fragmen epidermis atas dan epidermis bawah; fragmen serabut; fragmen epidermis dengan tulang daun; pembuluh kayu dengan penebalan spiral.

Cara Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat.
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna coklat kuning.
C. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida (5%) b/v; terjadi warna kuning.
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna kuning kehijauan.

Uji Kemurnian
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 20%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 5%.
Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%.

Kegunaan
Penggunaan. Penambah nafsu makan, penurun panas (antipiretik), peluruh keringat (diaforetik).

Kandungan Senyawa
Isi. Minyak atsiri, alkaloid.

Referensi
Data belum tersedia.

Produk Terkait

Data belum tersedia.





sumber :http://www.farmasi.usd.ac.id/projects/simplisia/index.php/tracker

TEKNOLOGI PENYIAPAN SIMPLISIA TERSTANDAR TANAMAN OBAT

Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen merupakan periode kritis yang sangat menen-tukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu waktu, cara panen dan penanganan tanaman yang tepat dan benar merupakan faktor penentu kua-litas dan kuantitas. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang berbeda. Tanaman yang dipanen buahnya memiliki waktu dan cara panen yang berbeda dengan tanaman yang dipanen berupa biji, rim-pang, daun, kulit dan batang. Begitu juga tanaman yang mengalami stres lingkungan akan memiliki waktu panen yang ber-beda meskipun jenis tanamannya sama. Berikut ini diuraikan saat panen yang tepat untuk beberapa jenis tanaman obat.


Biji. Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-lakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji pada tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilaku-kan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mongering. Hal ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan tahunan, yang umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan dari biji/polong.

Buah. Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik. Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti buah mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk.

Daun. Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga dengan pe-manenan yang terlambat menyebab-kan daun mengalami penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah ter-degradasi. Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen.

Rimpang. Untuk jenis rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung peng-gunaan. Tetapi pada umumnya pe-manenan dilakukan pada saat tanam-an berumur 8 - 10 bulan. Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan eks-por dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya untuk keperluan pem-buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam. Untuk temu-lawak pemanenan rimpang dilaku-kan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai menge-ringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur.

Bunga. Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah per-tumbuhannya maksimal. Berbeda dengan bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar. Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar.

Kayu. Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan ke-cepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.

Herba. Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan memasuki fase generatif atau dengan kata lain pemanenan dilakukan sebelum ta-naman berbunga. Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibat-kan produksi tanaman yang kita dapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah. Sedang-kan jika pemanenan terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu. Contohnya tanaman sambiloto sebaiknya di-panen pada umur 3 - 4 bulan, pegagan pada umur 2 - 3 bulan setelah tanam, meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum berbunga dan tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 - 1,5 bulan atau segera setelah timbul kuncup bunga, terbentuk.

Cara Panen

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).

Penanganan Pasca Panen

Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Penyortiran (segar)

Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.

Pencucian

Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

a. Perendaman bertingkat

Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.

b. Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.

c. Penyikatan (manual maupun oto-matis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat. Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.

Penirisan/pengeringan

Setelah pencucian, bahan lang-sung ditiriskan di rak-rak pengering. Khusus untuk bahan rimpang pen-jemuran dilakukan selama 4 - 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kem-bali penyortiran apabila bahan lang-sung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan. Contoh-nya untuk rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar perdagangan, karena mutu bahan menentukan harga jual. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut :

*
Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak me-ngandung benda asing dan tidak berjamur.
*
Mutu II : bobot 150 - 249 g/rim-pang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur.
*
Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang mak-simum 10%.

Untuk ekspor jahe dalam bentuk asinan jahe, dipanen pada umur 3 - 4 bulan, karena pada umur tersebut serat dan pati jahe masih sedikit. Mutu jahe yang diinginkan adalah bobot 60 - 80 g/rimpang. Selesai penyortiran bahan langsung dikemas dengan menggunakan jala plastik atau sesuai dengan permintaan. Di samping dijual dalam bentuk segar, rimpang juga dapat dijual dalam bentuk kering yaitu simplisia yang dikeringkan.

Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.

Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.

Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan de-ngan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 - 500C. Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya, dimana suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 - 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 - 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40 - 500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari. Untuk daun atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.

Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.

Penyortiran (kering).

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.

Pengemasan

Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-nganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.

Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.

Penyimpanan

Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :

*
Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
*
Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air hujan.
*
Suhu gudang tidak melebihi 300C.
*
Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
*
Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
*
Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang disimpan harus dicegah.

Sabtu, 03 Juli 2010

Cara Mencegah dan Mengatasi Ejakulasi Dini

Ejakulasi Dini adalah hal yang paling ditakutkan oleh para kaum Adam. Bagaimana Cara mengatasi Ejakulasi Dini ? Sebelum membahas cara Mencegah Ejakulasi Dini, mungkin ada baiknya kita memahami lebih dahulu pengertian dari Ejakulasi Dini itu sendiri. Ejakulasi Dini adalah sebuah Fenomena yang dialami oleh kaum Adam ketika berhubungan seks dimana Sang Pejantan terlalu cepat mengalami Orgasme atau Orgasme dalam waktu singkat dan tentu saja akan memberikan dampak negatif terhadap pasangannya.


Bahkan ada penderita yang bisa orgasme hanya dengan sedikit fantasi seks atau pikiran tentang seks. Seseorang penderita ejakulasi dini tingkat tinggi bisa Orgasme dalam waktu singkat hanya dengan membayangkan sesuatu tanpa melakukan sentuhan ke bagian Vital atau kemaluannya. Contohnya Para penderita bisa Orgasme hanya dengan membaca sebuah cerita seks ataupun memikirkan hal-hal yang berbau seks seperti memikirkan bentuk Tubuh seorang Ayam Kampus yang seksi dan menarik. LOL..


Bagaimana Cara Mencegah Ejakulasi dini atau cara mengatasi Ejakulasi dini ?? Karena saya bukan seorang Pakar seks, saya berusaha mencara referensi Tips mencegah Ejakulasi Dini di internet dan berikut akan saya berikan kepada anda yang merasa menderita ejakulasi dini atau yang belum tapi ingin mengetahui informasi tentang hal ini.


Cara Mengatasi Ejakulasi Dini:


1. Konsentrasi dan mengarahkan Pikiran

Konsentrasi adalah hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan seks. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berbau seks ketika anda sedang melakukan hubungan badan karena ini akan memacu adrenalin dan nafsu anda semakin menggebu-gebu dan akhirnya anda akan mengalami yang namanya Ejakulasi Dini. Ketika Penis mulai masuk ke Vagina, coba membuat pikiran anda lebih rileks agar dapat menjegah ejakulasi atau orgasme yang terlalu cepat. Pikirkan hal lain dan bukan hanya konsentrasi terhadap Hubungan Badan.


2. Kurangi Sensitifitas pada alat kelamin anda

Cara ini sangat manjur untuk mencegah Ejakulasi dini. Kurangi sensitifitas dengan menggunakan Kondom, cream atau apa saja yang bisa mengurangi rangsangan langsung pada alat kelamin anda. Dengan berkurangnya rangsangan yang alat kelamin anda rasakan, maka Orgasme dapat ditunda dan ejakulasi Dini dapat diatasi atau dicegah dengan mudah.


3. Mencabut Alat Kelamin Ketika akan Orgasme

Teknik ini sangat dianjurkan dan juga sudah menjadi rahasia umum kaum Lelaki. Ketika anda merasakan akan mengalami Orgasme, anda cabut alat kelamin dari liang senggama sebelum sperma keluar. Berikan waktu sedikit agar Orgasme dapat ditunda. Untuk yang satu ini, peran serta pasangan sangat dibutuhkan. Pasangan anda harus mengerti dan mengurangi gerakan apabila sang Pejantan telah mengalami gejala-gejala akan Orgasme.


4. Cari Posisi yang membuat anda bisa tahan lebih lama

Posisi seks juga mnenentukan Orgasme. Coba anda lakukan posisi seks yang anda rasa cukup membantu untuk mencegah ejakulasi dini.


5. Minum Pil

Pil untuk mencegah Ejakulasi dini telah banyak di jual dan direkomendasikan oleh Dokter dan para pakar seks, tetapi hal ini bukanlah jalan terbaik untuk mengatasi ejakulasi dini malahan bisa membuat anda ketagihan untuk mengkonsumsi obat tersebut sehingga jika anda tidak mengkonsumnsinya, akan muncul kekhawatiran dalam diri sendiri atau kehilangan percaya diri ketika berhubungan seks.


6. Penekanan

Salah satu strategi teknis untuk menunda terjadinya klimaks adalah dengan menekan batang penis tepat sebelum ejakulasi. "Ini menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman dan mencegah ejakulasi terjadi," kata Irwin Goldstein, MD, direktur San Diego Sexual Medicine dan editor Journal of Sexual Medicine. Namun tidak semua dokter setuju terhadap teknik ini. Teknik penekanan tidak direkomendasikan oleh Ira Sharlip, MD, juru bicara American Urological Association dan profesor klinis urologi di University of California, San Francisco, karena menurutnya sulit dilakukan.

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis)

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis)

Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut.

Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Penyakit Kaki Gajah bukanlah penyakit yang mematikan, namun demikian bagi penderita mungkin menjadi sesuatu yang dirasakan memalukan bahkan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

Penyakit Kaki Gajah umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis. Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).
• Penularan Penyakit Kaki Gajah
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut.

Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.
• Tanda dan Gejala Penyakit Kaki Gajah
Seseorang yang terinfeksi penyakit kaki gajah umumnya terjadi pada usia kanak-kanak, dimana dalam waktu yang cukup lama (bertahun-tahun) mulai dirasakan perkembangannya.


Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat

• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit

• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)

• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah

• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
• Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Kaki Gajah
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah, Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).

Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.

Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari.
• Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kaki Gajah
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.

Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik.

Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau
dalam keadaan lemah.

Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.
• Pencegahan Penyakit Kaki Gajah
Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan kedokter dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan pengenalan penyakit kepada penderita dan warga sekitarnya.

Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini. Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah tersebut.

DISFUNGSI EREKSI

DISFUNGSI EREKSI


Impoten

Ejakulasi Dini

PREVALENSI

10 – 15 % pria Indonesia DE



Fenomena Gunung Es



Anggapan “Tabu”
u dibicarakan


Fisiologi Ereksi

Dimulai di otak dg melibatkan saraf,vascular,otot & psikiatris


Stimulasi fisik


Saraf mengirim sinyal ke sistem vaskular


Peningkatan aliran darah ke penis
(corpora carvenosa) & jar.ereksi



Ereksi


Jar. Ereksi ditutup o fibrous elastis
( u m’pertahankan rigiditas )


Stlh ejakulasi,tekanan dlm penis menurun

Darah dilepaskan


Relaksasi



ETIOLOGI
Psikogenik
Organik

“ Gagalnya pemberian suatu agen vasoaktif seperti Prostaglandin E1 yg diinjeksikan scr intrakavernosa u menginduksi rigiditas penis adalah suatu kriteria penyakit organik “

DE & DM
DE pada DM tipe I : ± 32 %
DM tipe II : ± 46 %
Patofisiologi DE akibat DM
Ereksi normal membutuhkan keseimbangan atr sistem vaskular,neural,endokrin,otot dan psikiatris

Tjd kerusakan neuropatik pd saraf otonom & somatik pd pasien DM

DE

PENATALAKSANAAN
First Line Therapy
Kombinasi Life Style Modif + Obat

OBAT :
A. Topikal dgn gel testosteron transdermal

B. VCD ( Vacuum Constriction Device )
merpkan Choice u px yg menggunakan nitrat organik atau alfa bloker.
ES : ereksi tdk alami, menyebabkan memar dan mati rasa.

C. PDE5 Inhibitors
ex : Sildenafil ( Viagra )
Vardenafil ( Levitra )
Tadalafil ( Cialis )

ES : - sakit kepala
- dispepsia
- flushing ( S & V )
- rhinitis ( V )
- nyeri punggung ( T )


Farmakokinetika
Onset 15-30’
Tadalafil tdk dipengaruhi o makanan
DI :
a. Nitrat Organik + PDE5 Inhibitor

Iskemia Miokard akibat hipotensi berlebihan

b. Inhibitor CYP3A4
ex : Indinavir, Eritromisin & Ketokonazol


Gunakan dosis PDE5 yang lbh rendah

2. Second line therapy
digunakan utk pasien yg KI dg PDE5 Inhibitors
ex :
- Unstable Angina
- Myocardial Infarction
- Aritmia
- Gagal Jantung


MUSE ( Medicated Urethrat System for Erection )
dg Intracarvenosal Injection dg PG E1, Fentolamin dan Papaverin

3. Third Line Therapy
dgn implantasi PROSTESIS penis.

FARMAKOLOGI

FARMAKOLOGI

FARMAKODINAMIKA:
Studi ttg tempat dan mekanisme kerja serta efek fisiologi dan biokimiawi obat pada organisme hidup
Pengaruh obat terhadap organisme hidup

FARMAKOKINETIKA
Studi tentang absorbsi, distribusi dan eliminasi (biotransformasi dan ekskresi)
Pengaruh organisme hidup terhadap obat
Penanganan obat oleh organisme hidup
Mencakup gerakan dan perubahan obat dlm tubuh, laju proses ADME, nasib obat di dalam tubuh.

CABANG FARMAKOLOGI
TOKSIKOLOGI
Ilmu ttg racun (toxicon)
Ilmu yg mempelajari efek toksik atau efek membahayakan dari zat kimia baik mekanisme kerjanya maupun kondisi yg menyebabkan terjadinya efek membahayakan itu.
Mempelajari gejala dan pengobatan keracunan serta identifikasi racun

3 Cabang toksikologi:
Toksikologi lingkungan, toksikologi ekonomik dan toksikologi forensik
CABANG TOKSIKOLOGI

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN.
Efek toksik zat kimia yg ada di lingkungan
Zat tsb masuk secara tdk sengaja krn tdp di atmosfer (CO2 dan SO2) dlm lingkungan kerja (Pb dalam pabrik aki) atau tdp dalam makanan dan air.

TOKSIKOLOGI EKONOMIK
Efek membahayakan zat kimia yg secara sengaja dimasukkan ke organisme hidup utk mencapai tuj tertentu
Mis: obat, zat tambahan makanan atau kosmetika, zat kimia utk memusnakan spesies lain secara selektif (obat nyamuk).

TOKSIKOLOGI FORENSIK
Mempelajari aspek medis (diagnosis & pengobatan) dan aspek hukum keracunan pada manusia.
Aspek hukum : kaitan antara terpapar zat kimia dan efek membahayakan yg ditimbulkan oleh zat kimia atau sebab-sebab keracunan





FARMASI
Awal: Ilmu yg mempelajari penyediaan, peracikan dan penyerahan obat utk terapi
Sekarang:Sistem yg memberikan pelayanan kesehatan dg perhatian khusus pd pengetahuan ttg obat dan efeknya pd manusia & hewan.

FARMAKOTERAPI
Ilmu yg mempljr penggunaan obat utk penegakan diagnosa, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta mengubah fungsi normal tubuh utk tuj ttt (mis pil KB utk mencegah kehamilan, anastetika utk operasi)

KHEMOTERAPI: mpjr penggunaan zat-zat kimia utk membasmi mikroorganisme dan parasit yg hidup dalam organisme hidup
Mis obat gol antibakteri, antibiotik, antivirus, antiparasit dll
KLASIFIKASI OBAT
STRUKTUR KIMIA: asam (asetosal), alkohol (etanol), enol (vit C), amin (epinefrin)

EFEK FARMAKOLOGI:
Obat farmakodinamik (mis asetosal, morfin)
Obat khemoterapetik (mis penisilin)
Vitamin
Hormon (insulin)
Lain-lain (EDTA)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Obat bebas
Obat bebas terbatas (W)
Obat keras (G)
Obat narkotika (O)

PENGUJIAN DAN PENGEMBANGAN OBAT
Rangkaian penelitian penemuan obat:
Meneliti dan menapis (skrining) bahan obat
Mensintesis dan meneliti zat (senyawa) analog dari obat yg sudah ada dan diketahui efek farmakologinya
Meneliti dan mensintesis dan membuat variasi struktur
Dikembangkan obat alami dengan serangkaian pengujian yg dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah utk mendapatkan data farmakologik yg punyai nilai terapetik
2 tahap uji
UJI Praklinik: pada hewan uji
Meliputi: uji farmakodinamika, farmakokinetika, toksikologi dan farmasetika

2. UJI KLINIK: Pada manusia
Ada 4 fase: Uji klinik fase 1, 2, 3 dan4
UJI PRAKLINIK
1 Uji Farmakodinamika
Utk mengetahui apakah bahan obat menimbulkan efek farmakologik spt yg diharapkan atau tidak, titik tangkap dan mekanisme kerjanya.
In vitro dan in vivo
2. Uji Farmakokinetika
Mengetahui ADME
Merancang dosis dan aturan pakai
3. Uji Toksikologi
Mengetahui keamanannya
Serangkaian uji toksikologi
4. Uji Farmasetika
Memperoleh data farmasetikanya, tentang formulasi, standarisasi, stabilitas, bentuk sediaan yg paling sesuai dan cara penggunaannya
UJI KLINIK
Uji klinik fase 1
Pada manusia sehat
Mengetahui asektabilitas dan tolerabilitas probandus terhadap calon obat
Mengetahui efek terapi, efek samping, hubungan dosis efek
Drug safety

UJI klinik fase 2
Pada manusia sakit dalam jumlah terbatas, tanpa kelompok kontrol
Mengetahui efikasi dan kemanjuran obat pada keadaan patologis tertentu
Kesipulan masih bersifat sementara
Uji Klinik fase 3
Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding
Cakupan lebih luas baik jumlah pasien maupun keragaman (multi ras, internasional)
Setelah terbukti efektif dan aman obat dapat dipasarkan



UJI klinik fase 4
Uji terhadap obat yg telah dipasarkan (post marketing surveilance)
Memantau efek samping yg blm nampak pada uji sebelumnya
Drug safety: drug mortality atau drug morbidity
MESO: monitoring Efek samping Obat