Kapsul(FI,III) adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsulKeras dan lunak , Kapsul (FI,IV) adalah sediaan Padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut .
Cangkang dibuat dari :
Gelatin
Pati
Bahan Lain yang cocok (FI,Ed,IV)
Kapsul memiliki nama lain :
Hard Capsule atau Kapsul Keras
Hard Gelatine Capsule atau Kapsul Lunak
Adapun pemerian dari kapsul adalah sedian bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau sediaan padat dengan atau tampa bahan tambahan dan terbungkus cangkang kapsul yang keras terbuat dari gelatin .
Kapsul Brbentuk selindris dengan ukuran kapsul bermacam – macam mulai yang terbesar 000(Untuk Hewan),00,0,1,2,3,4,dan 5.Dalam pengobatan lazim digunakan adalah 0,1,2,3 dan 4 . Kapasitas Kapsul kira – kira antara 30 mg – 600 mg dan tergantung berat jenis serbuknya.
Konsitensi obat yang dimasukan kedalam kapsul dapat berupa serbuk , zat cair , granul .
Contoh :
Yang Berupa Serbuk : Erythrocin caps
Incidal caps
Kemicetin caps.
Yang Berupa Cairan : Oleum Chenopodii
Yang Berupa Granul : Eryc caps
Excelase caps
Hard caps : Librium,Terramycin,Juvelon
Soft caps : Natur-E 100 .Super Tetra, Levertran caps
Kapsul memiliki sifat – sifat yang menguntungkan yaitu :
1. Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
2. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
3. Tepat untuk Oat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak enak
4. Bentuk Kapsul Mudah ditelan dibanding bentuk tablet
Catatan : Setelah cangkang larut dalam lambung dan bahan aktif bebas serta
terlarut maka akan terjadi proses absoropsi yang terjadi di Gastro
intestinal (GIT).
Pembuatan kapsul dengan cara yaitu bila obat – obatanya berupa , maka setelah
obat – obataya dan bahan tambahan / pengisi dicampur dan diserbukan ( Cara Seperti pada pembuatan serbuk ),Lalu dibagi – bagi sama banyak . Kemudian dimasukan kedalam kapsul .Pilih kapsul yang sesuai dengan volume serbuknya .Bila setelah obat dimasukan ke dalam kapsul dan apabila ada serbuk yang melekat pada kapsul ,maka kapsul tersebut dibersihkan dengan kapas atau kertas tissue.
Penyimpanan disimpan ditempat yang sejuk kering , tertutup rapat dan diberi zat pengering .Bila kapsul disimpan ditempat yang kelembapanya rendah ,maka kapsul akan rapuh .Bila kapsul disimpan di kelembapan yang tinggi maka kapsul akan lembek ( Saling melekat ).
Catatan : Tinjauan Pustaka yang diambil adalah hasil pengembangan buku
Farmakope ed III dan IV, Buku Penuntun Praktikum Farmasetika dasar
dan buku seni menulis resep.
Kamis, 22 April 2010
SUSPENSI
A.Suspensiones ( Suspensi )
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan– lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
B. Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
C. Pembasahan Partikel
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut di dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. kadang – kadang adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan .
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ – nya besar mereka mengambang pada permukaan cairan.
Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan di bawah permukaan cairan.
Serbuk dengan sudut kontak ± 90 ْ akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut kontak .
Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob , seperti sulfur , carbo adsorben, Magnesii Stearat dan serbuk yang mudah dibasahi air disebut hidropofil seperti toluen , Zincy Oxydi , Magnesii Carbonas .
Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan ( wetting agent ) adalah sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak , pembasahan akan dipermudah.
Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan udara diantara partikel – partikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaan partikel mudah campur dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin, propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air. ( IMO , 152 )
D. Pada pembuatan Suspensi di kenal 2 macam sistem , yaitu :
a. Sistem Deflokulasi
b. Sistem Flokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. ( Farmasetika , 163 )
Cara Pembuatan Suspensi
Suspensi dapat di buat dengan menggunakan 2 metode, yaitu :
1. Metode Dispersi
2. Metode Presipitasi ( Pengendapan ) , metode ini di bagi lagi menjadi 3 macam , yaitu :
· Presipitasi dengan pelarut organik
· Presipitasi dengan perubahan pH dari media
· Presipitasi dengan dokomposisi rangkap
1. Metode Dispersi
Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah partikel – partikel harus terdispersi betul di dalam air, mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air, kadang – kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan pada permukaan serbuk . ( Farmasetika , 165 )
2. Metode Presipitasi
Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam air,dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, lalu ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu. Pelarut organik yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal. ( Farmasetika , 165 )
Daftar Pustaka
Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Anief. Farmasetika . Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan– lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang .
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
B. Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
C. Pembasahan Partikel
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut di dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. kadang – kadang adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan .
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ – nya besar mereka mengambang pada permukaan cairan.
Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan di bawah permukaan cairan.
Serbuk dengan sudut kontak ± 90 ْ akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut kontak .
Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob , seperti sulfur , carbo adsorben, Magnesii Stearat dan serbuk yang mudah dibasahi air disebut hidropofil seperti toluen , Zincy Oxydi , Magnesii Carbonas .
Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan ( wetting agent ) adalah sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak , pembasahan akan dipermudah.
Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan udara diantara partikel – partikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaan partikel mudah campur dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin, propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air. ( IMO , 152 )
D. Pada pembuatan Suspensi di kenal 2 macam sistem , yaitu :
a. Sistem Deflokulasi
b. Sistem Flokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. ( Farmasetika , 163 )
Cara Pembuatan Suspensi
Suspensi dapat di buat dengan menggunakan 2 metode, yaitu :
1. Metode Dispersi
2. Metode Presipitasi ( Pengendapan ) , metode ini di bagi lagi menjadi 3 macam , yaitu :
· Presipitasi dengan pelarut organik
· Presipitasi dengan perubahan pH dari media
· Presipitasi dengan dokomposisi rangkap
1. Metode Dispersi
Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah partikel – partikel harus terdispersi betul di dalam air, mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air, kadang – kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan pada permukaan serbuk . ( Farmasetika , 165 )
2. Metode Presipitasi
Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam air,dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, lalu ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu. Pelarut organik yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal. ( Farmasetika , 165 )
Daftar Pustaka
Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Anief. Farmasetika . Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Label:
sediaan farmasi
Teknik Dasar Pembuatan Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. ( FI III Hal 33 )
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. (FI IV )
ATURAN UMUM PEMBUATAN SALEP
1. Bagian – bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya.
2. Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran lemak yang telah ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan mula-mula dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak.
3. Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada pembuatan unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya sama atau setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian.
4. Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk sampai dingin.
BERDASARKAN KOMPOSISI DASAR SALEP DAPAT DIGOLONGKAN SEBAGAI BERIKUT
Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
Vaselin putih,Vaselin kuning
Campuran Vaselin dengan malam putih, malam kuning
Parafin encer, Parafin padat
Minyak tumbuh-tumbuhan
Dasar salep serap,yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
· Adeps lanae
· Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen
· Hydrophilic petrolatum
86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol.
(IMO,hal 52-53)
ZAT-ZAT YANG DAPAT DILARUTKAN DALAM DASAR SALEP
Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin.
Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.
Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
(IMO,hal 55)
ZAT-ZAT YANG MUDAH LARUT DALAM AIR
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen.
Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex, hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25% air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).
(IMO, hal 57)
ZAT-ZAT YANG KURANG LARUT ATAU TIDAK LARUT DALAM DASAR SALEP
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau lunak.
(IMO,hal 59)
BAHAN YANG DITAMBAHKAN TERAKHIR PADA SUATU MASSA SALEP
Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsirinya akan menguap.
(Ilmu Resep Teori,hal 48)
KUALITAS SALEP YANG BAIK ADALAH
Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.
Lunak,semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.
Mudah dipakai atau mudah dioleskan.
Dasar salep yang cocok.
Dapat terdistribusi merat (Ilmu Resep Teori, hal 42)
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Farmakope Indonesia ed III.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Farmakope Indonesia ed IV.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. (FI IV )
ATURAN UMUM PEMBUATAN SALEP
1. Bagian – bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya.
2. Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran lemak yang telah ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan mula-mula dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak.
3. Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada pembuatan unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya sama atau setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian.
4. Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk sampai dingin.
BERDASARKAN KOMPOSISI DASAR SALEP DAPAT DIGOLONGKAN SEBAGAI BERIKUT
Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
Vaselin putih,Vaselin kuning
Campuran Vaselin dengan malam putih, malam kuning
Parafin encer, Parafin padat
Minyak tumbuh-tumbuhan
Dasar salep serap,yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
· Adeps lanae
· Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen
· Hydrophilic petrolatum
86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol.
(IMO,hal 52-53)
ZAT-ZAT YANG DAPAT DILARUTKAN DALAM DASAR SALEP
Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin.
Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.
Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
(IMO,hal 55)
ZAT-ZAT YANG MUDAH LARUT DALAM AIR
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen.
Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex, hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25% air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).
(IMO, hal 57)
ZAT-ZAT YANG KURANG LARUT ATAU TIDAK LARUT DALAM DASAR SALEP
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau lunak.
(IMO,hal 59)
BAHAN YANG DITAMBAHKAN TERAKHIR PADA SUATU MASSA SALEP
Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsirinya akan menguap.
(Ilmu Resep Teori,hal 48)
KUALITAS SALEP YANG BAIK ADALAH
Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.
Lunak,semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.
Mudah dipakai atau mudah dioleskan.
Dasar salep yang cocok.
Dapat terdistribusi merat (Ilmu Resep Teori, hal 42)
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Farmakope Indonesia ed III.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Farmakope Indonesia ed IV.DEPKES RI:Jakarta
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Label:
sediaan farmasi
Teknik Dasar Pembuatan Serbuk Obat (Pulvis dan Pulveres)
Serbuk obat disebut juga puyer dapat dibagi menjadi serbuk terbagi (Latin: Pulveres) dan serbuk tidak terbagi (Latin: Pulvis). Pembuatannya secara umum dapat dijelaskan berikut ini :
Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus digerus dahulu sampai halus, baru digerus dengan yang lain. Jika semua bahan halus, digerus dari dua bahan yang paling sedikit.
Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih dahulu SL (Saccharum Lactis) untuk obat dalam atau bahan yang lainnya dan Talk atau Kaolin untuk obat luar.
Bila resep mengandung bahan Camphora, Menthol, Thymol, Acid Benzoic, Acid Salicylic : ditetesi etanol (spiritus fortior), kemudian keringkan dengan SL.
Catatan : Acetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran Camphor dan Menthol atau dengan Thymol) : masing-masing ditetesi etanol, dikeringkan dengan SL, baru dicampurkan.
Garam berair kristal : diganti dengan eksikatusnya.
Tingtur dan ekstrak cair : bila kurang dari 2 gram : digerus di mortir panas dengan SL sampai kering, sedangkan lebih dari 2 garam : diuapkan sampai seperti tingtur banyak, dapat diuapkan lagi secukupnya sampai kira-kira sama banyak dengan SL-nya.
Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutum (= etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir panas.
Sulfur, Stibii Pentasulfida atau Rifampisina (warna merah kuning, susah hilang dari mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert, seperti SL.
Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus, baru dicampurkan dengan bahan lain.
Elaeosacchara : Elaeosacchara Lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1 tetes minyak atsiri.
Obat-obat paten yang di”loco” (diganti) : usulkan penggantiannya, kecuali sudah dianggap sinonim.
Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu per satu, jika diberi paraf dan tanda seru, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada resep.
Pengenceran : dengan SL dan Carmin, dengan SVCS tanpa Carmin.
Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus, kemudian diayak yang halusnya dicampur dengan yang lainnya.
Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus digerus dahulu sampai halus, baru digerus dengan yang lain. Jika semua bahan halus, digerus dari dua bahan yang paling sedikit.
Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih dahulu SL (Saccharum Lactis) untuk obat dalam atau bahan yang lainnya dan Talk atau Kaolin untuk obat luar.
Bila resep mengandung bahan Camphora, Menthol, Thymol, Acid Benzoic, Acid Salicylic : ditetesi etanol (spiritus fortior), kemudian keringkan dengan SL.
Catatan : Acetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran Camphor dan Menthol atau dengan Thymol) : masing-masing ditetesi etanol, dikeringkan dengan SL, baru dicampurkan.
Garam berair kristal : diganti dengan eksikatusnya.
Tingtur dan ekstrak cair : bila kurang dari 2 gram : digerus di mortir panas dengan SL sampai kering, sedangkan lebih dari 2 garam : diuapkan sampai seperti tingtur banyak, dapat diuapkan lagi secukupnya sampai kira-kira sama banyak dengan SL-nya.
Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutum (= etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir panas.
Sulfur, Stibii Pentasulfida atau Rifampisina (warna merah kuning, susah hilang dari mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert, seperti SL.
Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus, baru dicampurkan dengan bahan lain.
Elaeosacchara : Elaeosacchara Lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1 tetes minyak atsiri.
Obat-obat paten yang di”loco” (diganti) : usulkan penggantiannya, kecuali sudah dianggap sinonim.
Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu per satu, jika diberi paraf dan tanda seru, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada resep.
Pengenceran : dengan SL dan Carmin, dengan SVCS tanpa Carmin.
Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus, kemudian diayak yang halusnya dicampur dengan yang lainnya.
Label:
sediaan farmasi
Selasa, 20 April 2010
Jahe

Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi.
Sejarah
Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.
Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bsia dilakukan di daerah katulistiwa seperi Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Equador dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia.
Ciri morfologis
Tanaman Jahe
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.
Pengolahan dan pemasaran
Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi.
Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di pasaran, yaitu:
* Jahe segar
* Jahe kering
* Awetan jahe
* Jahe bubuk
* Minyak jahe
* Oleoresin jahe
Jahe kering
Merupakan potongan jahe yang kemudian dikeringkan. Jenis ini sangat populer di pasar tradisional.
Awetan jahe
Merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar, terutama jahe muda. Yang paling sering ditemui di pasaran adalah acar, asinan, sirup, dan kristal jahe. Jenis ini disukai konsumen dari daerah Asia dan Australia.
Bubuk jahe
Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman, alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering.
Oleoresin jahe
Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.
Habitat
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembab dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe tidak boleh tergenang.
Varietas
Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:
Jahe gajah/jahe badak
Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.
Jahe merah
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah.dengan serat lebih besar dibanding jahe biasa.
Produk jahe
Di masyarakat barat, ginger ale merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa dan Jepang.
Di Indonesia, sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari, terutama di daerah pegunungan.
Referensi
* Harmono, STP dan Drs Agus Andoko, Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe, Penerbit Agromedia Pustaka, 2005.
Label:
obat tradisional,
rempah
kunyit
Kunyit (Curcuma longa) merupakan sejenis rempah yang banyak digunakan dalam kari dan masakan lain Asia Selatan. Kunyit juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan.Selain kegunaan kepada masakan, kunyit juga terkenal di kalangan masyarakat Melayu dan India dengan khasiatnya sebagai ubat pembersih dalaman badan dan mencantikkan kulit. Di samping itu daun serta bunga kunyit bagi sesetengah masyarakat Melayu memang digemari sebagai ulam.
Khasiat Kunyit
Isi kunyit dapat menyembuhkan penyakit sengugut. Makan kunyit mentah sebagai ulam ketika makan nasi. Anda akan rasai kemujarabannya. Melancarkan Perjalanan Darah
1. Kunyit juga mencegah kulit daripada cepat berkedut. Parut sedikit kunyit dan perah airnya. Amalkan meminumnya.
2. Parut dua ketul isi kunyit dan seketul lempoyang. Kemudian bubuhkan setengah cawan air hingga sebati. Tapis dan campurkan dengan satu sudu besar air limau nipis dan madu. Minum selama tiga hari berturut-turut. Selain menyihatkan bahagian dalam tubuh, ia juga mencantikkan kulit.
Memanaskan Badan
Tumbuk beberapa ketul kunyit hingga hancur. Campurkan dengan sedikit air dan tapiskan. Minum airnya tiga kali seminggu.
Daun Kunyit
Sekiranya anda diserang pening atau sakit kepala, ramas beberapa helai daun kunyit bersama sedikit air. Selepas itu sapulah di kepala hingga rata.
Khasiat Kunyit
Isi kunyit dapat menyembuhkan penyakit sengugut. Makan kunyit mentah sebagai ulam ketika makan nasi. Anda akan rasai kemujarabannya. Melancarkan Perjalanan Darah
1. Kunyit juga mencegah kulit daripada cepat berkedut. Parut sedikit kunyit dan perah airnya. Amalkan meminumnya.
2. Parut dua ketul isi kunyit dan seketul lempoyang. Kemudian bubuhkan setengah cawan air hingga sebati. Tapis dan campurkan dengan satu sudu besar air limau nipis dan madu. Minum selama tiga hari berturut-turut. Selain menyihatkan bahagian dalam tubuh, ia juga mencantikkan kulit.
Memanaskan Badan
Tumbuk beberapa ketul kunyit hingga hancur. Campurkan dengan sedikit air dan tapiskan. Minum airnya tiga kali seminggu.
Daun Kunyit
Sekiranya anda diserang pening atau sakit kepala, ramas beberapa helai daun kunyit bersama sedikit air. Selepas itu sapulah di kepala hingga rata.
Label:
obat tradisional,
rempah
Senin, 19 April 2010
Obat tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.
Label:
farmakognosi,
farmakologi,
obat tradisional,
Pengetahuan,
rempah,
sediaan farmasi,
sosial,
umum
Langganan:
Postingan (Atom)