bobo' ah ===>>>

Photobucket
Tampilkan postingan dengan label kimia farmasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kimia farmasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 12 Januari 2011

jenis sabun yang beredar di pasaran

Begitu banyak jenis sabun yang beredar di pasaran, mulai dari sabun yang bersifat umum sampai sabun yang bersifat khusus. Sabun yang bersifat umum yang kami maksud adalah sabun mandi padat yang sering di pakai masyarakat untuk membersihkan anggota badan secara keseluruhan. Untuk hand soap bentuknya cair, kami menilai jenis sabun yang bersifat khusus, artinya sabun yang dikhususkan untuk membersihkan tangan dari kotoran.

Jika kita perhatikan hand soap ini banyak di pakai atau disediakan di fasilitas toilet yang terdapat di restoran, hotel, mall, rumah sakit, rumah tangga khususnya kelas menengah ke atas dll. Diharapkan setelah menggunakan fasilitas toilet, mencuci tangan dengan hand soap merupakan cara yang efektif agar tetap sehat dan higienis. Bila di banding mencuci tangan dengan sabun padat ( batangan ), rasanya kurang praktis dan efektif saja.

Hand soap yang kami buat, mengandung antiseptik berbeda dengan hand soap yang beredar dipasaran. Yang pasti hand soap yang kami buat mempunyai nilai jual, bila dibandingkan hand soap yang ada di pasaran. Membuat produk sendiri bisa menghemat 60% – 70%, bahkan lebih.

Komposisi hand soap

Ultra SLES 100 gr

Sodium Chloride

Foam Booster secukupnya

Asam karboksilat

EDTA 1,1 gr

Pewarna secukupnya

Parfum

Air

Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk

Cara Pembuatan

1. Sodium 25 gr + Ultra SLES aduk rata sampai kelihatan putih

2. (1) + Air ditambah sedikit demi sedikit aduk rata sampai larut

3. (2) + Foam booster aduk rata

4. (3) + EDTA aduk rata

5. Asam karboksilat + air 50 cc aduk rata

6. (4) + (5) aduk rata

7. Sodium sisa + Air sisa aduk rata

8. (6) + (7) aduk rata dan mengental

9. (8) + Pewarna secukupnya aduk rata

10. (9) + Parfum secukupnya aduk rata

11. Diamkan beberapa jam dan siap dikemas

Indikator


Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium. Indikator yang sering tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya murah.

Kita mengenal dua jenis kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan biru. Pada larutan asam, kertas lakmus selalu berwarna merah, sedangkan dalam larutan basa kertas lakmus selalu berwarna biru. Jadi, larutan asam akan mengubah kertas lakmus warna biru menjadi merah dan larutan basa akan mengubah warna lakmus merah menjadi biru.
Beberapa jenis tanaman dapat pula dijadikan sebagai indikator. Salah satu tanaman yang dapat pula dijadikan sebagai indikator adalah tanaman bunga hydrangea. Warna bunga hydrangea bergantung pada keasaman tanah. Bunga hydrangea yang berwarna merah jambu (pink) akan berubah menjadi biru apabila ditanam di tanah yang terlalu asam. Lakmus dan bunga hydrangea merupakan salah satu contoh indicator pH.
Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indicator asam basa adalah terjadinya perubahan warna apabila suatu indikator diteteskan pada larutan asam dan larutan basa. Untuk menguji sifat asam basa suatu zat selalu digunakan dalam bentuk larutan, karena dalam bentuk larutan sifat pembawaan asam dan basa lebih mudah dideteksi.
Berikut adalah indikator pH yang sering kita gunakan di laboratorium. Indikator tersebut menunjukkan perubahan warna lerutan pada rentang pH tertentu.
No Nama Indikator Range pH Perubahan Warna
1. Fenoftalein 8,3 – 10 Tak berwarna – Merah Muda
2. Metil Oranye 3,2 – 4,4 Merah – Kuning
3. Metil Merah 4,8 – 6,0 Merah – Kuning
4. Bromtimol biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
5. Metil biru 10,6 – 13,4 Biru – Ungu
Salah satu indicator yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik adalah indikator universal. Indikator universal adalah indicator yang terdiri atas berbagai macam indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14. Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada juga yang berupa kertas. Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1-14.
Cara menggunakan indikator universal adalah sebagai berikut :
1. Celupkan kertas indicator universal pada larutan yang akan diselidiki nilai pH-nya atau meneteskan indicator universal pada larutan yang diselidiki.
2. Amati perubahan warna yang terjadi
3. Bandingkan perubahan warna dengan warna standar.


Persyaratan air bersih secara fisik,kimia,dan mikrobiologi

1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan

2. Syarat kimiawi, antara lain:

a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2

3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:

a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat

Parameter yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan, operasi dan biaya. Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis yaitu sebagai berikut:

Parameter Air Bersih secara Fisika
1. Kekeruhan
2. Warna
3. Rasa & bau
4. Endapan
5. Temperatur

Parameter Air Bersih secara Kimia
1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen, dll.
2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang, bahan-bahan beracun.
3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.

Parameter Air Bersih secara Biologi
1. Bakteri
2. Binatang
3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista
5. Virus

Parameter Air Bersih secara Radiologi
1. Konduktivitas atau daya hantar
2. Pesistivitas
3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)


From : http://kimiafarmasi.wordpress.com/

Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin

Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khas untuk mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan tanpa formalin.

Ciri-ciri mi basah yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Bau agak menyengat, bau formalin
* Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal

Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin:
* dak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius)
* Tahu terlampau keras, namun tidak padat
* Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm)

Ciri-ciri baso yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Teksturnya sangat kenyal

Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih
* Bau menyengat, bau formalin

Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin:
* Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
* Bersih cerah
* Tidak berbau khas ikan asin

Menurut Syamsiah (2003 : 45) bagian rimpang lengkuas mengandung atsiri 1%, kamfer, sineol minyak terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen kaemferida, galangan, galangol, kristal kuning dan asam metil sinamat. Minyak atsiri yang dikandungnya antara lain galangol, galangin, alpinen, kamfer, dan methyl-cinnamate. Zat-Zat kimia seperti fenol dalam minyak atsiri dalam rimpang lengkuas (Lenguas galanga l.) efektif digunakan sebagai pengganti formalin. Selain itu, tanaman tersebut mudah dibudidayakan dan untuk mendapatkannya tidak dibutuhkan biaya yang mahal. Maka dari itu, penulis merancang penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Lengkuas (Lenguas galanga l.) sebagai Bahan Pengawet Pengganti Formalin

From :http://kimiafarmasi.wordpress.com/page/3/

Rabu, 07 Juli 2010

Vitamin

Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.

Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan.

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Contohnya adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.


Sejarah

Vitamin merupakan suatu senyawa yang telah lama dikenal oleh peradaban manusia. Sudah sejak ribuan tahun lalu, manusia telah mengenal vitamin sebagai salah satu senyawa yang dapat memberikan efek kesehatan bagi tubuh. Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, berbagai hal dan penelusuran lebih mendalam mengenai vitamin pun turut diperbaharui. Garis besar sejarah vitamin dapat dibagi menjadi 5 era penting. Disetiap era tersebut, terjadi suatu kemajuan besar terhadap senyawa vitamin ini yang diakibatkan oleh adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Era penyembuhan empiris

Era pertama dimulai pada sekitar tahun 1500-1570 sebelum masehi. Pada masa itu, banyak ahli pengobatan dari berbagai bangsa, seperti Mesir, Cina, Jepang, Yunani, Roma, Persia, dan Arab, telah menggunakan ekstrak senyawa (diduga vitamin) dari hati yang kemudian digunakan untuk menyembuhkan penyakit kerabunan pada malam hari. Penyakit ini kemudian diketahui disebabkan oleh defisiensi vitamin A. Walau pada masa tersebut ekstrak hati tersebut banyak digunakan, para ahli pengobatan masih belum dapat mengidentifikasi senyawa yang dapat menyembuhkan penyakit kerabunan tersebut. Oleh karena itu, era ini dikenal dengan era penyembuhan empiris (berdasarkan pengalaman).

Era karakterisasi defisiensi
Perkembangan besar berikutnya mengenai vitamin baru kembali muncul pada tahun 1890-an. Penemuan ini diprakarsai oleh Lunin dan Christiaan Eijkman yang melakukan penelitian mengenai penyakit defisiensi pada hewan. Penemuan inilah yang kemudian memulai era kedua dari lima garis besar sejarah vitamin di dunia. Penelitian mereka terfokus pada pengamatan penyakit akibat defisiensi senyawa tertentu. Beberapa tahun berselang, ilmuwan Sir Frederick G. Hopkins yang sedang melakukan analisis penyakit beri-beri pada hewan menemukan bahwa hal ini disebabkan oleh kekurangan suatu senyawa faktor pertumbuhan (growth factor). Pada tahun 1911, seorang ilmuwan kelahiran Amerika bernama Dr. Casimir Funk berhasil mengisolasi suatu senyawa yang telah dibuktikan dapat mencegah peradangan saraf (neuritis) untuk pertama kalinya. Dr. Casimir juga berhasil mengisolasi senyawa aktif dari sekam beras yang diyakini memiliki aktivitas antiberi-beri pada tahun berikutnya. Pada saat itulah (dan untuk pertama kalinya), Dr Funk mempublikasikan senyawa aktif hasil temuannya tersebut dengan istilah vitamine (vital dan amines). Pemberian nama amines pada senyawa vitamin ini karena diduga semua jenis senyawa aktif ini memiliki gugus amina (amine). Hal tersebut kemudian segera disanggah dan diganti menjadi vitamin (dengan penghilangan akhiran huruf "e") pada tahun 1920

Masa keemasan

Era ketiga sejarah vitamin terjadi beberapa dekade berikutnya.[7] Pada masa tersebut, terjadi banyak penemuan besar mengenai vitamin itu sendiri, meliputi penemuan vitamin jenis baru, metode penapisan yang diperbahurui, penggambaran struktur lengkap vitamin, dan síntesis vitamin B12. Oleh karena hal tersebutlah, era ketiga dari garis besar sejarah vitamin ini dikenal dengan masa keemasan (golden age).[7] Banyak penelti yang mendapatkan hadiah nobel atas penemuannya di bidang vitamin ini. Sir Walter N. Hawort mendapatkan nobel di bidang kimia atas penemuan vitamin C pada tahun 1937. Hadiah nobel lainnya diperoleh oleh Carl Peter Henrik Dam di bidang Fisiologi - Pengobatan pada tahun 1943 atas penemuannya terhadap vitamin K.[11] Fritz A Litmann juga turut memenangkan nobel atas dedikasinya dibidang penelitian mengenai penemuan koenzim A dan perannya di dalam metabolisme tubuh.

Era karakterisasi fungsi dan produksi

Era keempat ditandai dengan banyaknya penemuan mengenai fungsi biokimia vitamin di dalam tubuh, perannya dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, dan produksi komersial vitamin untuk pertama kalinya dalam sejarah. Pada tahun 1930-an, para peneliti menemukan bahwa vitamin B2 merupakan bagian dari “enzim kuning”. Vitamin B2 ini sendiri diperoleh dari ekstrak ragi. Melalui penelitian ini juga, kelompok vitamin B diketahui berperan sebagai koenzim yang penting di dalam tubuh manusia. Produksi masal vitamin untuk pertama kalinya juga terjadi pada era ini. Dikomersilkan pertama kali oleh Tadeus Reichstein pada tahun 1933, vitamin C telah dijual kepada masyarakat luas dengan harga yang relatif murah sehingga terjangkau bagi khalayak ramai. Vitamin C yang juga dikenal dengan istilah asam askorbat ini kemudian banyak dipakai sebagai suplemen makanan, penelitian, dan gizi tambahan bagi hewan ternak. Atas hasil penemuan ini, Tadeus Reichstein mendapatkan nobel di bidang Fisiologi – Pengobatan pada tahun 1950.

Era penemuan nilai kesehatan vitamin

Hanya dalam waktu 1 dekade berikutnya setelah era vitamin keempat, perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa vitamin keera berikutnya, yaitu era kelima dimana banyak ditemukan nilai kesehatan dari masing-masing jenis vitamin dan penemuan baru mengenai fungsi biokimia vitamin bagi tubuh. Masa ini dimulai pada tahun 1955 ketika Rudolf Altschul menemukan bahwa niasin (vitamin B3) dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Peranan kesehatan ini terlepas dari efek defisiensi vitamin B3 itu sendiri maupun perannya sebagai koenzim dalam metabolisme tubuh.
Berbagai vitamin
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.

Vitamin A

Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya)

Apabila terjadi defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja dan katarak. Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan pingsan. Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit. Sayur-sayuran hijau dan kacang-kacangan sebagai sumber vitamin A dan vitamin B yang tinggi.

Vitamin B

Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.

Vitamin B1

Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengkonsumsi banyak gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.

Vitamin B2

Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekul steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.

Vitamin B3

Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.

Vitamin B5

Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk tidur.

Vitamin B6

Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan insomnia.

Vitamin B12

Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.

Vitamin C

Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.

Vitamin D

Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare, berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan dehidrasi berlebihan.

Vitamin E

Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.

Vitamin K

Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.

Senyawa serupa vitamin

Selain vitamin, tubuh juga memproduksi senyawa lain yang juga berperan dalam kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Senyawa ini memiliki karakteristik dan aktivitas yang mirip dengan vitamin sehingga seringkali disebut dengan istilah senyawa serupa vitamin (vitamin like substances). Perbedaan utamanya dengan vitamin adalah senyawa ini diproduksi tubuh dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa senyawa ini pernah diklasifikasikan ke dalam kelompok vitamin B kompleks karena kemiripan fungsi dan sumber makanannya. Akan tetapi, secara umum peranan senyawa serupa vitamin ini tidaklah sepenting vitamin.

Kolin (choline) merupakan salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa serupa vitamin. Senyawa ini dapat ditemukan di setiap sel mahluk hidup dan berperan dalam pengaturan sistem saraf yang baik dan beberapa metabolisme sel. Mioinositol (myoinositol) juga termasuk dalam golongan senyawa serupa vitamin yang larut dalam air. Peranannya dalam tubuh secara spesifik belum diketahui. Contoh lain dari senyawa serupa vitamin ini adalah asam para-aminobenzoat (4-aminobenzoic acid, PABA) yang berperan sebagai senyawa antioksidan dan penyusun sel darah merah. Karnitin (carnitine) merupakan senyawa lain yang berperan dalam sistem transportasi asam lemak dan pembentukkan otot tubuh.

Vitamin sebagai antioksidan

Semua jenis kehidupan di bumi memerlukan energi untuk dapat bertahan hidup. Untuk menghasilkan energi ini, makhluk hidup memerlukan bantuan berbagai substansi, salah satunya adalah oksigen. Oksigen terlibat secara langsung dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Sebagai produk sampingannya, oksigen dilepaskan dalam bentuk yang tidak stabil. Molekul inilah yang dikenal dengan nama radikal bebas (free radicals). Oksigen yang tidak stabil memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan sehingga bersifat reaktif. Kereaktifan oksigen ini sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat mengoksidasi dan merusak DNA, protein, karbohidrat, asam lemak, dan membran sel di dalam tubuh. Sumber radikal bebas lainnya adalah asap rokok, polusi lingkungan, dan sinar ultraviolet.

Tubuh memiliki beberapa mekanisme pertahanan terhadap senyawa radikal bebas ini untuk menetralkan efek negatifnya. Kebanyakan diantaranya adalah senyawa antioksidan alami, seperti enzim superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan sendiri berarti senyawa yang dapat mencegah terjadinya peristiwa oksidasi atau reaksi kimia lain yang melibatkan molekul oksigen (O2). Senyawa lain yang juga dapat berperan sebagai antioksidan adalah glutation, CoQ10, dan gugus tiol pada protein, serta vitamin. Beberapa jenis vitamin telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Contoh vitamin yang banyak berperan sebagai senyawa antioksidan di dalam tubuh adalah vitamin C dan vitamin E.
Vitamin E dapat membantu melindungi tubuh dari oksidasi senyawa radikal bebas. Vitamin ini juga mampu bekerja dalam kondisi kadar senyawa radikal bebas yang tinggi sehingga mampu dengan efisien dan efektif menekan reaksi perusakan jaringan di dalam tubuh melalui proses oksidasi. Di samping vitamin E, terdapat satu jenis vitamin lagi yang juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, yaitu vitamin C. Vitamin ini berinteraksi dengan senyawa radikal bebas di bagian cairan sel. Selain itu, vitamin C juga dapat memulihkan kondisi tubuh akibat adanya reaksi oksidasi dari berbagai senyawa berbahaya.

Bila kadar radikal bebas di dalam tubuh menjadi sangat berlebih dan tidak lagi dapat diantisipasi oleh senyawa antioksidan maka akan timbul berbagai penyakit kronis, seperti kanker, arterosklerosis, penyakit jantung, katarak, alzhemeir, dan rematik. Bagi orang yang memiliki sejarah penyakit kronis tersebut dalam garis keturunannya, dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung vitamin C dan E sebagai sumber senyawa antioksidan. Selain itu, suplemen makanan juga dapat turut membantu mengatasi masalah tersebut.

Vitamin dan penuaan tubuh

Penuaan tubuh merupakan hasil akumulasi dari berbagai kerusakan sel dan jaringan yang tidak dapat diperbaiki. Pada keadaan normal, kerusakan pada sel dan jaringan tubuh dapat diperbaiki melalui proses replikasi sel tubuh yang juga dikenal dengan istilah mitosis. Akan tetapi, pada berbagai kasus sel yang rusak tidak lagi dapat diperbaharui, melainkan terus terakumulasi. Hal inilah yang berpotensi menyebabkan penuaan pada tubuh. Senyawa radikal bebas merupakan salah satu agen yang berkontribusi besar dalam peristiwa ini.

Mitokondria merupakan salah satu organel sel yang paling rentan mengalami kerusakan oleh senyawa oksigen reaktif (radikal bebas). Hal ini terkait dengan banyaknya reaksi pelepasan oksigen bebas di dalam organel ini yang merupakan pusat metabolisme energi tubuh. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa tingkat kerusakan mitokondria ini berhubungan langsung dengan proses penuaan tubuh atau panjangnya umur suatu makhluk hidup. Selain itu, kerusakan DNA akibat reaksi oksidasi oleh radikal bebas juga turut berperan besar dalam peristiwa ini. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu senyawa untuk menekan efek perusakan oleh radikal bebas.

Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh mengurangi efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang reaktif Selain itu, vitamin juga berkontribusi dalam menyokong sistem imun yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan, terutama pada manula. Jadi, secara tidak langsung, asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat dan berumur panjang.

.

Jumat, 25 Juni 2010

Pengukuran Massa Atom dengan Spektrometer Massa

Perumpamaan :
•Apabila ada sebuah benda sedang bergerak lurus dan diberikan gaya luar ke arah samping maka benda itu tidak akan bergerak lurus, melainkan ia akan bergerak membelok ke arah samping karena adanya gaya luar tersebut.
•Misalkan anda sedang menghadapi sebuah bola meriam yang sedang melewati anda dan anda mau membelokkannya pada saat tepat lewat di depan anda. Dan alat yang anda punya hanyalah sebuah selang penyemprot air yang dihubungkan dengan sebuah pompa jet. Sejujurnya, apa yang anda lakukan .itu tidak akan berpengaruh banyak. Karena bola meriam itu sangat berat dan ia tidak akan membelok dari jalur lurusnya.
•Berapa besar penyimpangan yang akan terjadi karena gaya luar itu, tergantung pada massa benda tersebut (dalam hal ini bola). Apabila kecepatan bola dan besarnya gaya luar itu diketahui anda bisa menghitung massa bola tersebut jika sudah diketahui bagaimana pola pembelokan yang terjadi pada bola tersebut. Semakin kecil pembelokan yang terjadi, berarti semakin berat massa bola tersebut.(Perhitungan yang sebenarnya tidaklah terlalu sulit) Prinsip diatas tersebut dapat juga diterapkan pada benda atau partikel seukuran atom.
Prinsip dasar dalam alat spektrometer massa
Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan atom tersebut diubah menjadi ion terlebih dahulu). Karena partikel-partikel bermuatan listrik dibelokkan dalam medan magnet dan partikel-partikel yang tidak bermuatan (netral) tidak dibelokkan.
Tahap –tahap yang terjadi dalam alat spektrometer massa :
1. Tahap pertama : Ionisasi
Atom di-ionisasi dengan emengambilf satu atau lebih elektron dari atom tersebut supaya terbentuk ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang biasanya membentuk ion-ion negatif (sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur yang tidak pernah membentuk ion (sebagai contoh, argon). spektrometer massa ini selalu bekerja hanya dengan ion positif.
2. Tahap kedua : Percepatan
Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang sama.
3. Tahap ketiga : Pembelokan
Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet, pembelokan yang terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya, akan semakin dibelokan. Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar muatan positif ion tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak elektron yang ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion tersebut, pembelokan yang terjadi akan semakin besar.
4. Tahap keempat : Pendeteksian
Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan secara elektrik.
Diagram alat spektrometer massa:
Photobucket
Penjelasan
1. Keadaan hampa udara
Photobucket

Penting bagi ion-ion yang telah dibuat dalam ruang ionisasi untuk dapat bergerak lurus dalam mesin tanpa bertabrakan dengan molekul2 udara.
2. Ionisasi
Sampel yang berbentuk gas (vaporised sample) masuk ke dalam ruang ionisasi. Kumparan metal yang dipanaskan dengan menggunakan listrik emelepaskanf elektron-elektron yang ada pada sampel dan elektron-elektron lepas itu menempel pada perangkap elektron (electron trap) yang mempunyai muatan positif.
Partikel-partikel dalam sample tersebut (atom atau molekul) dihantam oleh banyak sekali elektron-elektron, dan beberapa dari tumbukan tersebut mempunyai energi cukup untuk melepaskan satu atau lebih elektron dari sample tersebut sehingga sample tersebut menjadi ion positif.
Kebanyakan ion-ion positif yang terbentuk itu mempunyai muatan +1 karena akan jauh lebih sulit untuk memindahkan elektron lagi dari sample yang sudah menjadi ion positif.
Ion-ion positif yang terbentuk ini ediajak keluarf dan masuk ke bagian mesin yang merupakan sebuah lempengan metal yang bermuatan positif (Ion repellel).
Tambahan: Seperti yang anda akan lihat sebentar lagi, seluruh ruang ionisasi ini dilakukan dengan menggunakan tegangan listrik positif yang besar (10.000 V). Ketika kita berbicara tentang kedua lempengan bermuatan positif, berarti lempengan tersebut mempunyai muatan lebih dari 10.000 V.
3. Percepatan
Photobucket
* Massa ion tersebut.
Ion-ion yang bermassa ringan akan dibelokkan lebih daripada ion-ion yang bermassa berat.
* Muatan ion.
Ion yang mempunyai muatan +2 (atau lebih) akan dibelokkan lebih daripada ion-ion yang bermuatan +1.
Dua faktor diatas digabungkan ke dalam Perbandingan Massa/Muatan. Perbandingan ini mempunyai simbol m/z (atau m/e)
Sebagai contoh: Apabila sebuah ion mempunyai massa 28 dan bermuatan +1, maka perbandingan massa/muatan ion tersebut adalah 28. Ion yang mempunyai massa 56 dan bermuatan +2 juga mempunyai perbandingan massa/muatan yang sama yaitu 28.
Pada gambar diatas, sinar A mengalami pembelokkan yang paling besar, yang berarti sinar tersebut terdiri dari ion-ion yang mempunyai perbandingan massa/muatan yang terkecil. Sedangkan sinar C mengalami pembelokkan yang paling kecil, berarti ia terdiri dari ion-ion yang mempunyai perbandingan massa/muatan yang paling besar.
Akan jauh lebih mudah untuk membahas masalah ini jika kita menganggap bahwa muatan semua ion adalah +1. Hampir semua ion-ion yang lewat dalam spektrometer massa ini bermuatan +1, sehingga besarnya perbandingan massa/muatannya akan sama dengan massa ion tersebut.
Tambahan: Anda juga harus mengerti bahwa kemungkinan adanya ion bermuatan +2(atau lebih), tetapi kebanyakan soal-soal akan memberikan spektrum massa dimana ion-ion nya hanya bermuatan +1. Kecuali bila ada petunjuk dalam soal tersebut, anda bisa menganggap bahwa ion yang sedang dibicarakan dalam soal tersebut adalah bermuatan +1
Jadi dengam menganggap semua ion bermuatan +1, maka sinar A terdiri dari ion yang paling ringan, selanjutnya sinar B dan yang terdiri dari ion yang paling berat adalah sinar C. Ion-ion yang ringan akan lebih dibelokkan daripada ion yang berat.
Pendeteksian
Pada gambar diatas, hanya sinar B yang bisa terus melaju sampai ke pendetektor ion. Ion-ion lainnya bertubrukan dengan dinding dimana ion-ion akan menerima elektron dan dinetralisasi. Pada akhirnya, ion-ion yang telah menjadi netral tersebut akan dipisahkan dari spektrometer massa oleh pompa vakum.
Ketika sebuah ion menubruk kotak logam, maka ion tersebut akan dinetralisasi oleh elektron yang pindah dari logam ke ion (gambar kanan). Hal ini akan menimbulkan ruang antara elektron-elektron yang ada dalam logam tersebut, dan elektron-elektron yang berada dalam kabel akan mengisi ruang tersebut.
Aliran elektron di dalam kabel itu dideteksi sebagai arus listrik yang bisa diperkuat dan dicatat. Semakin banyak ion yang datang, semakin besat arus listrik yang timbul.
Mendeteksi ion-ion lainnya.
Bagaimana ion-ion lainnya dapat dideteksi – padahal sinar A dan sinar B sudah tidak ada lagi dalam mesin?
Ingat bahwa sinar A dibelokkan paling besar, berarti ia mempunyai nilai m/z yang paling kecil(ion yang paling ringan bila bermuatan +1) Untuk membuat sinar ini sampai ke detektor ion, anda perlu membelokkan sinar tersebut dengan menggunakan medan magnet yang lebih kecil(gaya luar yang lebih kecil).
Untuk membuat ion-ion yang mempunyai nilai m/z yang besar(ion yang berat bila bermuatan +1) sampai ke detektor ion, maka anda perlu membelokkannya dengan menggunakan medan magnet yang lebih besar.
Dengan merubah besarnya medan magnet yang digunakan, maka anda bisa membawa semua sinar yang ada secara bergantian ke detektor ion, dimana disana ion-ion tersebut akan menimbulkan arus listrik dimana besarnya berbanding lurus dengan jumlah ion yang datang. Massa dari semua ion yang dideteksi itu tergantung pada besarnya medan magnet yang digunakan untuk membawa sinar tersebut ke detektor ion. Mesin ini dapat disesuaikan untuk mencatat arus listrik (yang merupakan jumlah ion-ion) dengan m/z secara langsung. Massa tersebut diukur dengan menggunakan skala 12C.
Tambahan: Skala 12C adalah skala dimana isotop 12C mempunyai berat tepat 12 unit.
Bagaimana bentuk output dari spektrometer massa
Hasil dari pencatat diagram disederhanakan menjadi ediagram garisf. Ini menunjukkan arus listrik yang timbul oleh beragam ion yang mempunyai perbandingan m/z masing2.
Diagram garis Molybdenum (Mo) adalah sebagai berikut:
Photobucket
Garis tegak lurus itu menunjukkan besarnya arus listrik yang diterima oleh alat pencatat arus yang berarti banyaknya ion datang ke detektor. Seperti yang anda bisa lihat dari diagram diatas, ion yang paling banyak adalah ion yang mempunyai perbandingan m/z 98. Ion-ion lainnya mempunyai perbandingan m/z 92,94,95,96,97 dan 100.
Ini berarti molybdenum mempunyai 7 macam isotop. Dengan menganggap bahwa semua ion tersebut bermuatan +1 maka berarti massa dari ketujuh isotop tersebut adalah 92,94,95,96,97 ,98 dan 100.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

I. PENDAHULUAN
Tekhnik analisa sederhana ini digunakan bangsa Roma dahulu untuk menguji zat warna. Sekitar 100 tahun lalu, ahli kimia Jerman Runge, Schoebien dan Goppelsroedn membuat kemajuan teknik ini sehingga lebih reprodusibel dan kuantitatif. Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Juga dikembangkan oleh Egon Stahl dengan menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga merupakan lapis tipis. KLT merupakan kromatografi serapan tetapi dapat juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sistem ini segera populer karena memberi banyak keuntungan.

A. Keuntungan KLT dibanding dengan kromatografi lain :
1. KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal memilih fase gerak.
2. Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti pengembangan 2 dimensi, pengembangan bertingkat, dan pembaceman penyerap dapat dilakukan pada KLT.
3. Proses Kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja.
4. Semua komponen dalam sampel dapat dideteksi.
5. KLT dibandingkan dengan kromatografi kolom serapan, keduanya mempunyai sistem fisika yang bersamaan.
6. KLT dibandingkan dengan kromatografi partisi kertas, keduanya mempunyai kesamaan dalam teknik eksperimennya.
7. Kromatografi kolom merupakan proses yang lambat, yang membutuhkan penyerap relatif dalam jumlah yang besar demikian pada cuplikan yang digunakan sedangkan dalam KLT hanya menbutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah sedikit dan noda-noda yang terpisahkan dilokalisir pada plat seperti pada lembaran kertas.
8. Bila dibandingkan dengan kromatografi kertas, metode KLT mempunyai keuntungan yang utama, yaitu membutuhkan waktu yang lebih cepat dan diperoleh hasil pemisahan yang lebih baik.
9. Penyerapan pada KLT mempunyai kapasitas yang lebih besar bila dibandingkan dengan kertas.
10. Sekarang pemisahan dengan KLT telah digunakan dalam kebanyakan lapangan-lapangan organik dan beberapa dalam kimia anorganik.

B. Penyerap-Penyerap
Dua sifat terpenting dari penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat tergantung pada mereka. Besar partikel yang biasa digunakan adalah1 - 25 mikron.

Penyerap-Penyerap dalam KLT

Zat padat Digunakan untuk memisahkan
Silika Asam-asam amino, alkaloid, gula, asam-asam lemak, lipida, minyak esensial, anion dan kation organik, sterol, terpenoid
Alumina Alkaloid, zat warna, fenol, steroid, vitamin-vitamin, karoten, asam-asam amino
Kieselguhr Gula, oligosakarioa, asam-asam dibasa asam-asam lemak, trigliserida, asam-asam amino, steroid
Bubuk selulose Asam-asam amino, alkaloid, nukleotida
Pati Asam-asam amino


II. IDENTIFIKASI DAN HARGA Rf
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada KLT lebih baik dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi-reaksi warna. Sebagian besar teori kromatografi kolom juga dapat diterapkan pada KLT. Konsep ” lempeng teori” lebih sukar digambarkan disini, tetapi jelaslah bahwa pemisahan itu dilakukan oleh keseimbangan berturutan cuplika dalam dua fase, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi proses penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal.
Tetapi lazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam KLT kurang tepat bila dibandingkan pada kertas.
Derajat retensi pada klomatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor retensi Rf:

Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Rf =
Jarak yang ditempuh pelarut

Definisi koefisien distribusi K adalah

K = CS
CM

CS : kadar senyawa terlarut dalam fase diam
CM : kadar senyawa terlarut dalam fase gerak

Ada hubungan sederhana antara harga K dan Rf. Jarak tempuh rata-rata molekul terlarut berbanding langsung dengan kecepatan air pelarut dikalikan dengan fraksi waktu senyawa terlarut terdapat dalam fase gerak. Kemudian dapat dinyatakan sebagai jumlah molekul dalam setiap fase atau sebagai disrtibusi senyawa terlarut dalam dua fase:

jumlah mol senyawa terlarut dalam fase gerak
Rf =
Mol total senyawa terlarut dalam dua fase

= CM AM
CMAM + CSAS

Dimana AM dan AS adalah luas penampang melintang dua fase itu ( tegak lurus lempeng). Penjabaran lebih lanjut persamaan diatas, diperoleh:

Rf = AM = AM
AM + ASCS/CM AM + KAS

Harga–harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun demikian daftar dari harga-harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh.
Pengukuran yang sering dipakai lainnya adalah menggunakan pengertian RX atau RSTD yang didefinisikan sebagai berikut:
RSTD = Jarak yang digerakkan oleh senyawa tak diketahui

Jarak yang digerakkan oleh senyawa standard diketahui

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak noda dalam KLT yang juga mempengaruhi harga Rf:
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya. Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga-harga Rf meskipun menggunakan fase bergerak dan solute yang sama, tetapi hasil akan dapat diulang dengan hasil yang sama, hanya akan diperoleh jika menggunakan penyerap yang sama juga ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.
3. Tebal dan keratan dari lapisan penyerap. Meskipun dalam praktiknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tidak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak. Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase gerak dalam KLT adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
5. Derajat kejenuhan dari uap dalam bajana pengembang yang digunakan.
6. Teknik percobaan. Arah dalam mana pelarut bergerak diatas plat. (Metode aliran penaikan yang hanya diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar juga digunakan).
7. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan culikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkonan terbentuknya ekor dan efek tak keseimbangan lainnya hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
8. Suhu. Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
9. Keseimbangan. Ternyata bahwa keseimbangannya dalam lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, makan akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang terbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi daripada dibagian tengah. Keadaan ini harus dicegah.

III. FASE DIAM
Dalam KLT, fase diam harus mudah didapat. Keistimewaan KLT adalah lapisan tipis fase diam dan kemampuan pemisahnya.
1. Silika Gel
Pada umumnya sebagai fase diam digunakan silika gel. Untuk penggunaan dalam suatu tipe pemisahan perbedaan tidak hanya pada struktur, tetapi juga pori-porinya dan struktur lubangnya menjadi penting, di samping pemilihan fase gerak. Dalam perdagangan silika gel mempunyai ukuran 10-40µ. Ukuran ini terutama dipengaruhi oleh ukuran porinya yang bervariasi dari 20-50Å. Silika gel berpori 80-150 dinamakan berpori besar. Luas permukaan silika gel bervariasi dari 300-1000m2/g. Silika gel sangan higroskopis. Pada kelembapan relatif 45-75% dapat mengikat air 7-20%. Masalah aktivitasi silika gel tidak begitu mempengaruhi kebanyakan jenis pemisahan, tetapi deaktivitas silika gel merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Beberapa prosedur kromatografi terutama pemisahan yang menggunakan larutan pengembang anhidrat, mensyaratkan adanya kontrol kandungan air dalam silika. Kandungan air yang ideal adalah antara 11-12% b/b. Derajat deaktivitasi ditentukan oleh kelembapan relatif kamar dimana pemisahan dilakukan dan lempeng silika gel disimpan.


Ada beberapa macam silika gel yang beredar diantaranya:
a. Silika gel dengan pengikat. Umumnya sebagai pengikat adalah CaSO4 (5-15%). Jenis ini dinamakan Silica Gel G. Disamping itu ada juga pati sebagai pengikat dan dikenal sebagai Silica Gel S. Tetapi penggunaan pasti mempunyai kelemahan, terutama jika penentuan lokasi bercak dengan asam sulfat.
b. Silika gel dengan pengikat dan indikator fluoresensi. Jenis silika gel ini biasanya berfluoresensi kehijauan jika dilihat pada sinar ultraviolet panjang gelombang pendek. Sebagai indikator biasanya digunakan timah kadmium atau mangan-timah silika aktif. Jenis ini dikenal misalnya Silica Gel GF atau GF254.
c. Silika gel tanpa pengikat. Lapisan ini dibanding dengan yang mengandung CaSO4 menunjukkan lebih stabil. Beberapa produk dinamakan Silica Gel H atau Silica Gel N.
d. Silika gel tanpa pengikat tetapi dengan indikator Fluoresensi.
e. Silika gel untuk keperluan pemisahan prepartif. Untuk keperluan pemisahan preparatif dapat digunakan Silica Gel PF254 + 366.
Lempeng silika gel dapat dimodifikasi untuk membentuk penyerap fase terbalik dengan cara menbacemnya menggunakan parafin cair. Minyak silikon, atau dengan lemak. Lempeng fase terbalik jenis ini digunakan untuk identifikasi hormon-hormon steroid.

Bahan-Bahan Pembacem Silika

Bahan Pembacem Tujuan
Carbomer Identifikasi neomisin sulfat
Tetradekana Identifikasi sepradin dan atau identifikasi sefaklor
Tembaga sulfat 2% dan etilendiamin 2% Pemisahan 7 senyawa barbiturat
Tembaga sulfat 0,1% Pemisahan obat-obat golongan sulfonamida
Seng asetat 1% Pemisahan 7 obat golongan antihistamin
EDTA Pemisahan seratonin, epinrfrin, dan non-epinefrin

2. Alumina
Setelah silika gel,alumina merupakan fase diam yang paling banyak digunakan. Alumina termasuk kelompok fase dian dengan aktivitas tinggi. Alumina untuk KLT bersifat sedikit basa (pH 9), disamping itu ada juga alumina netral (pH 7) dan alumina asam (pH 4). Dalam banyak hal digunakan CaSO4 sebagai pengikat. Pengikat ini dapat menurunkan kebebasan alumina sampai batas tertentu. Seperti silika gel, alumina terdapat dengan atau tanpa bahan pengikat dan juga denga indikator fluoresensi. Simbol yang digunakan untuk suatu produk tertentu sama dengan yang digunakan untuk silika gel (G, H, P, F). Sekarang alumina paling banyak digunakan untuk pemisahan senyaw yang kurang polar. Setelah deaktivitasi penuh, dapat digunakan untuk pemisahan senyawa hidrofil kuat seperti gula atau asam amino.
3. Keiselguhr
Keiselguhr merupakan penyerap dengan aktivitas rendah. Tidak banyak digunakan dalam KLT. Penggunaan utama sebagai padatan pendukung untuk fase diam dalam kromatografi partisi.
4. Selulosa
Dengan digunakan selulosa untuk fase diam KLT, diperoleh mekanisme yang sama seperti kromatografi kertas. Perbedaan-perbedaannya terutama pada panjang serat, yang pada KLT panjang serat lebih pendek. Panjang serat bervariasi sari 2-20µ. Serat pendek menyebabkan difusi rendah selama pengembangan dan menghasilkan noda lebih kecil. Fakta ini memungkinkan pemisahan pada jarak lebih pendek daripada kromatografi kertas, juga waktu pemisahan lebih pendek. Tetapi dibandingkan dengan fase diam lain, misalnya fase diam anorganik, waktu yang diperlukan untuk suatu pemisahan lebih lama.
Selulosa untik KLT terbagi dalam dua bentuk
a. selulosa serat asli, misalnya MN 300
b. selulosa mikrokristal, misalnya Avicel.
Pada KLT selulosa digunakan untuk memisahkan senyawa hidrofil. Kriteria pemilihan pelarut pada kromatografi kertas padat diterapkan disini. Salah satu kelemahannya, tidak boleh menggunakan asam sulfat untuk menentukan letak noda.

Fase diam dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, misalnya berdasarkan sifat kimianya, dapat dikelompokkan dalam senyawa organik dan anorganik. Jika dilihat dari mekanisme pemisahan, fase diam dikelompokkan:
1. Kromatografi serapan (Silika gel, alumina, keiselguhr)
2. Kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, slika gel)
3. Kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina penukar ion)
4. Kromatografi gel (Sephadex, Biogel)

Ada beberapa fase diam yang sulit dikelompokkan, misalnay poliamida, polimer organik berporiseperti Porapak. Setiap jenis fase diam sangat bervariasi, hal ini disebabkan oleh:
1. struktur fase diam
2. ukuran
3. kemurnian
4. zat tambahan sebagai pengikat dll.
Oleh karena itu data suatu publikasi tidak menjamin, walaupun semua cara percobaan telah dijelaskan tetapi spesifikasi fase diam tidak dinyatakan.


IV. FASE GERAK
Pemilihan dari fase bergerak tergantung pada faktor-faktor yang sama seperti dalam pemisahan kromatografi kolom serapan. Sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin karena mengurangi serapan dari setiap komponen dari campuran pelarut. Jika komonen-komponen yang mempunyai sifat polar yang tinggi (terutama air) dalam campuran cukup akan merubah sistem menjadi sistem partisi. Campuran yang baik memberikan fase-fase bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang, tetapi sebaiknya dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dari dua komponrn terutama karena campuran yang lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase terhadap perubahan suhu. Kemurnian dari pelarut adalah lebih penting dalam KLT daripada bentuk-bentuk kromatografi lain, karena disini digunakan sejumlah materi yang sedikit. Sistem yang paling sederhana adalah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat dengan mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut ini adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimalkan fase gerak:
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga RF secara signifikan.
4. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuaran pelarut sebagai fase geraknya seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan elusi solut-solut yang bersifat basa dan asam.


V. METODOLOGI
A. PEMBUATAN LEMPENG
Ukuran lempeng gelas yang sering digunakan 20x20, 20x10, dan 20x20. Sebelum dilapisi lempeng kaca ini dibersihkan dengan air dan deterjen, kemudian dikeringkan. Cuci lagi dengan aseton dan permukaan kaca yang bersih jangan sampai tersentuh. Penyerap dibentangkan diatas permukaan penyokong yang baik, biasanya digunakan plat kaca. Ukuran yang digunakan tergantung pada jenis dari pemisahan yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. Untuk pemisahan secara kualitatif yang cepat sering digunakan gelas mikroskop (microscope slide). Yang terpenting adalah bahwa permukaan dari plat harus rata.
Langkah yang pertama adalah membuat penyerap menjadi bubur dengan air, biasanya menggunakan perbandingan x gram penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk dengan baik dan dibentangkan diatas plat kaca dengan berbagai cara. Ratakan bubur itu untuk 4-5 lempeng (20x20 cm) dalam waktu 4 menit jika digunakan bahan pengikat dalam bubur penyerap itu dapat juga ditambahkan dapar untuk membuat keasaman tertentu atau kandungan air pada lapisan fase diam Tebal lapisan adalah merupakan faktor yang paling penting dalam kromatografi lapis tipis. Tebal standard adalah 250 mikron. Lapiasan-lapisan yang lebih tebal (0,5-0,2 mm) digunakan untuk pemisahan-pemisahan yang sifatnya besar, dengan menggunakan penyerap hingga 250 mg untuk plat dengan ukuran 20x20 cm. Salah satu kesukaran dengan lapisan tebal adalah adanya tendensi mengelupas bila kering. Pindahkan lempeng itu hati-hati pada rak dan setelah 30 menit keringkan pada 100-120oC selama 1 jam untuk mengaktifkan fase diam. Dinginkan dan simpan lempeng itu dalam desikator.
Pada dasarnya ada 4 cara yang digunakan dalam pembuattam lapis tipis, yaitu pembentangan, penuangan, penyemprotan dan pencelupan. Metode pembentangan dan penyemprotan dapat dikerjakan baik dengan tangan atau dengan alat. Banyak pemakai yang tidak menggunakan metode penuangan secara mekanik. Jika penyerap sangat halus dan partikel-partikelnya homogen dan jika tidak menggunakan pengikat, maka bubur dapat dituangkan diatas plat dan dibiarkan hingga melapisinya. Pembuatan dengan penuangan biasanya mudah dengan menggunakan jenis alumina yang tertentu tetapi dalam pembuatan bubur tidak menggunakan air, meliankan menggunakan cairan yang mudah menguap seperti etanol (atau campuran etanol-air) atau etil asetat.



Plat Kaca Kromatografi Lapisan Tipis, Ukuran 20 x 20 cm untuk Kromatografi Penaikan Satu Arah


Plat-plat yang kecil, seperti gelas mikroskop dapat dilapisi dengan pencelupan dalam bubur dari penyerap dalam kloroform atau zat cair mudah menguap yang lain. Sekali lagi tebal lapisan yang pasti tidak diketahui dan kemungkinan lapisan tidak dapat dibuat dengan baik, meskipun demikian metode ini cukup memuaskan untuk membuat sejumlah dari plat-plat untuk pemisahan secara kualitatif dengan cepat. Plat-plat yang dibuat dengan zat-zat cair organik yang mudah menguap tidak perlu pemanasan lebih lanjut. Penyentuhan dengan jari-jari akan merusak lapisan dan akan melepaskan partikel-partikel dari permukaan.

Perbandingan Bahan dan Pelarut untuk Pembuatan Lempeng

Nama Perbandingan bahan dan air
Silika gel 1 : 1,5
Silika gel G atau GF 1 : 2
Alumina 1 : 1,1
Alumina oksida G 1 : 2
Serbuk selulosa MN 300 1 : 5
Serbuk selulosa MN 300 G 1 : 6
Keiselguhr G 1 : 2
Serbuk poliamida 1 : 9 (kloroform-metanol 2 : 3)

B. PENOTOLAN CUPLIKAN
Pemisahan pada KLT yang optimal akan diperoleh hanya jika penotolan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Penotolan dapat dilakukan dengan mikropipet atau dengan mikrosyringe, biasanya diperlukan 1-20 ul. Volume lebih besar dari itu dapat ditotolkan bertahan dalam bagian-bagian kecil dengan pengeringan di antara penotolan itu. Kelebihan beban menyebabkan bercak asimetri dan perubahan harga Rf, yang dapt dihindari cuplikan kurang dari 10-20 µg.
Pada lempeng KLT efisien tinggi (KLTET) (biasanya 10x10 cm atau 10x20 cm) hanya diperlukan cuplikan dalam nano sampai pikogram setiap bercak. Diameternya harus tidak lebih 0,2 µl. Diperlukan teknik penotolan khusus, yaitu dengan syringe 1 µl yang dihubungkan dengan skrup mikrometer atu sebuah kapiler platina iridium dalam aplikator otomatis.
Pada lempeng KLT konvensional (20x20 cm, 10x20 cm, 5x20cm, tebal 0,2 mm) cuplikan biasanya ditotolkan sebagai bercak bulat atau garis, 1,5-2,0 cm dari tepi bawah dan dimulai dan diakhiri kira-kira 0,5 cm dari samping kaca dan noda-noda diteteskan masing-masing pada jarak 1 cm dari pusat noda. Penempatan noda diatas plat kira-kira 1 cm dari salah satu ujungnya dimana ujung ini nantinya dicelupkan dalam pelarut. Bercak sebaiknya berukuran sama dan mempunyai diameter 3-6 mm. Kedudukan noda tidak dapat diberi tanda dengan pensil, seperti dikerjakan pada kertas, hingga penunjuk noda dapat digunakan, misalnya penggaris yang diletakkan si samping plat kaca.
Garis awal dapat diberi tanda pada ujung dari plat dengan pensil dan garis akhir dapat dibuat di bagian atas dengan menggoreskan pensil dan disebabkan goresan ini aliran pelarut akan ditahan bila permukaan pelarut sampai pada garis. Jangan terlalu lama mencelupkan plat dalam bejana bila permukaan pelarut telah mencapai garis akhir, karena oleh pengaruh difusi dan penguapan dapat menyebabkan pemancaran dari noda-noda yang terpisah. Ujung plat yang dicelupkan dalam fase bergerak jangan dibiarkan hingga rusak. Bila akan dilakukan pemisahan dua jalan, maka lapisan dari dua sisi yang berdekatan tidak perlu dihilangkan.

C. PENGEMBANGAN KROMATOGRAFI
Bila plat kromatografi telah disiapkan dan cuplikan telah ditempatkan di atasnya, maka ia dimasukkan dalam bejana yang cocok dengan ujung yang paling bawah, dimana cuplikan detempatkan, dicelupkan dalam fase bergerak yang telah dipilih sedalam kira-kira 0,5-1,0 cm. Biasanya dua plat dapat dimasukkan dalam bejana, dalam hal ini akan diperoleh kromatografi penaikan. Bejana diusahakan jangan sampai bocor. Sering tidak memerlukan waktu kesetimbangan, tetapi untuk meyakinkan homogenitas dari atmosfer dalam bejana, maka dinding dalam bejana dilapisi dengan lembaran kertas saring yang ujungnya direndam dalam fase gerak. Sedapat mungkin menggunakan bejana yang sekecil mungkin, sehingga atmosfer dalam bejana mempunyai volume sekecil mungkin. Untuk plat kaca yang kecil, microscope slide, sebagai bejana dapat dipakai gelas piala yang mempunyai kapasitas sekitar 500 ml, juga dinding sebelah dalamnya dapat dilapisi dengan kertas saring yang ujungnya dicelupkan dalam fase gerak. Permukaan pelarut yang terdapat di dalam jangan sampai terhubung dengan atmosfer luar, karena hal ini mengakibatkan komponen-komponen yang mudah menguap lepas oleh penguapan
Pengembangan menurun atau horisontal dapat digunakan dalam beberapa kasus,yaitu pada lapisan tebal atau dengan fase gerak kental. Fase gerak dialirkan pada lapisan melalui kertas saring. Pengembangan horisontal bisanya digunakan pada KLTET. Untuk memperbaiki pemisahan dapat dilakukan teknik sebahgai berikut:
1. Pengembangan Berlanjutan
Fase gerak dialirkan pada bagian atas dari lempeng pengembangan horisontal dan diisap oleh fase diam. Teknik ini terutama digunakan untuk senyawa yang mempunyai harga Rf 0,05-0,2 setelah pengembangan pertama.
2. Pengembangan Dua Dimensi
Cuplikan ditotolkan pada lempeng 3-4 cm dari salah satu pojok dan dikembangkan seperti biasanya. Lempeng kemudian diputar 90o sehingga pita pemisahan dari hasil pengembangan pertama terletak pada bagian bawah lempeng, dan kemudian dilakukan pengembangan kedua. Fase gerak harus diganti sehingga diperoleh pengaruh pemisahan berbeda pada arah kedua. Teknik ini berguna untuk cuplikan yang mengandung banyak senyawa penyusun.
3. Pengembangan Sirkuler
Pada kromatografi sirkuler fase gerak dialirkan dengan sebuah sumbu atau pompa melalui pipa kapiler di tengah lapisan fase diam. Senyawa terlarut bergerak cepat dari tengah penotolan menghasilkan lingkaran-lingkaran sempit.
4. Pengembangan Beberapa Kali
Pada fase gerak biasanya mudah menguap dapat diuapkan setelah pengembangan dan lempeng itu spat dikembangkan lagi dengan fase gerak sama atau fase gerak lain. Teknik ini dinamakan pengembangan beberapa kali. Bercak cuplikan berbentuk bulat telur dengan aksisi pendek kepada arah fase gerak bergerak.
5. Metode Identifikasi
Untuk melihat senyawa tak berwarna pada lempeng, biasanya digunakan metode sebagai berikut:
a. Melihat kromatografi di bawah sinar ultraviolet (254 atau 366 nm)
• Pada lapisan berfluoresensi, misalnya Silica gel GF254, bercak muncul sebagai noda hitam.
• Untuk senyawa berfluoresensi digunakan lapisan biasa, bercak terlihat berfluoresensi.
b. Menyemprot dengan pereaksi yang menghasilkan warna dan atau berfluoresensi.
6. KLT Preparatif
Pemisahan preparatif sering dilakukan pada lapisan yang agak tebal (0,5-2,0 mm). Cuplikan ditotolkan sebagai garis sempit dengan alat yang sesuai. Ukuran maksimum cuplikan tergantung pada jumlah relatif senyawa penyusun, perbedaan Rf-nya dan lebar lempeng. Jika selisih harga Rf lebih besar dari 0,2 dapat ditotolkan 50-1—mg cuplikan pada lempeng 20 cm.




Kromatografi lapis tipis
jenis penurunan

a. tempat pelarut
b. gulungan kertas
c. lapisan kromatografi


IV. CONTOH PERCOBAAN TEKNIK KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

A. PEMBUATAN LAPIS TIPIS KECIL
1. Dua buah mikroskop yang dilekatkan satu sama lain dicelupkan dala bubur silika gel. (Bubur silika gel dibuat dengan mencampurkannya dengan klofoform yang diaduk hingga benar-benar homogen)
2. Setekah dicekupkan diangkat kembali, biarkan hingga kering di udara. Setelah kering bagian sisi yang terletak disebelah dalam dari masing-masing gelas dibersihkan dengan kertas kering.

B. PEMBUATAN LAPIS TIPIS BESAR
1. Timbang silika gel sebanyak 12 gram, tambahkan air sebanyak 27 ml, diaduk sampai homogen. (Air yang digunakan adalah air suling)
2. Tuangkan pada gelas preparat besar ukuran 20x20 cm dan usahakan mendapatkan tebal permukaan yang serata mungkin dengan cara mengetap-ngetapkan di atas gabus.
3. Plat gelas yang telah dilapisi silika gel dikeringkan untuk di ”aktif” kan dengan jalan memanaskan dalam oven pada suhu sekitar 100oC selama 30 menit (semakin lama semakin baik).

C. PEMBUATAN CUPLIKAN
Dipakai zat dari tumbuh-tumbuhan misal kunir, daun atau bunga-buangaan, dapat juga zat organik yang tak berarna.
1. Kunir, daun atau buanga dipotong-potong dan dilumatkan sampai halus dalam lumpang porselin dan diekstrak dengan pelarut organik, kloroform (dapat menggunakan pelarut lain).
2. Ekstrak disaring, ambil bagian yang terlarut dalam kloroform kemudian diuapkan hingga diperoleh larutan yang pekat.

D. PEMBUATAN KROMATOGRAM
1. Di atas lapisan tipis teteskan zat yang akan dikromatografikan dengan pipa kapiler, pada jarak kira-kira 1 cm dari bagian bawah kaca. Untuk plat yang kecil noda berupa titik sedang plat yang besar, 20x20 cm berupa deretan titik-titik sehingga menbentuk garis. Biarkan beberapa saat hingga kering.
2. Lapisan tipis yang mengandung cuplikan dimasukkan dalam suatu bejana yang berisi fase gerak. (Untuk lapisan tipis yang kecil dapat ditempatkan dalam gelas piala). Bagian yang mengandung cuplikan dicelupkan dalam fase bergeak, noda jangan sampai tercelup dalam fase bergerak.
3. etelah fase bergerak naiksampai hampir ujung atas lapisan, lapisan tipis diambil dari bejana/gelas piala. Untuk plat kecil, batas fase bergerak dan noda-noda diberi tanda. Biarkan kering diudara.
4. Untuk mengetahui lokasi noda (bila noda tidak kelihatan), maka setelah lapisan tipis kecil kering dimasukkan dalam gelas piala yang di dalamnya telah diberi kristal yood.
5. Tentukan harga Rf untuk lapisan tipis yang kecil.
6. Penanganan plat yang besar selanjutnya.
Bila dikehendaki untuk mendapatkan hasil pemisahan maka pita-pita yang merupakan komponen-komponen senyawa masing-masing dikeruk dan dikumpulkan secara terpisah. Tiap-tiap bagian dicuci dengan kloroform yang kemudian perlu diuji lebih lanjut, dengan menggunakan lapisan tipis, untuk mengetahui apakah masing-masing bagian merupkan komponen tunggal atau masih merupakan campuran.































KEGUNAAN KLT UNTUK ANALISA OBAT

1. Adiploidon (Iodipamid)
(dalam Bulk)
Fase diam : Silika HF254
Fase gerak : n-butanol-asam asetat-air (4 : 1 :5)
Deteksi : UV 253 nm
Penyiapan sempel : Sebanyak 1 mg dilarutkan kedalam metanol 0,08%-NaOH

2. Alanin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : n-butanol-air-asam asetat (3 : 1 :1)
Deteksi : Ninhidrin
Penyiapan sampel : Dilarutkan kedalam etanol 60%

3. Albenazol
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Metil klorid-asam asetat-eter (6 :1 : 1)
Deteksi :UV panjang gelombang pendek
Penyiapan sampel : Sebanyak 50 mg sampel dilarutkan kedalam 3,0 ml asam asetat lalu diencerkan sampai 50,0 ml dengan asam asetat. Sebanyak 1,0 ml larutan ini diencerkan sampai 100 ml dengan asam asetat.

4. Alfadolon Asetat
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Toluen-etil asetat (1 : 1)
Deteksi : Seri sulfat
Penyiapan sampel : Dilautkan ke dalam metanol-kloroform (1 : 1)

5. Alkometason Dipropianat
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Kloroform-aseton (7 : 1)
Deteksi : UV 350 nm
Penyiapan sampel : Dilarutkan ke dalam metanol-diklorometan
(1 :2)

(dalam krim)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Kloroform-aseton (7 : 1)
Deteksi : UV 350 nm
Penyiapan sampel : Ditambah metanol, dipanaskan pada suhu 60oC sampai sempel meleleh, bagian yang tidak larut dipindahkan, dan digojok kuat.

6. Alopurinol
(dalam bulk)
Fase diam : Selulosa
Fase gerak : Butanol-amonium hidroksida 5M (jenuh)
Deteksi : UV 254 nm
Penyiapan sampel : Dilarutkan kedalam dietilamin 10%

7. Amikasin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : metanol-kloroform-amonium hodroksida (60 : 30 : 25)
Deteksi : Ninhidrin
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam air

8. Amiodaron Hodroklorida
(dalam bulk)
Fase diam : Silika HF254
Fase gerak : Kloroform-metanol-asam asetat (80 : 15 : 5)
Deteksi : UV 254 nm
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol.

9. Amitriptilin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Metanol-Kloroform-NH4OH (15 : 135 : 1
Deteksi : UV 254 nm
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol.

10. Amoksisilin
(dalam tablet, kapsul, suspensi)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Metanol-pirimidin-kloroform-air (90 : 10 : 80 : 10)
Deteksi : Ninhidrin
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam HCl 01 N.

11. Ampisilin
(dalam kapsul, suspensi oral)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Aseton-toluen-air-asamasetat (650 : 100 : 100 : 25)
Deteksi : Ninhidrin
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam aseton-HCl 0,1 N (4 :1)

12. Apomorfin Hidroklorida
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Asetonitril-asam format- etil asetat-metilen klorid
(30 : 5 : 30 : 5)
Deteksi : Uap amonia
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol.

13. Artemether
Fase diam : Silika gel 50F-254
(10x10 cm with 250 µm)
Fase gerak : Toluen-etil asetat-asam format (8 : 2 : 0,3)
Deteksi : Asam sulfat-anisaldehid
Penyiapan sampel : Obat diekstraksi dengan 10 ml kloroform. Untuk memastikan ekstraksi larutan disonokasi selama 30 menit. Larutan yang dihasilkan dibiarkan selama 30 menit an supernatannya diambil lalu dilakukan penotolan, visualisasi, dam scanning.

14. Asam Askorbat
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Metanol-aseton-air (20 : 4 : 3)
Deteksi : UV
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam etanol absolut.

15. Asam Folat
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Etanol-propanol-amonium hidroksida (3 : 1 :1)
Deteksi : UV 350 nm
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol-amonium hidroksida (9 : 2)

16. Asam Mefenamat
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Isobutanol-amonium hidroksida (3 : 1)
Deteksi : UV 254 nm
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol-kloroform (1 : 3)

17. Asetaminofen
(dalam bulk)
Fase diam : Silika gel
Fase gerak : Heksan-aseton (75 : 25)
Deteksi : UV
Penyiapan sampel : Sebanyak 1 g sampel dipindahkan kedalam tabung setrifus gelas 15 ml bertutup rapat lalu ditambah dengan 5 ml eter, digojok selama 30 menit, disentrifus selama 15 menit pada 1000 rpm.

18. Atropin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Kloroform-aseton-dietilamin (5 : 4 : 1)
Deteksi : Iodoplatinat
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol.

19. Atropin Sulfat
(dalam sediaan injeksi)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Kloroform-dietilamin (9 : 1)
Deteksi : Iodoplatinat
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam etanol.

20. Azatadin Maleat
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Toluen-2 ropanol-dietilamin (10 : 10 : 1)
Deteksi : UV
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol-toluen (1 : 1).

21. Baklofen
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Butanol-air-asam asetat (4 : 1 : 1)
Deteksi : Uap klor
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam etanol-asam asetat ( (4 : 1).

22. Barbital
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Amonium hidroksida-kloroform-etanol (5 : 80 : 15)
Deteksi : UV 254
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam etanol.

23. Basitrasin
(dalam bulk)
Basitrasin merupakan suatu polipeptida yang dihasilkan dari pertumbuhan organisme kelompok Licheniformis dan Bacillus subtitis.
Fase diam : Silika
Fase gerak : Butanol-pirimidin-etanol-asam asetat
(60 : 15 : 10 : 6 : 5)
Deteksi : Triketohidrinen hidrat 1% lalu dipanaskan
Penyiapan sampel : Dilarutka dalam metanol-toluen (1: 1)

24. Benorilat
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Metilen klorid-asam asetat-eter (80 : 5 : 15), lalu dikeringkan dikembangkan lag dengan fase gerak kedua: 2,2,4-trimetilpenten-eter-asam format (45 : 45 : 10)
Deteksi : UV 254
Penyiapan sampel : Dilarutka dalam metanol-kloroform (1 : 9)

25. Benzokain (Etil aminobenzoat)
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak :Propanol-amonium hidroksida 10% (88 : 12)
Deteksi : UV
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam alkohol 40%

26. Benztropin
Fase diam : Silika
Fase gerak :Etanol-amonium hidroksida 13,5 M
Deteksi : Iodoplatinat
Penyiapan sampel : Diuapkan dan residu dilarutkan dalam aseton.

27. Biperidin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika (diperlakukan dengan basa)
Fase gerak : Toluen-metanol (965 : 35)
Deteksi : Iodoplatinat
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam kloroform

28. Bupivakain Hidroklorida
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Heksan-isopropilamin (97 : 3)
Deteksi : Char
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalan isopropilamin-kloroform
(1 : 99)

29. Dasatinib
Merupakan inhibitor tirosin kinase pertama yang disetujui.
Fase diam : Silika gel 60F-254
Fase gerak : Toluen-kloroform (7 : 3 v/v)
Deteksi : Densitrometri dilakukan pada 280 nm dengan mode absorbansi
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol

30. Deksklorfeniramin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Isopropanol-amonium hidroksida 10% (7 : 3)
Deteksi : UV
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam etil asetat

31. Dekstrometorpan
Fase diam : Silika
Fase gerak : amonium hidroksida-metilen klorid-metanol-toluen-etil asetat (2 : 10 : 13 : 55 : 20)
Deteksi : Dragendroff
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol

32. Dekstromoramid
Fase diam : Silika
Fase gerak : Metanol
Deteksi : Dragendroff
Penyiapan sampel : Serbuk dicampur dengan metanol lalu dusaring

33. Desipramin
Fase diam : Silika
Fase gerak : Toluen-metanol (95 : 5)
Deteksi : Kalium dikromat
Penyiapan sampel : serbuk digojok dengan metanol, lalu disaring

34. Diazepam
(dalam bulk)
Fase diam : Silika
Fase gerak : Heptan-etil asetat (1 : 1)
Deteksi : UV 254
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam aseton

35. Ketamin
(dalam bulk)
Fase diam : Silika yang dilapisi dengan bufer fosfat
Fase gerak : Benzen-metanol-amonium hidroksida
Deteksi : Dragendroff
Penyiapan sampel : Dilarutkan dalam metanol