bobo' ah ===>>>

Photobucket
Tampilkan postingan dengan label sediaan farmasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sediaan farmasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Juni 2011

DIURETIK

OBAT DIURETIK

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

1. Diuretik osmotik
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat
  1. Diuretik osmotik
    Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
    1. Tubuli proksimal
      Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
    2. Ansa enle
      Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
    3. Duktus Koligentes
      Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
      Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
  2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
    Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
    Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
  3. Diuretik golongan tiazid
    Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
    Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
  4. Diuretik hemat kalium
    Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
  5. Diuretik kuat
    Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
    Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
Penggunaan klinik diuretik
  1. Hipertensi
    Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita.
    Diuretik kuat (biasanya furosemid), digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera.
    Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.
  2. Payah jantung kronik kongestif
    Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.
    Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja.
    Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.
  3. Udem paru akut
    Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
  4. Sindrom nefrotik
    Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
  5. Payah ginjal akut
    Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
  6. Penyakit hati kronik
    spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).
  7. Udem otak
    Diuretik osmotik
  8. Hiperklasemia
    Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
  9. Batu ginjal
    Diuretik tiazid
  10. Diabetes insipidus
    Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
  11. Open angle glaucoma
    Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
  12. Acute angle closure glaucoma
    Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah.
    Untuk pemilihan obat Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.



sumber:medicastore.com

Rabu, 22 Juni 2011

penggolongan obat



Untuk menjaga keamanan pengunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi beberapa bagian :

a. Obat Bebas

Definisi Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau yang dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 1.

Isi dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya. Contoh obat bebas : Paracetamol, Mylanta, Oralit, Curcuma plus, dll.

b. Obat Bebas Terbatas

Definisi Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri.

Definisi Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru.

Serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P. No 1 sampai P. No 6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontra indikasi.

Contoh obat bebas terbatas antara lain Promag, Dulcolax, Methicol dll.

c. Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi.

Tanda dapat dilihat pada Gambar 4. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menkes RI.

d. Obat Narkotika dan Psikotropika

Definisi menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

Contoh obat narkotik yaitu Morphin, Codein, Etilmorfin. dsb.

Definisi Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Contoh obat psikotropika yaitu Diazepam, Alprazolam, Phenobarbital, dsb.

Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras, sehingga dalam kemasannya memiliki tanda yang sama dengan obat keras. Sedangkan obat narkotika memiliki tanda berupa lambang medali berwarna merah.

Rabu, 23 Maret 2011

Humektan

Humektan
a. Pengertian (Balsam I : 198)
Humectan adalah bahan yang mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara, baik dalam wadah ataupun pada kulit.

b. Bahan-bahan sebagai humektan
Bahan-bahan yang memiliki sifat sebagai humektan, tapi dalam pemaparannya hanya tiga yang luas digunakan : gliserol, propilenglikol, sorbitol. Bahan-bahan organik ini serupa dengan semua polihidrat alkohol. Perbedaan terletak pada BMnya, viskositas dan penguapannya PG memiliki BM dan viskositas yang paling rendah dan paling tinggi kemampuan penguapannya. Sorbitol memiliki BM dan viskositas yang paling tinggi dan tidak menguap. Ketiga bahan ini memiliki perbedaan.
1) Dalam handcream tipe sabun asam stearat, konsentrasi sorbitol 2-20 % pada kelembaban relative 30, 50, dan 70 % mencegah hilangnya kelembaban, lebih efektif daripada PG dan gliserol.
2) Dalam handcream tipe nonionik perbedaan antara ketiga humektan kurang disebutkan. Semuanya sama efektif dalam menghambat hilangnya kelmbaban. Meskipun pada kelembaban relative antara 30 % dan pada 2,5: 10 dan 20 % PG lebih efektif dibandingkann yang lainnya (sorbitol atau gliserol)


Alasan penambahan humektan (Jellineck : 143)
Kebanyakan semua kosmetik emulsi m/a dan berbagai a/m terdiri atas satu atau lebih bahan higroskopis dan tipe fase air. Penambahan ini bertujuan
1. Mencegah paling tidak menghambat penyusutan krim oleh penguapan air
2. Melembutkan permukaan kulit dan mencegah atau menghilangkan lapisan tanduk yang kasar dan pecah
3. Memudahkan dalam pemakaian krim dan mencegah “ rolffect”

Referensi :

1. Balsam M.S and Edward sagarin, (1972), Cosmetics Science and Technology, Willey-Interscience: USA.
2. Keithler, WM.R., (1956), The Formulation of Cosmetics and Cosmetic Specialties, Drug and Cosmetic Industry : New York

by;http://inspirationofpurple.blogspot.com/2011/02/humectan.html

Rabu, 09 Februari 2011

Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza). Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut :

  • P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
  • P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
  • P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
  • P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
  • P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu; sakit yang ringan masih dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat yang dipergunakan adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah diperoleh masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk tidak sekali-kalipun melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat-obat yang seharusnya diperoleh dengan mempergunakan resep dokter.

Apabila menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa menggunakan resep dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan Golongan Obat Bebas Terbatas, selain meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan, terdapat hal- hal yang perlu diperhatikan, diantaranya: Kondisi obat apakah masih baik atau sudak rusak, Perhatikan tanggal kadaluwarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti keterangan atau informasi yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur / selebaran yang menyertai obat yang berisi tentang indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan), kontra-indikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang timbul, yang bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan makanan yang dimakan.

Obat bebas



Obat bebas
adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat bebas dikenal juga dengan sebutan obat OTC (Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.

Ini merupakan tanda obat yang paling "aman" . Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan.

Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.

Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan cara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara in vacuo dengan rotary evaporator.

Kelebihan cara maserasi :
• Alat dan cara yang digunakan sederhana
• Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.

Kelemahan cara maserasi :
• Banyak pelarut yang terpakai
• Waktu yang dibutuhkan cukup lama

2.Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.

3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada suhu 30oC – 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.

4.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

5.Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan

6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih yang rendah.

Cara kerja sokletasi adalah sebagai berikut :
Serbuk kering yang akan diekstraksi berada di dalam kantong sampel yang diletakkan pada alat ekstraksi (tabung soklet). Tabung soklet yang berisi kantong sampel diletakkan diantara labu destilasi dan pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
Setelah pelarut ditambahkan melalui bagian atas alat soklet dan pemanas dihidupkan, pelarut dalam labu didih menguap dan mencapai pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas kantong sampel sampai mencapai tinggi tertentu/maksimal (sama tinggi dengan pipa kapiler), pelarut beserta zat yang tersari didalamnya akan turun ke labu didih melalui pipa kapiler.

Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari sempurna (ditandai dengan pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok).

Ekstraksi dengan cara sokletasi mempunyai kelebihan antara lain yaitu :
1.Proses ekstraksi simplisia sempurna.
2.Pelarut yang digunakan sedikit.
3.Proses isolasi lebih cepat.

Kelemahan dari cara sokletasi ini, yaitu :
1.Tidak dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa yang termolabil atau bahan tumbuhan yang peka terhadap suhu.
2.Memerlukan energi listrik.

DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R., Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Padang, 1990.
Ansel, H. C., Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi 4, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Penerbit UI press, Jakarta, 1989.
Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta, 1995.


Batu didih

Batu didih adalah benda yang kecil, bentuknya tidak rata, dan berpori, yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang sedang dipanaskan. Biasanya, batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium karbonat, porselen, maupun karbon. Batu didih sederhana bisa dibuat dari pecahan-pecahan kaca, keramik, maupun batu kapur, selama bahan-bahan itu tidak bisa larut dalam cairan yang dipanaskan.

Fungsi penambahan batu didih ada 2, yaitu:
1. Untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan.
2. Untuk menghindari titik lewat didih.
Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil pada batu didih). Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan/ledakan (bumping).

Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Hal ini bisa menyebabkan ledakan ataupun kebakaran. Jadi, batu didih harus dimasukkan ke dalam cairan sebelum cairan itu mulai dipanaskan. Jika batu didih akan dimasukkan di tengah-tengah pemanasan (mungkin karena lupa), maka suhu cairan harus diturunkan terlebih dahulu.

Sebaiknya batu didih tidah digunakan secara berulang-ulang karena pori-pori dalam batu didih bisa tersumbat zat-zat pengotor dalam cairan.


Rabu, 12 Januari 2011

jenis sabun yang beredar di pasaran

Begitu banyak jenis sabun yang beredar di pasaran, mulai dari sabun yang bersifat umum sampai sabun yang bersifat khusus. Sabun yang bersifat umum yang kami maksud adalah sabun mandi padat yang sering di pakai masyarakat untuk membersihkan anggota badan secara keseluruhan. Untuk hand soap bentuknya cair, kami menilai jenis sabun yang bersifat khusus, artinya sabun yang dikhususkan untuk membersihkan tangan dari kotoran.

Jika kita perhatikan hand soap ini banyak di pakai atau disediakan di fasilitas toilet yang terdapat di restoran, hotel, mall, rumah sakit, rumah tangga khususnya kelas menengah ke atas dll. Diharapkan setelah menggunakan fasilitas toilet, mencuci tangan dengan hand soap merupakan cara yang efektif agar tetap sehat dan higienis. Bila di banding mencuci tangan dengan sabun padat ( batangan ), rasanya kurang praktis dan efektif saja.

Hand soap yang kami buat, mengandung antiseptik berbeda dengan hand soap yang beredar dipasaran. Yang pasti hand soap yang kami buat mempunyai nilai jual, bila dibandingkan hand soap yang ada di pasaran. Membuat produk sendiri bisa menghemat 60% – 70%, bahkan lebih.

Komposisi hand soap

Ultra SLES 100 gr

Sodium Chloride

Foam Booster secukupnya

Asam karboksilat

EDTA 1,1 gr

Pewarna secukupnya

Parfum

Air

Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk

Cara Pembuatan

1. Sodium 25 gr + Ultra SLES aduk rata sampai kelihatan putih

2. (1) + Air ditambah sedikit demi sedikit aduk rata sampai larut

3. (2) + Foam booster aduk rata

4. (3) + EDTA aduk rata

5. Asam karboksilat + air 50 cc aduk rata

6. (4) + (5) aduk rata

7. Sodium sisa + Air sisa aduk rata

8. (6) + (7) aduk rata dan mengental

9. (8) + Pewarna secukupnya aduk rata

10. (9) + Parfum secukupnya aduk rata

11. Diamkan beberapa jam dan siap dikemas

Sabtu, 03 Juli 2010

TETES TELINGA ( Ear Drops)

Definisi tetes telinga
- FI III : 10
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
- Ansel : 567
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
- DOM King : 153
Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.
Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran telinga (otitis eksterna).
Anatomi dan Fisiologi telinga
(DOM King : 153)
Telinga manusia terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga bagian luar, tengah dan koklea pada telinga bagian dalam merupakan alat –alat pendengaran, sedangkan saluran semisirkularis dan bagian-bagian lain pada telinga dalam mengontrol keseimbangan.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan saluran pendengaran luar; suara masuk ke dalam saluran hingga sampai ke gendang telinga. Saluran pendengaran merupakan rongga pada tubuh manusia yang hanya dilapisi dengan jaringan epidermis (kulit). Saluran eksternal mempunyai panjang kira-kira 2,6 cm, dan pembengkakan pada saluran telinga ini akan terasa sangat menyakitkan karena tidak ada jaringan sub kutan untuk mengurangi tekanan dan peregangan kulit.
Infeksi telinga bagian luar (otitis eksterna) biasanya meliputi sakit ketika menarik atau memindahkan cuping telinga, dan mungkin pula terjadi pengaliran lilin telinga. Kadang – kadang diperlukan untuk memindahkan kotoran dan lilin telinga (serumen) dengan membasuh saluran telinga dan kemudian menambahkan larutan asam (asam asetat atau aluminium asetat yang diencerkan) untuk menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri.
Telinga tengah terdiri dari gendang telinga dan rongga timpani. Lubang timpani adalah kantung yang berisi udara yang mengandung tulang – tulang pendengaran, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Rongga ini dihubungkan ke faring melalui saluran eustachius yang berfungsi menjaga tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga agar tetap berada dalam kesetimbangan. Infeksi telinga tengah biasanya bersamaan dengan infeksi pada bagian nasofaring melalui saluran eustachius. Pembengkakan pada telinga tengah disebut sebagai otitis media.
Telinga bagian dalam atau labirin merupakan rangkaian kompleks dari saluran – saluran yang berisi cairan yang dalam sebagian besar berperan mengontrol keseimbangan seseorang.
Serumen
(DOM King : 153-154)
Serumen (lilin telinga) adalah campuran dari sekret kelenjar sebaseus dan serumen. Kelenjar ini terletak pada 1 cm bagian luar pada saluran telinga. Lilin telinga terdiri dari lipid, asam – asam lemak, mukoprotein, alcohol lilin, dan bahan – bahan lipofilik lainnya. Serumen berfungsi sebagai lubrikan dan perlindungan dan menyingkirkan debu, dan benda – benda asing lainnya yang masuk ke dalam saluran eksternal. Normalnya, serumen itu kering dan keluar dari telinga, tetapi serumen dapat terakumulasi menjadi bentuk yang kompak dan kemungkinan dapat menutup saluran telinga.
Infeksi telinga luar
(DOM Martin : 909)
Infeksi telinga luar dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kelembaban yang cukup tinggi, adanya sel – sel epithelium, dan kondisi pH yang alkali yang menyediakan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme pada rongga yang hangat ini. Beberapa flora yang terdapat pada telinga luar adalah Micrococci (aureus dan ulbus) dan Corynebacteria. Kurang dari 1 % dari telinga normal mengandung Pseudomonas aeruginosa. Ketika sel epitel mengalami luka, infeksi dapat timbul, terutama sekali ketika telinga berada dalam kondisi yang lembab. Infeksi telinga luar (otitis eksternal) dapat diobati dengan kortikosteroid (suspensi atau larutan) dalam propilen glikol dan polietilen glikol. Penggunaan bahan ini juga kadang bersamaan dengan antibiotik yang selektif berdasarkan aktivitasnya melawan Pseudomonas aeruginosa.
Infeksi telinga tengah
(DOM Martin : 910)
Pembengkakan pada telinga tengah biasanya bersamaan dengan pembengkakan rongga hidung yang terhubung melalui saluran eustachius. Infeksi ini biasanya sangat sakit dan diikuti dengan kehilangan pendengaran secara parsial dan demam.
Penggunaan antibiotik membawa perubahan yang sangat luar biasa dalam pengobatan otitis media. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi ini antara lain Proteus dan Pseudomonas.
Preparat untuk melepaskan kotoran telinga
(Ansel : 567)
Kotoran telinga adalah campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea dari saluran telinga bagian luar. Tumpukan kotoran telinga yang berlebihan dalam telinga dapat menimbulkan gatal, rasa sakit, gangguan pendengaran dan merupakan penghalang bagi pemeriksaan secara otologik. Telah bertahun-tahun minyak mineral encer, minyak nabati, dan hydrogen peroksida biasan digunakan untuk melunakkan kotoran telinga yang terjepit agar dapat dikeluarkan. Baru-baru ini, larutan surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam melepaskan lilin telinga. Salah satu bahan ini, kondensat dari trietanolamin polipeptida oleat, dalam perdagangan diformulasikan dalam propilen glikol, yang digunakan sebagai pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu pengeluarannya.
Tata cara dalam membuang lilin atau kotoran telinga biasanya dimulai dengan menempatkan larutan otik pada saluran telinga dengan posisi kepala pasien miring 45o, lalu memasukkan gumpalan kapas untuk menahan obat dalam telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan menyemprot saluran telinga dengan air hangat perlahan-lahan memakai penyemprot telinga dari karet yang lunak.
Preparat telinga untuk antiinfeksi, antiradang, dan analgetik
(Ansel : 568)
Obat-obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin. Pada umumnya zat – zat ini diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau suspensi) dalam gliserin anhidrida atau propilen glikol. Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang ada. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga, beberapa preparat otik antiinfeksi juga mengandung bahan analgetika seperti antipirin dan anestetika local seperti lidokain dan benzokain.
pH optimum untuk larutan berair yang digunakan pada telinga utamanya adalah dalam pH asam. Fabricant dan Perlstein menemukan range pH antara 5 – 7,8. keefektifan obat telinga sering bergantung pada pH-nya. Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi. Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akan tumbuh lebih cepat. Sering perbedaan dalam keefektifan antara dua obat yang sama itu adalah karena kenyataan bahwa yang satu asam sedangkan yang lainnya basa (Scoville’s : 257)
Larutan untuk telinga biasanya memakai wadah botol drop dan harus jernih atau dalam bentuk suspensi yang seragam (Scoville’s : 257)
Cara penggunaan tetes telinga yang benar
(Eardrops.pdf)
(Menyuruh orang lain untuk membantumu menggunakan tetes telinga ini akan membuat prosedur menjadi lebih mudah)
1. Bersihkan telingamu dengan kapas wajah yang basah kemudian keringkan telingamu.
2. Cuci tanganmu dengan sabun dan air
3. Hangatkan tetes telinga mendekati suhu tubuh dengan cara memegang wadahnya dalam tanganmu selama beberapa menit
4. Jika tetes telinga merupakan suspensi yang berkabut, kocok botol dengan baik selama 10 detik
5. Periksa ujung penetes untuk meyakinkan bahwa tidak pecah atau retak
6. Tarik obat ke dalam penetes
7. Miringkan telinga yang terinfeksi ke atas atau ke samping
8. Hindari menyentuh ujung penetes pada telinga atau apapun, tetes telinga dan penetesnya harus tetap terjaga bersih
9. Teteskan sejumlah yang benar ke telinga. Kemudian tarik penetesnya dari telinga agar tetesannya dapat turun ke saluran telinga.l
10. Tahan agar telingamu tetap miring selama beberapa menit atau masukkan kapas telinga yang lembut ke dalam telingamu.
11. Letakkan kembali penetesnya pada botol dan tutup kencang penutupnya.
12. Cuci tanganmu untuk menghilangkan bahan-bahan obat yang mungkin ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
2. Jenkins, G.L., (1969), Scoville’s:The Art of Compounding, Burgess Publishing Co, USA.
3. King, R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck Publishing Company, Philadelphia.
4. Martin., (1971), Dispensing of Medication, Marck Publishing Company, Pensilvania.
5. Howard, C. Ansel.(1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press, Jakarta.
6. _____ , (2008), Ear drop, Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Ear_drop, 20 Maret 2008, diakses 10 Mei 2008.
7. _____ , (1998), How to Use Ear Drops properly, Available from : http://Q:\SGML\MEDTEACH\XML%20Monograph%20files\final\a601169. Eardrops.pdf. 1 Juni 2001, diakses 10 Mei 2008.

Kamis, 01 Juli 2010

PREFORMULASI VIAL

PREFORMULASI VIAL

Epinefrin HCl ( Martindale hal 852)

Rumus Molekul : C9H13NO3 . HCl

BM : 219,7

Pemerian : serbuk kristal atau granul, putih atau praktis putih, sedikit berbau, perlahan – lahan warnanya menjadi gelap jika terpapar udara dan cahaya.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol, eter, dan chloroform.akan cepat mengalami perubahan warna menjadi merah dengan adanya larutan Alkalis dan larutan netral

pH : 2.2 – 5.0 ( handbook on injectable drugs hal 494 )

Stabilitas : epinefrin HCl sensitive terhadap udara dan cahaya, dimana teroksidasi menjadi warna pink. ( handbook on injectable drugs hal 494 )

Sterilisasi : autoklaf pad suhu 121º C selama 15 menit, autoklaf pad suhu 115º C selama 30 menit.

( handbook on injectable drugs hal 494 )

Kegunaan : Syok Anafilaktik dan edema

Penggunaan : Epinefrin HCl digunakan melalui injeksi Sub kutan, intramuscular, intravena, ataupun intra kardiak. injeksi intramukular lebih di utamakan. ( handbook on injectable drugs hal 494 )

OTT : Golongan anestetik umum ( misalnya kloroform, trikloroetilen, siklopropan, anestetik hidrokarbon yang mengandung halogen (halogen) dan digitalis glikosida. (Drug information 2003 hal 2688)

Dosis : Secara Intramuskular (larutan 1 : 1000)

Anak – anak usia dibawah 6 bulan : 50 µg ;

Anak – anak usia 6 bulan – 6 tahun : 120 µg ;

Anak – anak usia 6 – 12 tahun : 250 µg

Dewasa 500 µg yang diulang setiap 5 menit;

Pada pengunaan secara I. M dan subkuran juga dapat diberikan dosis kecil antara 200 – 500 µg ;

Secara I.V (1 : 10.000) dengan dosis 500 µg rata – rata pemberiannya 100 µg/menit ( 1 mL/ menit)

Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, simpan ditempat yang terlindung cahaya dan tertutup rapat

Natrium bisulfit ( Hand book of pharmaceutical exipient hal.452 ).

Rumus Molekul : NaHSO3

BM : 104.07

Pemerian : serbuk kristal putih sedikit higroskopis.

Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3,5 bagian air 20˚C, larut dalam 2 bagian air pada suhu 100˚C

Stabilitas : Jika terpapar dengan udara bentuk kristalnya akan terdisintegrasi menjadi natrium sulfit

.

Sterilisasi : autoklaf

Kegunaan : antioksidan(oral, parenteral, topikal)

OTT : bereaksi dengan obat- obat simpatomimetik , kloramfenikol, dan fenil merkuri asetat

Konsentrasi : 0,01 – 1,0 %

Penyimpanan : simpan pada tempat yang tertutup rapat dan kering, terlindung dari cahaya

Chlorobutanol ( Hand book of pharmaceutical exipient hal. 111 )

Rumus Molekul : C4H7Cl3O

BM : 177,46

Pemerian : kristal putih atau hampir tidak berwarna, bau seperti kamper, mudah menguap

Kelarutan : praktis larut dalam kloroform, eter, methanol, dan minyak yang mudah menguap; larut dalam 1 bagian etanol 95 %; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 125 bagian air.

pH : stabil pada pH 3 tapi potensi akan menurun dengan peningkatan pH

Stabilitas : dalam bentuk serbuk mudah menguap dan cepat tersublimasi

Sterilisasi : Autoklaf

Kegunaan : antimikroba ( pengawet )

OTT : tidak dapat disimpan pada vial plastik, bentonit, magnesium trisilikat, polyetilen, polihidroksietil metakrilat.

Konsentrasi : hingga 0.5 % ( b/v )

Penyimpanan : serbuknya disimpan pada tempat yang tertutup rapat dan temperatur 8 – 15º C

Na diklofenac (British Pharmacopoiea 2005 hal: 631,USP 29 hal 684, Martindale 35 hal 38, Drug Information 2003 hal: 3439-3440)

Pemerian : Serbuk putih atau agak kekuningan, serbuk kristal, higroskopik.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, mudah larut dalam metanol, larut dalam alkohol, agak sukar larut dalam aseton.

Stabilitas : Lindungi dari kelembaban, cahaya.

Sterilisasi : Autoklaf.

Khasiat : Antiinflamasi, analgetik

Dosis : Dewasa 25mg-50 mg tiga kali sehari (Martindale 28th hal.250)

Na benzoat (Farmakope Indonesia ed. IV hal: 584, Handbook of Pharmaceutical Excipient hal: 434)

Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis, tidak berbau, stabil di udara

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol.

Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering.

OTT : Campuran kuartener, gelatin, garam feri, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk perak dan merkuri. Aktivitas pengawetnya berkurang dengan adanya interaksi dengan kaolin atau suraktan non-ionik.

Sterilisasi : Larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi

Kegunaan : Pengawet, Antimikroba

Konsentrasi : 0,5 % (pengawet sediaan parenteral)

Lidokain HCl(Drug Information 2003 hal 3090, Farmakope Indonesia IV hal 497, Martindale ed 28 hal 902)

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, etanol, larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter

pH : 4 – 5,5 (Martindale ed 28 hal 902), 5 – 7 ( Drug Injectable & FI IV)

Stabilitas : Lidokain harus disimpan dalam suhu lebih kecil dari 40oC, lebih baik antara 15 - 30 oC, hindari penyimpanan pada pendinginan. Larutan lidokain aman terhadap asam dan hidrolisis alkali dapat dipanaskan pada autoklaf, Larutan untuk anestesi spinal harus diautoklaf pada 15 psi dan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Larutan yang mengandung lidokain 1,5 % harus disterilisasikan lebih dari satu kali dan untuk lidokain yang mengandung lidokain 5 % disterilisasikan lebih dari satu sampai dua kali

Khasiat : Anestetik lokal

Dosis : Intravena 0,5 % (Martindale ed 28 hal 908)

OTT : Amfoterisin, sulfadiazin sodium, methohexital sodium, cefalozin sodium dan fenitoin sodium

Sterilisasi : Autoklaf

Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Metil paraben ( Handbook of Pharmaceutical excipients, hal 310, FI IV hal 551)

Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air panas

Kegunaan : Antimikroba/pengawet

Stabilitas : Larutan metil paraben stabil pada pH 3 – 6, disterilisasikan oleh otoklaf 120ºC selama 20 menit tanpa terjadi peruraian. Dalam bentuk larutan stabil pada pH 3 – 6 (terurai kurang dari 10%) untuk penyimpanan lebih dari 4 tahun

OTT : Surfaktan anionik, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan

Sterilisasi : Otoklaf

Wadah : Wadah tertutup baik ditempat yang dingin dan kering

Konsentrasi : 0,065 % - 0,25 % ( i.v)

Bobot molekul : 152,15

Rumus Struktur : C8H8O3

GENTAMISIN SULFAT (FI IV, hal. 406; FI III, hal. 266,Martindale ed 28 hal 1166)

Pemerian : Serbuk putih sampai kekuning-kuningan

Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, garam aseton, dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen

Khasiat : Antibiotikum

Kontraindikasi : Kehamilan (tulis buat di leaflet)

Efek samping : Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas (tulis di leaflet)

Dosis : 2 – 5 mg / kg / hari (dosis terbagi setiap 8 jam) untuk dosis parental (BNF 2007, hal. 297)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

pH : 3,5 – 5,5

Sterilisasi : Filtrasi

Stabilitas : Stabil pada suhu 4oC dan 25oC (Martindale 2005 ed 34, hal.217)

OTT : Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin, penisillin, Sodium bikarbonat dan sulfadiazin sodium.

NATRIUM METABISULFIT (FI IV, hal. 596; Martindale 2005 hal.1193; Excipient hal. 451)

Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam etanol

Kegunaan : Antioksidan

Konsentrasi : 0,01-1 % (Excipient ed. 2nd, hal. 451)

pH : 3,5 – 5

Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40oC

Sterilisasi : Filtrasi

Metil prednisolon Na suksinat

Digunakan metil prednisolon Na suksinat karena larut dalam air (Martindale ed 28, hal. 479)

Pemerian : amorf atau serbuk warna putih, hampir putih, tidak berbau, Higroskopis.

Kelarutan : Sangat larut dalam air dan alkohol.

Stabilitas : mudah terkontaminasi oleh udara, harus terlindung dari cahaya (Martindale, hal. 479). Akan mengalami hidrolisis dan juga migrasi hasil rantai samping suksinat yang bersifat bolak – balik dari gugus hidroksi 21 menjadi 17. Selain hidrolisis dan migrasi, pada gugus asli juga terjadi reaksi degradasi metil prednisolon suksinat yang menghasilkan metil prednisolon bebas suksinat. Metil prednisolon Na suksinat stabil pada penyimpanan dalam bentuk padatan tanpa adanya air sampai saatnya direkonstitusi. (Connors, hal. 494)

Inkompabilitas : dengan berbagai macam obat tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, konsentrasi obat, dan suhu.

Dosis : 10 – 250 mg (im atau iv) 6 kali sekali. 40 mg dengan benzil alkohol. (DI 88, hal. 1725)

Khasiat : antiinflamasi.

pH : 7-8 (injeksi)

Rute : IM

Cara sterilisasi : teknik aseptic secara radiasi (DI 88, hal. 1725) karena bersifat higrokospik dan dapat mengalami hidrolisis, serta tidak tahan pemanasan lebih dari 40oC

Teknologi Farmasi : dibuat injeksi IM dengan cara rekonstitusi

Penyimpanan : pada suhu 15o-30oC dan dibawah 40ºC

Dexamethason Na-phospat (FI IV Hal. 289, Martindale 28 hal 469)

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak kuning tidak berbau atau agak berbau etanol, higroskopis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam dioksan, tidak larut dalam kloroform dan eter.

Incompatibel : proklorperazin edisilate/vankomisin hidroklorid

Stabilitas : Pada 4 mg/ml larutan jernih dan tidak berwarna , pada 24 mg mg/ml larutan jernih dan berwarna kuning lemah. Larutan harus dilindungi dari cahaya dan dingin. Pada keadaan lain dexamethason sodium pospat labil dipanas dan tidak dapat disterilisasi autoklaf.

Cara penggunaan : IM dan IV

pH : 6,6 – 7,8(larutan), 5-6 (suspensi)

Sterilisasi : filtrasi

Khasiat : edema serebral

Dosis : awal 10 mg diikuti 4 mg setiap 6 jam secara IM. Pemakaian dihentikan setelah 5-7 hari

Wadah : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

Diphenhidramin HCl ( FI IV hal. 330, Martindale 28 hal 1311 )

Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau. Jika terkena cahaya, perlahan-lahan warnanya menjadi gelap. Larutannya praktis netral terhadap kertas lakmus P.

Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam kloroform, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzen dan eter.

pH : pH dalam larutan diphenhidramin HCl dalam air 4-6 (Martindale 28th hal.1311)

Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.

Khasiat : antihistamin

Dosis : 10-50 mg (Martindale 28 th hal.1311), 1 mL-5 mL

Stabilitas : diphenhidramin HCl harus terlindung dari cahaya, di dalam ruang yang temperaturnya terjaga (Handbook On Injectable Drugs hal. 424)

Penggunaan : diphenhidramin HCl digunakan melalui injeksi intramuskular (im), disuntikkan secara perlahan dengan jalur iv atau terus-menerus/infus iv intermitten, injeksi subkutan/perisvaskular harus dihindarkan karena dapat menyebabkan iritasi

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Vitamin K (FI IV hal. 673, DI 88 hal. 2120 )

Pemerian : Cairan sangat kental, jernih, kuning sampai kuning sawo, tidak berbau atau praktis tidak berbau, mempunyai bobot jenis lebih kurang 0,967, stabil diudara, tetapi terurai oleh cahaya matahari.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak, dalam benzena, dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak nabati, sukar larut dalam etanol.

Stabilitas : stabil pada panas dan tekanan seperti pada otoklaf, harus terlindungi dari cahaya setiap saat.

Sterilisasi : otoklaf

pH : 3,5 – 7

Khasiat : Hypoprothrombinemia, pendarahan yang disebabkan oleh difesiensi vitamin K.

Dosis : 5 - 10 mg.

OTT : Kumarin dan turunan indadion

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Propil Paraben (FI IV hal 713, eksipien hal 411)

Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, mudah larut dalam propilen glikol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

OTT : aktvitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan nonionis.

Stabilitas : Propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan otoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu kamar selama empat tahun lebih.

Konsentrasi : 0,005% - 0,2%

Sterilisasi : otoklaf

Kegunaan : antimikroba (pengawet)

Oleum Sesami (eksipien 2nd hal 420 – 421)

Pemerian : jernih berwarna kuning pucat, berbau aromatis, tidak berasa.

Kelarutan : tidak larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol 95%, sukar larut dalam karbon disulfida, kloroform, eter heksana dan petroleum eter.

Sterilisasi : filtrasi atau kering panas (oven)

Stabilitas : lebih stabil dari minyak yang lain dan tidak mudah teroksidasi.

OTT : dengan alkali hidrosida.

Kegunaan : Pelarut

Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.

Teknik : aseptik

Phenobarbital (Luminal)

(FI IV hal 659,DI 88 hal 1227)

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur tidak berkilat, tidak berbau, tidak berasa, dapat terjadi polimorfisme.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dalam eter, dalam propilen glikol dan dalam larutan alkali karbonat, agak sukar larut dalam kloroform.

Stabilitas : Stabil dalm propilen glikol, terjadi pengendapan dalam larutan asam.

Khasiat : Hipnotik-sedativa dan antikonvulsan

pH : 8,5 - 10,5

Dosis : 100-320 mg untuk dewasa

16-100 mg untuk anak-anak

Rute pemberian : i.v.

Vitamin B1 (Tiamin hidroklorida)

(FI IV hal 784, DI 88 hal 2102)

Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4 %. Melebur pada suhu lebih kurang 248° C disertai peruraian.

Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter dan dalam benzena.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : lindungi dari cahaya dan simpan pada suhu kurang dari 40º C, sebaiknya disimpan pada suhu antara 15-30 ºC.

Khasiat : vitamin neurotropik.

Dosis : 5-100 mg untuk 3 kali sehari (DI 88 hal 2103)

Sterilisasi : filtrasi

Cara penggunaan : Intramuskular

OTT : alkali dan larutan penetral, dan dengan pengoksidasi dan pereduksi.

pH : 2,5-4,5

Vitamin B6 (Piridoksin hidroklorida)

(FI IV hal 723, DI 88 hal 2099)

Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih.

Kelarutan : mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : stabil di udara dan secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari.

Khasiat : vitamin neurotropik

Dosis : 50-150 mg/hari (Martindale 28th Ed, hal 1643)

Sterilisasi : otoklaf

Cara penggunaan : IM, IV, subkutan

pH : 2-3,8 (Martindale 28th Ed., hal: 1643)

OTT : larutan alkali, garam besi, zat pengoksidasi

Vitamin B12 (Sianokobalamin)

(FI IV hal 264, DI 88 hal 2104)

Pemerian : hablur atau amorf merah tua atau serbuk hablur merah.

Kelarutan : agak sukar larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : bentuk anhidrat sanagt higroskopik. Jika terpapar pada udara, menyerap air lebih kurang 12%. Stabil pada larutan netral tetapi dalam larutan basa dan asam kuat akan terdekomposisi secara perlahan.

Khasiat : vitamin neurotropik.

Dosis : 50-150 µg/ hari

Sterilisasi : otoklaf

Cara penggunaan : intra muskular

OTT : dengan bahan pengoksidasi atau pereduksi dan dengan garam dari logam berat.

pH : 4,5-7,0 (Martindale 30th Ed., hal: 1055)

Asam benzoate

(Excipient hal 32)

Pemerian : hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehid atau benzoin.

Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

Wadah & penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Stabilitas : agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air.

Fungsi : antimikroba

Konsentrasi : 0,17% (Handbook of pharmaceutical excipients 2nd hal.32)

Sterilisasi : otoklaf

OTT : alkali atau logam berat.

pH : <5

Cara penggunaan : IM atau IV

Asam askorbat

(Handbook of pharmaceutical excipients hal 15, Martindale 28th hal 1654)

Pemerian : hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun akan menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190° C.

Kelarutan : mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : dalam bentuk serbuk asam askorbat relatif stabil dalam udara. Tidak stabil dalam larutan alkali.

Fungsi : antioksidan

Konsentrasi : 0,01-0,1%

(Handbook of pharmaceutical excipients, hal.15)

Sterilisasi : otoklaf

OTT : aminofilin, bleomisin sulfat, eritromisin laktobionat, natrium bikarbonat

pH : 2,1-2,6

EDTA

(Excipient hal 176)

Pemerian : serbuk kristal warna putih

Kelarutan : 1:500 dalam air

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : stabil dalam bentuk padat, bentuk garam lebih stabil daripada asam bebas.

Fungsi : chelating agent.

Konsentrasi : 0,005-0,1%

(Handbook of pharmaceutical excipients, hal.32).

Sterilisasi : otoklaf.

OTT : dengan zat pengoksidasi kuat dan basa kuat.

Asam klorida

(FI IV hal 49)

Pemerian : cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap hilang.bobot jenis kurang 1,8

Wadah & penyimpanan : wadah tertutup rapat.

Stabilitas : bersifat korosif.

Fungsi : sebagai campuran dapar.

OTT : dengan basa, alkali karbonat, denga garam perak dan garam merkuri( Martindale hala 783)

Natrium asetat

( FI IV halaman 1181)

Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau sedikit berbau asam asetat.

Kelarutan : 1 bagian dalam 0,8 bagian air; 1 bagian dalam 19 bagian alkohol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah kedap udara.

Fungsi : sebagai ampuran dapar.

Sterilisasi : Otoklaf

Phenobarbital Na

(FI IV hal.660 ; Martindale 28 hal.811)

Pemerian : hablur berlapis atau hablur berbentuk granul, putih atau sebuk putih; higroskopis; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan terurai bila dibiarkan.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform.

Stabilitas : lebih larut dalam iar, dan dalam alkolhol;pratis larut dalam air dan alcohol.

OTT : sepaloridin, sepazolin sodium, klindamisin fosfat dan pentazocine laktat.

Sterilisasi : otoklaf

Khasiat : sedatif

Dosis : 100-200 mg, sehari maksimal 600 mg.

Ph : 9- 10,5

Penyimpanan : simpan di temapt terutup

THIAMFENIKOL GLYSINATE HCl

(Martindale ed 28 hal.1223, FI IV hal 787)

Pemerian : serbuk hablur atau hablur putih sampai putih kekuningan, tak berbau. Larutan dalam etanol mutlak memutar bidang polarisasi ke kanan; larutan dalam DMF memutar bidang polarisasi ke kiri.

Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam eter dan dalam etil asetat; agak sukar larut dalam etanol mutlak dan dalam metanol; mudah larut dalam asetonitril dan dalam dimetilformamida; sangat mudah larut dalam dimetilastemida.

Stabilitas : tidak stabil terhadap kelembaban dan cahaya.

Dosis : dosis injeksi yang digunakan yaitu dosis equivalen terhadap kloramfenikol. Dosis seperti kloramfenikol dan dosis kloramfenikol untuk injeksi adalah 100 mg/ml.

Khasiat : antibiotik untuk terapi pengobatan meningitis

pH : 3 – 4,5

OTT : potasium,hidrokortison sodium suksinat.

Sterilisasi : radiasi sinar gamma

Tramadol HCl

( Martindale edisi 28 hal 1029)

Pemerian : kristal putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air.

Stabilitas : Terlindung dari cahaya

OTT : Diazepam, diclofenac sodium, indometacin, midazolam, piroxicam, fenilbutazon, dan lisin aspirin.

Khasiat : Sebagai analgesik

Dosis : 50 mg - 100 mg dua kali sehari 1 ml

Sterilisasi : Autoklaf

Wadah : Wadah tertutup rapat

pH : 5,4

Rute : iv dan im

Benzalkonium Klorida

(Handbook of Excipients hlm 33 – 34)dan Matindale 28 hal 549.

Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningan, memiliki bau dan rasa khas.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam eter, sangat mudah larut dalam aseton, etanol (95 %), methanol, propanol dan air.

Stabilitas : Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan tidak stabil terhadap cahaya, udara dan logam.

OTT : oksidasi agent, dan asam kuat,sabun dan surfaktan anionik,sitrat, iodidanitrat pemanganat,salisialat, garam perak, tartrat dan alkalis.

Konsentrasi : 0,01 – 0,02 %

Kegunaan : Pengawet anti mikroba

Penyimpanan : Tempat terlindung dari cahaya, hindari kontak dengan logam

Sterilisasi : Autoclaf dan dengan filtrasi.

Warfarinum Natricum

(FI IV hal 831, DI hal 734 )

Pemerian : Bentuk amorf atu serbuk hablur; warna putih; tidak berbau; rasa agak pahit. Warna hilang oleh pengaruh cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam kloroform dan eter.

Stabilitas : Warfarin Natrium warnanya terurai oleh cahaya. Warfarin Na dalam bentuk larutan akan terurai setelah 4 jam.

OTT : Dengan warfarin sodium. Injeksi Sianokobalamin dengan dekstrosa tidak boleh menggunakan warfarin sodium.

Khasiat : Anti Koagulan

Dosis : 10-15 mg (2 – 5 hari) [DI 88 hal.734]

pH : 7,2 – 8,3

Rute pemberian : intramuskular dan intavena

Sterilisasi : Sterilisasi akhir dengan autoklaf [DI 88 hal.734]

Wadah : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

VIAL

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikrorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (Lachman, hal 1254).

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi. (Lachman, hal 1292).

Produk steril termasuk sediaan parentral, mata dan irigasi. Preparat parental bisa diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah intravena, intramuskular, subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.

Injeksi intramuskular dilakukan dengan memasukkan kedalam otot rangka. Tempat suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf utama atau pembuluh-pembuluh darah utama. Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus maksimus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikkan melalui intra muskular sebaiknya dibatasi paling banyak 5 ml, bila disuntikkan kedaerah gluteal, dan 2 ml bila di deltoid.

Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :

1. efek terapi lebih cepat didapat.

2. dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan .

3. cocok untuk keadaan darurat

4. Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung.

Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).

Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):

1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya

2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis (0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)

3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya

4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet

ADRENALIN (Epinefrin HCl)

Sediaan steril yang akan dibuat adalah injeksi adrenalin secara intramuskular, dimana zat yang digunakan adalah epinefrin. Kegunaan dari epinefrin adalah untuk mengembalikan kondisi fisiologis dari gejala darurat (seperti edema laryngeal, bronkospasme, dan hipotensi), dan dapat juga di kaitkan dengan reaksi hipersensitivitas seperti anafilaksis dan angioedema. Tetapi disini yang dibahas adalah efeknya sebagai obat yang dapat mengatasi syok anafilaktik, yang mana memerlukan terapi sesegara mungkin dibanding kondisi lainnya.

ANASTETIK LOKAL (Lidokain HCl)

(FT hal. 240-241)

Injeksi Lidokain adalah larutan yang dibuat dari Lidokain Hidroklorida dengan penambahan asam klorida P dalam air untuk injeksi atau dari lidokain hidroklorida dalam air untuk injeksi. Kadar lidokain HCl C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 96,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %. Penggunaan terapi lidokain hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel, terutama diruang perawatan intensif. Lidokain efektif terhadap aritmia ventrikel yang disebabkan oleh infark miokard akut, bedah jantung terbuka dan dialisis.

Interaksi obat lidokain dimana β bloker dapat mengurangi aliran darah hati pada penderita penyakit jantung dan akan menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme lidokain dan meningkatkan kadarnya dalam plasma. Obat-obat yang bersifat basa dapat menggantikan lidokain dari ikatannya pada α 1 – acid glocoprotein. Kdar Lidokain plasma meninggi pada penderita yang menerima simetidin. Mekanisme interaksi ini kompleks, dan selama pemberian simetidin perlu penyesuaian sengan dosis lidoikain. Lidokain memperkuat efek suksinilkolin.

Farmakodinamik :

Lidokain adalah anastetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anastesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anastesia infiltrasi, sedangkan larutan 1,0-2% untuk anestesia blok dan topikal.

Farmakokinetika :

Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dpt melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu.

ANTI ALERGI (Diphenhidramin HCl)

Farmakologi:

Diphenhidramin HCl termasuk antihistamin golongan etanolamin yang mempunyai khasiat antara lain dapat berefek sebagai antihistamin yaitu dapat mengatasi reaksi alergi, berefek sedatif yang dapat menguntungkan bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun pasien yang perlu banyak tidur, berefek sebagai antikolinergik dan juga antiemetik. Disamping itu diphenhidramin HCl dapat mengatasi paralisis agitans, mengurangi rigiditas dan memperbaiki kelainan pergerakan.

Setelah pemberian oral atau parenteral, diphenhidramin HCl diabsorpsi secara baik. Untuk mengatasi reaksi alergi, maka diharapkan obat tersebut langsung dapat memberikan efek sehingga rasa gatal, sakit, bercak merah, dan udem dapat langsung diatasi. Untuk dapat memberikan efek yang cepat biasanya diphenhidramin HCl diberikan secara parenteral/injeksi. Injeksi diphenhidramin HCl dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular.

HEMOSTATIK (Vitamin K)

(Farmakologi dan Terapi hal 731-732,747-761)

Hemostasis merupakan proses penghentian pendarahan pada pembuluh darah yang cedera. Dalam proses ini pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi, trombosis akan beragregasi membentuk sumbat trombosit. Selanjutnya sumbat trombosit oleh fibrin yang terbentuk dari proses pembekuaan darah akan memperkuat sumber trombosis yang telah terbentuk sebelumnya. Hemostatik adalah zat/obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.

Pendarahan dapat dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan pembentukan faktor-faktor pembekuan darah misalnya vitamin K. pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan bisintesis beberapa faktor pembekuan darah yaitu protombin. Vitamin K diabsorbsi dengan mudah estela penyuntikan i.m. Bila terdapat gangguan absorbsi vitamin K akan terjadi hipoprotrobinemia setelah beberapa minggu, sebab persediaan vitamin K dalam tubuh hanya sedikit.

SEDATIVA, DEPRESAN SSP (Phenobarbital/Luminal)

Hipnotik-sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma dan mati, tergantung dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiolgis.

Phenobarbital berefek sebagai sedatifa namun karena sifatnya yang sangat sukar larut dalam air maka dipilih Phenobarbital Na yang sangat mudah larut dalam air (air sebagai pelarut). Memiliki masa kerja 10-16 jam, dimana 90% dari dosis diekskresikan menjadi p-hidroksi. Aktivitasnya lebih kuat dari barbital. (Diktat Kimia Medisinal 3)

Phenobarbital merupakan obat golongan hipnotika-sedatif, sehingga dapat menimbulkan efek depresi pada susunan saraf pusat. Dengan diberikan dalam bentuk injeksi, maka efeknya akan lebih cepat tercapai karena langsung masuk ke dalam aliran darah dan langsung mencapai reseptor. Phenobarbital dibuat dalam sediaan injeksi dalam vial yang diberikan secara parenteral. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila dinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, bila pasien tidak dapat diajak kerjasama dengan baik selama pengobatan, tidak sadar atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral atau bila obat ini sendiri tidak efektif dengan cara pemberian oral.

NEUROTROPIK (Vit B1, B6, B12)

Injeksi neurotropik adalah sediaan yang berperan dalam mengatasi rasa nyeri pada jaringan syaraf. Injeksi neurotropik biasanya mengadung vitamin B1, B6 dan B12. Vitamin B1 berperan dalma membantu metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 dapat membantu metabolisme protein yang berperan dalam pembentukan enzim yang berfungsi mentransmisikan sel saraf. Sedangkan vitamin B12 berfungsi dalam membantu metabolisme asam nukleat dalam pembentukkan enzim dan protein yang berperan di dalamnya.

VIT B12 (FT hal. 738)

Vitamin B12 merupakan vitamin B kompleks yang mengandung cobalt, yang dipasaran terdapat dalam bentuk Sianokobalamin dan Hidroksokobalamin yang merupakan bentuk sintetis dari vitamin B12. Vitamin B12 digunakan untuk perawatan anemia dan kekurangan vitamin B12. Bentuk vitamin yang digunakan adalah bentuk hidroksokobalamin. Sianokobalamin atau hidroksokobalamin bbiasanya diberikan kepada pasien dengan malabsorbsi vitamin B12. Selain itu, sianokobalamin dan hidroksokobalamin juga digunakan untuk mengontrol malabsorbsi selektif dari B12 dan defisiensi dari transkobalamin II yang dikarenakan faktor keturunanan(hereditas). Dosis yang besar dari sianokobalamin digunakan untuk mengontrol methylmalonic aciduria pada bayi dan wanita hamil.

Sianokobalamin biasa diberikan melalui jalur/rute pemberian intra muskular (i.m) atau injeksi subkutan yang dalam. Karena obat yang diberikan akan mengalami eksresi yang cepat setalah pemberian melalui rute intra vena (i.v), maka pemberian rute intra vena (i.v) harus dihindari. Hidroksokobalamin hanya diberikan melalui rute intra muskular.

Pada manusia sumber vitamin B12 yang berasal dari luar tubuh diperlukan untuk sintesis nucleoprotein dan myelin, reproduksi sel, pertumbuhan. Vitamin B12 sangat dibutuhkan untuk sel dengan karakteristik yang cepat (cth: sel epitel, sel sumsum tulang). Vitamin B12 dapat dirubah menjadi koenzim B12 di dalam jaringan, dan ini sangat dibutuhkan untuk merubah metilmalonate menjadi suksinat, dan sintesis methionine dari homosistein, reaksi inijuga memerlukan folat.

Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan anemia megalobastik, dan kerusakan saraf, dimana diawali dengan ketidakmampuan untuk memproduksi myelin yang diikuti degenerasi secara bertahap dari axon dan kepala saraf. Pemberian vitamin B12 secara parenteral dapat mencegah anemia dan gejala karena kekurangan vitamin B12 lainnya. (AHFS Drugs Information 2003, hlm 3512-3515)

VIT B1 & B6 (FT hal. 719)

Injeksi vitamin B1 dan B6 adalah sediaan yang berperan dalam mengatasi rasa nyeri pada jaringan saraf. Pemberian injeksi vitamin B1 dan B6 dilakukan melalui intramuskular, karena pada pembarian intravena untuk vitamin B1 secara cepat akan terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan tekanan darah yang bersifat sementara.

ANTIINFLAMASI

(Metil Prednisolon Na Suksinat)

Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik dan alergen. Gejala ini umumnya berupa : kemerahan, rasa sakit dan panas, serta pembengkakan di daerah radang. Secara mikroskopik obat ini kecuali menghambat fenomena inflamasi dini udem, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktifitas fagositis juga dapat mengambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut (proliferasi kapiler dan fibriblast, pengumpulan kalogen dan pembentukan sikatriks).

Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paliatif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang dihambat. Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini dapat digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan sering disebut life saving drug, tetapi juga mungkin menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Karena gejala antiinflamsi ini sering digunakan sebagai dasar evaluasi terapi inflamasi, maka pada penggunaan glukokortikoid kadang-kadang terjadi masking effect, dari luar nampaknya penyakit sudah sembuh tetapi infeksi didalam masih terus menjalar.

Metil prednisolon Na suksinat merupakan golongan kortikosteroid sebagai antiinflamsi yang dapat diberikan secara parenteral (IV, IM, intrasinovial,intralesi). Metil prednisolon Na suksinat ini merupakan sinonim dari deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi paling besar. (Clarke’s hal. 518)

i. Indikasi

Untuk memperbaiki kekurangan akibat insuffisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insuffisiensi primer) atau hipofisis (insuffinsiensi sekunder, untuk asma bronkial, alergi, penyakit mata, penyakit kulit, penyakit hepar, gangguan hematologik lain dan syok).

ii. Kontraindikasi

Diabetes mellitus, tukak peptik, infeksi berat, hipertensi atau gangguan kardiovaskuler lainnya patut diperhatikan.

iii. Efek Samping

penggunan terus menerus dengan dosis yang besar atau penghentian pengobatan tiba-tiba menyebabkan demam, mialgia dan malaise dan juga terjadi komplikasi yang menimbulkan pendarahan atau preforasi osteoporosis, miopati dan muka rembulan (full moon face).

Sediaan kotrtiosteroid dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa . kerjanya. Tabel 1. menunjukan penggolongan korikosteroid berdasarkan masa kerja masing-masing sediaan sesuai dengan aktifitas bilogisnya. Sediaan kerja singkat mempunyai masa penuh biologis kurang dari 12 jam, sediaan kerja lama masa paruhnya lebih dari 36 jam, sedangkan yang kerja sedang mempunyai paruh antara 12-36 jam. (Farmalogi Terapi, hal. 487)

KORTISON

Zat aktif yang digunakan adalah kortison, tetapi dikarenakan zat tersebut sukar larut dalam pelarut air, maka digunakan bentuk garamnya sebagai zat aktif yaitu, hidrokortison Na phospat, dengan dosis yang digunakan adalah 100mg/hari. Dan metode pembuatannya dilakukan secara aseptis karena hidrokortison tidak tahan pemanasan sehingga tidak dilakukan sterilisasi akhir.

PROKAIN HCl

Prokain HCl dibuat sediaan injeksi karena untuk mendapatkan efek yang lebih cepat, kita menggunakan wadah berupa vial karena sediaan injeksi Prokain HCl merupakan sediaan dosis ganda dimana pemakaiannya lebih dari satu kali. Pengawet harus ditambahkan untuk mencegah tumbuhnya mikroba sehingga sterilitas tetap terjaga.

KONTRASEPSI

(Medroksi progesterone asetat)

Kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau kehamilan. Tiga cara pemberian kontrasepsi hormonal:

1. Oral : Preparat kombinasi

2. Suntikan : Medroksi progesterone asetat, estradiol sipronat

3. Subkutan : Etanogestrel

VIT B1 (FT hal. 717-718)

Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis perifer dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti hipertesia, anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar.

KORTIKOSTEROID (FT hal. 697)

Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak; dan juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain. Karena fungsi kortikosteroid penting untuk kelangsungan hidup organisme, maka dikatakan bahwa korteks adrenal berfungsi homeostatik, artinya: pentingnya bagi organisme untuk dapat mempertahankan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan.

VIT B2 ( FT hal. 718)

Penggunaannya yang utama adalah untuk pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pellagra atau defisiensi vitamin B kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering diberikan bersama vitamin lainnya.

ESTRADIOL (FT hal. 440)

Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estradiol, estriol dan estron. Sekresi estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi estradiol menjadi estrol dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi di hepar, ketiga jenis estrogen tersebut diekskresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi dengan asam sulfat atau glukuronat.

DIAZEPAM (FT hal. 21)

Diazepam merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat karena dapat mencapai efek yang cepat.

THIAMINFENIKOL (FT hal. 659-660)

Tiamfenikol digunakan untuk indikasi yang sama dengan kloramfenikol. Selain itu juga telah diberikan untuk infeksi saluran empedu dan gonore. Dibuat suspensi rekonstitusi karena sangat cepat terurai (10menit) jika dalam bentuk larutan.

WARFARIN (FT hal. 749)

Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembekuan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi.

ANTI INFEKSI (Gentamisin Sulfat)

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.

PREFORMULASI AMPUL

Vitamin B1

( FI hal 784, DI 88 hal 2104, Martindale 28 hal 1640)

Nama lain : Tiamin HCl

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih bau khas lemah,

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, larut dalam gliserin, tidak larut dalam eter dan benzen

Dosis : 100 mg/ml (DI 88 hal 2104)

Stabilitas : terlindung dari cahaya dan simpan pada temperatur kurang dari 40°C.

Khasiat : defisiensi tiamin

Wadah : terlindung dari cahaya

Ph : 2,5 – 4,5 (Martindale 28 hal 1640)

Sterilisasi : Filtrasi

Vitamin B6

( FI IV hal 723. Martindale hal 1815 )

Nama lain : Piridoksin HCL

Pemerian : Serbuk hablur putih/ hampir putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam eter

OTT : tidak bercampur dengan larutan alkalis dan tetrasiklin, eritromisin dan streptomisin.

Stabilitas : terjaga dari udara dan cahaya

Dosis : 200 mg – 500 mg sehari.( DI 88 hal 2100)

Khasiat : Defisiensi B6 dan anemia

PH : 2 – 3,8 ( Martindale 28 hal 1643)

Sterilisasi : Filtrasi

Vitamin B12

( FI IV hal 263, Martindale 28 hal 1644, DI 88 hal 2104 )

Nama lain : Sianokobalamin

Pemerian : Hablur merah tua, atau serbuk hablur merah

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam aseton dan eter.

Wadah : wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya

Dosis : 1000 mcg/ml (DI 88 hal 2107)

Stabilitas : terlindung dari cahaya

OTT :klorpromazin HCl, pitonadione,proklorperazin, Na walfirin

PH : 3,8 – 5,5 ( DI 88 hal 2104)

Khasiat : Defisiensi Sianokobalamin

Sterilisasi : Otoklaf

Benzalkonium klorida

(excipient hal 27)

Pemerian : Gel kental atau potongan spt gelatin,putih kekuningan biasanya berbau aromatik lemah.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol

pH : 5 – 8 (untuk 10% larutan)

Stabilitas : higroskopis

OTT : alumunium, surfaktan anionik, sitrat,hidrogenpiroksida

Konsentrasi : 0,01% - 0,02%

Guna : Pengawet

Ketamin HCl

(FI IV hal 484, Martindale 28 )

Pemerian : Serbuk hablur putih, bau agak khas

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam metanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam kloroform

Farmakologi : Menghambat efek membran dan neurotransmitter, eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat

pH : 3,5 – 5,5 (FI IV hal 485)

OTT : Larutan barbiturat dan diazepam

Rute : Intravena

Stabilitas : Stabil dalam air, rentan terhadap cahaya

Sterilisasi : Otoklaf (Formulasi Nasional, hal.323)

Dosis : 20 – 40 mg (Martindale hal 753)

Khasiat : Anestesi umum

Strichinin Nitrat

( FI IV hal 761, Martindale 28, Hal 319 )

Pemerian : Hablur jarum tidak berwarna atau serbuk hablur putih rasa sangat pahit.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam gliserin, larut dalam air panas, sukar larut dalam etanol, dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter

Dosis : 1,1 mg – 6,4 mg, maks : 3,2 mg untuk 1 x pakai

pH : 5– 7

OTT : Alkali hidroksida dan karbonat, Bromida dan Iodida.

Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.

Khasiat : Stimulan SSP (menghambat aktivitas inhibitor).

Stabilitas : Larutan dapat bersifat netral dan sedikit asam pada metil merah.

Salbutamol sulfat

( Martindale 28 hal 31)

Nama lain : Albuterol sulfat

Pemerian : serbuk putih atau hampir putih

Kelarutan : mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

Stabilitas : stabilitas salbutamol sulfat dalam larutan dapar fosfat berkurang dengan meninngkatnya pH diatas 6,9.

Dosis : s.c / i.m 250-500µg yang dapat diulang sesudah 4 jam.

pH : 3,4 – 5

Khasiat : obat asma dan bronkhitis kronis.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan tidak tembus cahaya.

Sterilisasi : Otoklaf

Propranolol HCl

(FI IV hal 711, Martindale 28 hal 1325)

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter.

Stabilitas : Larutan dalam aqua akan mengalami oksidasi dari rantai samping, Isopropilamin diikuti dengan penurunan pH dan perubahan warna, sedikit terjadi peruraian pada suasana basa. Larutan paling stabil pada pH 3.

Sterilisasi : otoklaf/filtrasi

pH : 2,8 – 3,5 (dengan

Khasiat : pengobatan darurat pada aritmia berat.

Dosis : 1 mg/ml (DI 88 hal 839)

Rute : Intravena

Oksitosin

(FI IV hal 64, DI 88 1863)

Pemerian : serbuk hablur kuning, tidak berbau, rasa pahit, higroskopis

Kelarutan : tidak larut dalam kloroform dan eter, sukar larut dalam etanol mutlak, agak sukar larut dalam metanol dan etanol, mudah larut air

pH : 2,5 – 4,5

Khasiat : untuk mencegah pendarahan pasca kelahiran dan induksi pasca persalinan. (martindale 28, 1274)

Dosis : 10 unit / ml (DI 88 1863)

Rute : intra muskular

Sterilisasi : Filtrasi

Stabilitas : Injeksi oksitosin harus disimpan pada suhu dibawah 25oC, tetapi tidak boleh beku.

Dapar Asetat pH 3,5

(FI IV hal 1144)

Larutkan 25 g ammonium asetat p dalam 25 ml air, tambahkan 38 ml HCl 7M, atur pH hingga 3,5 dengan penambahan asam klorida 2M atau ammonium hidroksida 5M dan encerkan dengan air hingga 100 ml.

KLORPROMAZIN HCl

(FI IV hal 213, DI hal 1164))

Rumus molekul : C17H19CIN2S,HCl

BM : 355,32

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak krem putih; tidak berbau; warna menjadi gelap karena pengaruh cahaya

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform, tidak larut dalam eter dan dalam benzena

Khasiat : Antiemetikum dan antimual

Kontraindikasi : Menekan saraf pusat

Efek samping : Konstipasi, hipotensi, takikardia dan kemerahan pada kulit

Dosis : 25 – 50 mg setiap 3-4jam untuk i.m (DI 88 hal 1166)

Penyimpanan : Terlindung dari cahaya dan wadah tertutup rapat

pH : 3,4 – 5,4 (FI IV hal 213)

Sterilisasi : Filtrasi

Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40oC bahkan lebih baik pada suhu 15-30oC (Drug Information 2003, hal.2262)

NATRIUM BENZOAT

(FI IV, hal 585; Excipient hal 433)

Pemerian : Granul putih atau kristal, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil diudara

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%

Kegunaan : Pengawet

Konsentrasi : 0,5% untuk sediaan parental (Exipient second edition hal : 443)

Stabilitas : stabil diudara

Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (martindale 28 hal 1290)

pH : 4,5 – 7

OTT : dengan gelatin, garam besi, garam kalsium dan garam logam berat yang mengandung perak dan merkuri.

Wadah : wadah tertutup baik dan disimpan di tempat sejuk dan kering.

Insulin

( FI IV hal 464, Martindale 288 hal 844)

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter; dan dalam etanol; larut dalam larutan encer asam-asam mineral dan dalam larutan alkali hidroksida diikuti dengan peruraian.

Dosis : 100 unit/ml (DI 88 hal 1780) bisa untuk iv, im, sc, tetapi dianjurkan untuk sc

PH : 3 – 3,5 (Martindale 28 hal 844)

Stabilitas : insulin harus disimpan di lemari pendingin dan di lindungi dari pembekuan. Pembekuan pada insulin akan mengubah struktur proteinnya dan terjadi penurunan potensi insulin. Insulin degan formulasi PH netral lebih stabil daripada menggunakan asam.Pada suhu 25°C insulin stabil dalam 30 bulan. Dengan protein lain dan peptide, insulin mengalami agregasi dengan berkurangnya bioaktivitas insulin. Agregasi juga dapat terjadi di permukaan air.

Sterilisasi : Filtrasi

Khasiat : Anti diabetes

Gliserin

(FI IV hal 413)

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

Konsentrasi : 30 – 50 % ( sebagai solvent parentral ) (Excipient hal 257)

Guna : antimikroba, emolient, humektan, plastizer, solvent, pemanis, tonisitas

Stabilitas : Bersifat higroskopis, dekomposis oleh pemanasan. Gliserin akan mengkristal pada suhu rendah.

Inkompatibilitas : Kromium trioksida, potasium klorat, potasium permanganat (Excipient hal 258)

Sterilisasi : oven 150oC selama 1 jam

Wadah : dalam wadah tertutup rapat. Ditempat berudara kering dan dingin

Fenol

(FI IV hal. 663 ;Exipient second edition hal 336 )

Pemerian : hablur bentuk jarum atau massa hablur; tidak berwarna atau putih atau berwarna merah muda, bau khas.

Kelarutan : larut dalam air; sangat mudah larut dalm etanol, gliserin, kloroform, eter,dan minyak menguap tertentu; agak sukar larut dalam minyak mineral.

Guna : desinfektan, anastetik lokal, antimikroba

Konsentrasi : 0,5 % (sebagai pengawet injeksi )

Stabilitas : oleh udara dan cahaya berubah warna menjadi merah atau coklat, perubahan terjadi karena adanya senyawa logam. Senyawa pengoksidasi juga dapat menyebabkan perubahan warna. Stabil dalam bentuk larutan air.larutan minyak untuk injeksi sebaiknya disterilkan dalam wadah tertutup rapat dengan pemanasan kering.

Inkompatibilitas : albumin dan gelatin. Menjadi cair bila dicampur dengan kampor, mentol, thimol, asetaminofen, fenasetin, kloralhidrat, fenazon, etil amonibenzoat, fenil salisilat, resorsin, terpinhidrat, sodium fosfat.

Sterilisasi : oven

Wadah : dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya, pada suhu tidak lebih dari 15ºC

ZnCl2

(FI IV hal 835, Martindale 28 945)

Pemerian : Serbuk hablur atau granul hablur, putih atau hampir putih, dapat berupa massa seperti porselen atau berbentuk silinder, sangat mudah mencair, larutan (1 dalam 10) bereaksi asam lakmus

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam gliserin. Larutan dalam air atau dalam etanol biasanya agak keruh, tetapi kekeruhan hilang jika ditambahkan sedikit asam klorida.

Konsentrasi : 0,1 - 0,4%

Wadah : dalam wadah tertutup rapat

Sterilisasi : filtrasi

pH : 4,6 – 6

HidroKortison sodium phosphat

(Martindale 28 hal 475)

Pemerian : Berwarna putih sampai kekuningan, berbau lemah atau praktis

tidak berbau, serbuk higroskopis

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol

pH : 7,5 – 9 (setiap 0,5 % dalam air)

Stabilitas : Harus disimpan pada suhu kurang dari 40°C, labil terhadap panas, lindungi terhadap cahaya

Khasiat : Anti inflamasi, kekurangan akibat insufisiensi korteks adrenal.

Dosis : 15-240 mg perhari, 50 mg/ml (DI 88 )1724

OTT : Dengan beberapa macam obat, yang dipengaruhi oleh temperatur, pH, dan konsentrasi obat tersebut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Sterilisasi : Filtrasi

Na Sitrat

( FI IV hal 588, Handbook of Pharmaceutical Excipient hal 443 )

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih

Kelarutan : Dalam bentuk hidrat mudah larut

dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol.

Incompatible : dengan asam.

Penyimpanan : dalam wadah kedap udara.

Kegunaan : Dapar sitrat pH 3

Kadar : 0,3-2,0 %

pH : 7,0 – 9,0

OTT : dengan garam alkaloid, kalsium, larutan hidroalkohol

Sterilisasi : autoklaf

Natrium Hidroksida

( FI IV hal 589 )

Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur, bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbon dioksidan dan lembab

Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol.

Penyimpanan : simpan dalam wadah tertutup rapat..

Digoksin

( DI 2003 hal. 1583-1585; Martindale 28 hal. 531-539; HB Injectable drugs hal.411-414, FI IV hal 317 )

Pemerian : hablur jernih hingga putih atau serbuk hablur putih tidak berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam eter. Mudah larut dalam piridina,sukar larut dalam etanol encer dan dalam kloroform.

Dosis : Untuk dosis inisial (awal 250 - 500 µg ), diikuti 250 µg setiap 4-6 jam. Dosis maksimum untuk 1 hari hingga 1 mg. (Martindale 28 hal. 537)

Rute pemberian : Intravena

pH sediaan : 6,6-7,4

Stabilitas : Digoxin terhidrolisis dalam larutan asam dengan pH < style=""> namun pada pH 5-8, digoxin tidak terhidrolisis dalam larutan. Larutan 0,25 mg/ml Digoxin mempertahankan potensinya untuk 3 bulan pada suhu kamar dalam peti besi.

Kegunaan: Sebagai glikosida jantung dengan efek inotropik positif untuk pasien gagal jantung.

OTT : Dengan asam dan basa.

Sterilisasi : Larutannya dalam alkohol dapat disterilkan dengan otoklaf. (Martindale hal 531)

Etanol

( Excipients hal.7-8 ),( FI IV hal 63)

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih,tidak berwarna.Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktid bercampur dengan semua pelarut organik

Konsentrasi : 5 - 10 %

Rute pemberian : intravena

Kegunaan : digunakan pada sediaan parenteral sebagai bahan pengisotonis dan asupan ion natrium dan klorida.

OTT : pada suasana asam bereaksi dengan zat pegoksidasi dan jika bereaksi dengan alkali akan berubah warna menjadi gelap.

Sterilisasi : Dengan otoklaf atau filtrasi

Penyimpanan : wadah tertutup rapat, dan di tempat sejuk

Propilen Glikol

( Excipients hal. 407- 408, FI IV hal 712)

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap iar pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dalam kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dalam minyak lemak.

Konsentrasi : 10-60 %

Kegunaan : pengawet (anti mikroba), pelarut atau kosolven yang dapat bercampur dengan air

OTT : Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat

Stabilitas : Stabil ketika bercampur dengan etanol 95%, dan air. stabil pada suhu sejuk dan dalam wadah tertutup rapat, tapi pada temperature tinggi dan terbuka dapat mengalami oksidasi. Stabil jika dicampurkan dengan etanol (95%), gliserin atau air’

Sterilisasi : Dengan otoklaf

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan di tempat sejuk dan kering

Diazepam

(FI IV, hal. 303)

Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning, praktis tidak berbau..

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam propilen glikol, larut dalam alkohol.

pH : 6,2 – 6,9 (FI IV hal.305)

Stabilitas : injeksi Diazepam harus terlindung dari cahaya dan disimpan pada suhu 15-30 oC

Khasiat : Antikonvulsi

Dosis : Dewasa i.v 5 mg/ml (DI 2003 hal. 2366)

Kontraindikasi : Tidak untuk pasien yang hipersensitivitas terhadap Diazepam.

Interaksi : antidepresan lain, sedatif, anti histamin, opioid analgetik. ( stockley’s Drug Interaction, 7th ed. Hal.43).

Sterilisasi : Filtrasi

Wadah : dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca tipe 1, terlindung dari cahaya.

Benzil alkohol

(Handbook of pharmaceutical, hal 35)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau aromatik lemah; rasa membakar tajam. Mendidih pada suhu 206 oC tanpa peruraian . netral terhadap lakmus.

Kelarutan : agak sukar larut dengan air, mudah larut dalam etanol 50% bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan kloroform.

Kegunaan : pengawet

Stabilitas : dapat mengalami oksidasi secara perlahan di udara.

OTT : dengan zat pengoksidasi dan asam kuat.

Konsentrasi : 10%

Sterilisasi : autoklaf atau filtrasi.

Wadah : wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya dan disimpan di tempat sejuk dan kering.

Asam sitrat monohidrat

(FI IV hal 48)

Pemerian : hablur bening/tidak berwarna/serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau/praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.

Kegunaan : Dapar sitrat pH 3

Ampisilin Sodium

(FI IV hal 106; Martindale”the complete Drug Reference” hal 181)

Rumus molekul : C16H18N3NaO4S

Pemerian : serbuk putih atau hampir putih, larut dalam air, sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam paraffin cair,dan minyak lemak.

( martindale hal 181)

Kelarutan : larut dalam air, sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam paraffin cair,dan minyak lemak (Martindale hal 181)

Sifat fisika kimia : Ampisilin natrium Steril mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 854µg dan tidak lebih dari 988 µg ampisilin, C16H19N3O4S per mg.pada saat penggunaan larutan terkonstitusi dibuat dari larutan Ampisilin natrium steril yang memenuhi syarat untuk larutan terkonstitusi pada injeksi.( FI IV hal 106)

Dosis : 1,5 – 3 g ; Perbandingan 2:1

( DI halaman 395)

Khasiat : infeksi Meninghitis ( DI halaman 395)

Ph : 8.0 – 10.0 ( Martindale hal 181)

Stabilitas : stabilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk konsentrasi, pH, temperatur. Stabilitas meningkat oleh sodium bikarbonat,dan laktat.disarankan bahwa dalam pembuatan rekonstitusi ampisilin sodium untuk injeksi seharusnya dalam waktu 24 jam preparasi nya dan disimpan pada suhu 2ºdan 8ºC tetapi tidak sampai beku.

OTT : pada beberapa obat , termasuk beberapa antibacterial pada konsentrasi yang tinggi, dan juga pada larutan yang mengandung glukosa

Wadah dan penyimpanan : simpan dalam tempat kedap udara, ( Martindale hal 181).

Lindungi larutan terkonstitusi dari pembekuan. (FI IV hal 107 ).

Sterilisasi : Aseptis

Sulbaktam Sodium

( Martindale hal 298 )

Rumus molekul : C8H10NNaO5S = 255,2

Pemerian : putih atau hampir putih, higroskopis, serbuk kristal.

Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol,sukar larut dalam etil asetat.

pH : 5,2 – 7,2

Khasiat : antibacterial ( martindale hal 298)

Dosis : 1,5 – 3 g ( Di 2003 hal 395)

Stabilitas : setiap 5% larutan dalam air memiliki pH 5,2 sampai 7,2 (Martindale hal 298)

Penyimpanan : hindari dari udara luar ( dalam kedap udara) (Martindale hal 298)

Sterilisasi : Aseptis

Aminophyllin

(FI IV Hal 90 , Martindale ed.35 hal 1000-1001, Martindale edisi 31 hal1651, DI 2003 hal 3487)

Pemerian : Butir atau serbuk putih atau agak kekuningan,bau ammonia lemah, rasa pahit.

Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam air. Larutan 1 gram dalam 25ml air menghasilkan larutan jernih; larutan 1gram dalam 5ml air menghablur jika didiamkan dan larut kembali jika ditambah sedikit etilendiamin.

PH : 8,6-9,0 (FI IV hal 92)

Stabilitas : Stabil pada suhu kamar dan pada PH 3,5-8,6 selama 48 jam pada suhu 25 C. Jika dibiarkan di udara terbuka, perlahan kehilangan etilendiamin dan menyerap karbondioksida dengan melepaskan teofilin.

Khasiat : Antiasma, diuretikum, bronkodilator.

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal bebas karbondioksida dari kaca tipe 1, terlindungi dari cahaya.

OTT : asam , klorpromazin HCl, clindamycin phospat, corcotrophin, dimenhidrinat, eritromicin gluceptate, hidralazin HCl, prokain HCl, prametazin HCl, vancomisin HCl.

Sterilisasi : otoklaf/filtrasi

Dosis : 25 mg/ml (Aminofilin mengandung 84,0 dan 87,4% teofilin dan 13,5 – 15,0% etilendiamin).

(DI 2003 hal 3488, Martindale edisi 31 hal 1651)

Rute : Intravena

Teofilin

(FI IV hal. 783)

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan sukar larut dalam larutan alkali dan ammonium hidroksida , agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter.

Stabilitas : stabil di udara

Sterilisasi : otoklaf

Etilendiamin

(FI IV hal. 112)

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau agak kuning, bau seperti amoniak, bersifat alkali kuat

Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol

Amikasin Sulfat

(FI IV hal 86-87, Martindale hal 1086, DI 2003 hal 67, Hanbook on Injectable Drugs hal 30)

Pemerian : serbuk hablur putih

Kelarutan : mudah larut dalam air

pH : 2,0 – 4,0

Khasiat : antimikroba

Stabilitas : amikasin sulfat dalam larutan dapat mengalami oksidasi oleh udara, yang dapat menyebabkan perubahan warna. Namun perubahan warna ini tidak mempengaruhi potensi dari amikasin sulfat

OTT : dengan amfoterisin, ampisilin sodium, cefapirin sodium, cephalothin sodium, chlorothiazide sodium, diinaktifkan secara invitro oleh penisilin dan sefalosporin, jika dibuffer dengan air maka potensinya akan berkurang.

Dosis : dewasa dan anak-anak i.m = 15 mg/kg BB (Drug Information 2003 hal 67)

Sterilisasi : Autoklaf (Handbook on injectable drugs)

Wadah : dalam wadah tertutup rapat

Jalur : Intramuskular

Natrium bisulfit

( Handbook of Pharmaceutical Excipient hal 452)

Pemerian : serbuk kristal putih

Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol

Guna : Antioksidan

Kadar : 0,01-1,0 %

Stabilitas : agak higroskopis, kurang stabil bila terpapar dengan udara

Sterilisasi : autoklaf

Asam sulfat

(FI IV hal 53)

Pemerian : cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat tajam dan korosif

Kelarutan : bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan panas

Wadah : dalam wadah tertutup rapat