bobo' ah ===>>>

Photobucket

Sabtu, 03 Juli 2010

Farmakodinamika

Farmakodinamika adalah ilmu yang mempelajari efek obat terhadap tubuh. Sedangkan farmakokinetika merupakan ilmu yang mempelajari nasip obat setelah masuk ke dalam tubuh (hayoooo jangan bingung), yang mana farmakokinetika itu meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekresi (biasanya di singkan dengan ADME). metabolisme dan ekskresi merupakan proses eliminasi obat dalam tubuh.

Suatu obat akan mencapai sirkulasi sistemik apabila diabsorpsi dari tempat pemabriannya, kecuali untuk obat yang diberikan melalui vena (masalahnya obat akan langsung masuk ke sistem sirkulasi). Tempat absorpsi yang paling sering adalah pada mukosa dinding saluran pencernaan makanan, karena biasanya pemberiaan obat pada umumnya lewat oral (80%)

Setelah diapsorbsi obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Obat berefek apabila interaksi dengan reseptor obat di titik tangkap kerja obat tersebut. bersamaan dengan proses distribusi ini, obat juga akan mengalami metabolisme, yaitu perubahan obat menjadi metabolitnya sehingga mudah diekskresi oleh tubuh (melalui alat ekskresi)

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam farmakodinamika adalah :
1. Mekanisme kerja obat,
2. Hubungan antara struktur dan aktivitas,
3. Hubungan antara dosis dengan respon k/.
Mekanisme kerja Obat

Efek obat muncul bila terjadi interaksi antara obat dengan komponen makromolekul fungsional dari organisme.
Tempat terjadinya interaksi obat dengan bagian fungsional dari sel organisme disebut zat penerima (receptive substance) atau reseptor.
Cont…
Hal – hal yang perlu diketahui tentang reseptor obat :

Reseptor obat merupakan komponen makromolekul sel tubuh atau organisme tempat terjadinya interaksi kimia dengan obat atau zat kimia
Reseptor bersifat spesifik, dimana setiap obat mempunyai reseptor sendiri – sendiri.
Cont…
Jumlah reseptor yang dicapai atau jumlah reseptor yang telah berintegrasi dengan obat/ bahan kimia obat setara dengan intensitas efek yang ditimbulkannya.
Letak reseptor biasanya pada membran sel dan dapat pula pada intra atau ekstra sel. Reseptor dapat berupa protein, enzim metabolic atau asam nukleat.
Klasifikasi reseptor obat didasari oleh efeknya dan potensi relatif agonis serta antagonis selektif.
Cont…
Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC = minimum effective concentration)
Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma.
Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.


Agonis dan antagonis
Reseptor
Reseptor
Waktu paruh
Contoh waktu paruh
Cont…
Contoh kadar terapeutik dan toksik
Puncak dan terendah
Interaksi obat dengan reseptor
Formulasi AJ Clark , 1920
k1
D + R DR Efek
k2
Intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya.
Intensitas efek obat mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh reseptor

Cont…
Persamaan Michaclis – Menten
E = E max X ( D)
KD + (D)
E : Intensitas efek obat
E max : Intensitas efek maksimal
(D) : Kadar obat bebas
KD : k2/ k1 : konstanta disosiasi komplek obat
- reseptor


Antagonisme farmakodinamik
Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
e x : efek bronkokontriksi histamin pada bronkus lewat reseptor histamin, dapat dilawan dengan pemberian adrenalin.

Cont….
Antagonisme pada reseptor
Agonis :
Obat yang bila menduduki reseptor menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik.
Antagonis:
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik.
Antagonis menghalangi ikatan reseptor dgn agonisnya sehingga kerja obat terhambat. Antagonis disebut antagonis receptor bloker.
Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor.
Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan dengan reseptor, obat ini mungkin:
- Mengubah sifat cairan tubuh
- Berinteraksi dengan ion/ molekul kecil
- Masuk ke kompartemen sel
Cont…
Perubahan sifat osmotik
Diuretik osmotik ( urea, manitol)
- Meningkatkan osmolaritas filtrat glomerulus, sehingga mengurangi reabsorbsi air di tubuli ginjal
- Terjadi efek diuresis
2. Perubahan sifat asam/ basa
- Antacida : menetralkan asam lambung
- NH4Cl : Mengasamkan urin
- NaHCO3 : membasakan urin
Hubungan struktur dan aktivitas
Kerja obat berhubungan dengan struktur kimia.

Perubahan kecil pada molekul obat mengakibatkan perubahan farmakologis yang besar.
Perubahan konfigurasi kimia belum tentu mengubah seluruh efek obat, maka dapat dibuat derivat baru dengan terapeutik indek yang lebih baik.
Hubungan antara dosis obat dengan respon klien
Potensi suatu obat
Hal ini dipengaruhi oleh absorbsi, distribusi, biotransformasi, metabolisme, ekskresi, kemampuan bergabung dengan reseptor dan sistem efektor.
Potensi suatu obat dinyatakan dengan dosis absolut, misal : 25 mcg, 1 juta IU, 10 mg/kg BB.
Untuk membandingkan potensi suatu obat dengan obat tertentu digunakan potensi relatif yg dinyatakan dosis efektif : seperti : 5 X, 10 X dll
Cont…
Variasi biologik/ varian
Perbedaan respon diantara individu dalam suatu populasi yang diberi obat dalam dosis yang sama.
Ada beberapa istilah dalam variasi biologik:
Hiperaktif/ hipersensitif
Apabila individu menunjukkan efek yang biasa pada dosis obat yang sangat rendah.
Supersensitif
Peningkatan sensitivitas hasil dari denervasi saraf.
Cont….
Hiporeaktif
Bila obat hanya menghasilkan efek yang biasa pada dosis yang tinggi.
Toleran
Penurunan sensitivitas terhadap efek obat pada individu.
Takifilaksis
Toleran terjadi dengan cepat sekali, setelah hanya pemakaian beberapa dosis saja.
Cont…
Imunitas
Bila toleran terjadi karena pembentukan antibodi.
Idiosinkrasi
Efek obat lain dari biasanya, intensitas efeknya tidak tentu, besar efeknya tidak tergantung pada besar dosis yang diberikan. Hal ini bisa dikarenakan akibat alergi obat, atau kelainan genetik.
Cont…

TETES TELINGA ( Ear Drops)

Definisi tetes telinga
- FI III : 10
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
- Ansel : 567
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
- DOM King : 153
Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.
Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran telinga (otitis eksterna).
Anatomi dan Fisiologi telinga
(DOM King : 153)
Telinga manusia terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga bagian luar, tengah dan koklea pada telinga bagian dalam merupakan alat –alat pendengaran, sedangkan saluran semisirkularis dan bagian-bagian lain pada telinga dalam mengontrol keseimbangan.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan saluran pendengaran luar; suara masuk ke dalam saluran hingga sampai ke gendang telinga. Saluran pendengaran merupakan rongga pada tubuh manusia yang hanya dilapisi dengan jaringan epidermis (kulit). Saluran eksternal mempunyai panjang kira-kira 2,6 cm, dan pembengkakan pada saluran telinga ini akan terasa sangat menyakitkan karena tidak ada jaringan sub kutan untuk mengurangi tekanan dan peregangan kulit.
Infeksi telinga bagian luar (otitis eksterna) biasanya meliputi sakit ketika menarik atau memindahkan cuping telinga, dan mungkin pula terjadi pengaliran lilin telinga. Kadang – kadang diperlukan untuk memindahkan kotoran dan lilin telinga (serumen) dengan membasuh saluran telinga dan kemudian menambahkan larutan asam (asam asetat atau aluminium asetat yang diencerkan) untuk menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri.
Telinga tengah terdiri dari gendang telinga dan rongga timpani. Lubang timpani adalah kantung yang berisi udara yang mengandung tulang – tulang pendengaran, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Rongga ini dihubungkan ke faring melalui saluran eustachius yang berfungsi menjaga tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga agar tetap berada dalam kesetimbangan. Infeksi telinga tengah biasanya bersamaan dengan infeksi pada bagian nasofaring melalui saluran eustachius. Pembengkakan pada telinga tengah disebut sebagai otitis media.
Telinga bagian dalam atau labirin merupakan rangkaian kompleks dari saluran – saluran yang berisi cairan yang dalam sebagian besar berperan mengontrol keseimbangan seseorang.
Serumen
(DOM King : 153-154)
Serumen (lilin telinga) adalah campuran dari sekret kelenjar sebaseus dan serumen. Kelenjar ini terletak pada 1 cm bagian luar pada saluran telinga. Lilin telinga terdiri dari lipid, asam – asam lemak, mukoprotein, alcohol lilin, dan bahan – bahan lipofilik lainnya. Serumen berfungsi sebagai lubrikan dan perlindungan dan menyingkirkan debu, dan benda – benda asing lainnya yang masuk ke dalam saluran eksternal. Normalnya, serumen itu kering dan keluar dari telinga, tetapi serumen dapat terakumulasi menjadi bentuk yang kompak dan kemungkinan dapat menutup saluran telinga.
Infeksi telinga luar
(DOM Martin : 909)
Infeksi telinga luar dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kelembaban yang cukup tinggi, adanya sel – sel epithelium, dan kondisi pH yang alkali yang menyediakan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme pada rongga yang hangat ini. Beberapa flora yang terdapat pada telinga luar adalah Micrococci (aureus dan ulbus) dan Corynebacteria. Kurang dari 1 % dari telinga normal mengandung Pseudomonas aeruginosa. Ketika sel epitel mengalami luka, infeksi dapat timbul, terutama sekali ketika telinga berada dalam kondisi yang lembab. Infeksi telinga luar (otitis eksternal) dapat diobati dengan kortikosteroid (suspensi atau larutan) dalam propilen glikol dan polietilen glikol. Penggunaan bahan ini juga kadang bersamaan dengan antibiotik yang selektif berdasarkan aktivitasnya melawan Pseudomonas aeruginosa.
Infeksi telinga tengah
(DOM Martin : 910)
Pembengkakan pada telinga tengah biasanya bersamaan dengan pembengkakan rongga hidung yang terhubung melalui saluran eustachius. Infeksi ini biasanya sangat sakit dan diikuti dengan kehilangan pendengaran secara parsial dan demam.
Penggunaan antibiotik membawa perubahan yang sangat luar biasa dalam pengobatan otitis media. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi ini antara lain Proteus dan Pseudomonas.
Preparat untuk melepaskan kotoran telinga
(Ansel : 567)
Kotoran telinga adalah campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea dari saluran telinga bagian luar. Tumpukan kotoran telinga yang berlebihan dalam telinga dapat menimbulkan gatal, rasa sakit, gangguan pendengaran dan merupakan penghalang bagi pemeriksaan secara otologik. Telah bertahun-tahun minyak mineral encer, minyak nabati, dan hydrogen peroksida biasan digunakan untuk melunakkan kotoran telinga yang terjepit agar dapat dikeluarkan. Baru-baru ini, larutan surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam melepaskan lilin telinga. Salah satu bahan ini, kondensat dari trietanolamin polipeptida oleat, dalam perdagangan diformulasikan dalam propilen glikol, yang digunakan sebagai pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu pengeluarannya.
Tata cara dalam membuang lilin atau kotoran telinga biasanya dimulai dengan menempatkan larutan otik pada saluran telinga dengan posisi kepala pasien miring 45o, lalu memasukkan gumpalan kapas untuk menahan obat dalam telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan menyemprot saluran telinga dengan air hangat perlahan-lahan memakai penyemprot telinga dari karet yang lunak.
Preparat telinga untuk antiinfeksi, antiradang, dan analgetik
(Ansel : 568)
Obat-obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin. Pada umumnya zat – zat ini diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau suspensi) dalam gliserin anhidrida atau propilen glikol. Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang ada. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga, beberapa preparat otik antiinfeksi juga mengandung bahan analgetika seperti antipirin dan anestetika local seperti lidokain dan benzokain.
pH optimum untuk larutan berair yang digunakan pada telinga utamanya adalah dalam pH asam. Fabricant dan Perlstein menemukan range pH antara 5 – 7,8. keefektifan obat telinga sering bergantung pada pH-nya. Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi. Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akan tumbuh lebih cepat. Sering perbedaan dalam keefektifan antara dua obat yang sama itu adalah karena kenyataan bahwa yang satu asam sedangkan yang lainnya basa (Scoville’s : 257)
Larutan untuk telinga biasanya memakai wadah botol drop dan harus jernih atau dalam bentuk suspensi yang seragam (Scoville’s : 257)
Cara penggunaan tetes telinga yang benar
(Eardrops.pdf)
(Menyuruh orang lain untuk membantumu menggunakan tetes telinga ini akan membuat prosedur menjadi lebih mudah)
1. Bersihkan telingamu dengan kapas wajah yang basah kemudian keringkan telingamu.
2. Cuci tanganmu dengan sabun dan air
3. Hangatkan tetes telinga mendekati suhu tubuh dengan cara memegang wadahnya dalam tanganmu selama beberapa menit
4. Jika tetes telinga merupakan suspensi yang berkabut, kocok botol dengan baik selama 10 detik
5. Periksa ujung penetes untuk meyakinkan bahwa tidak pecah atau retak
6. Tarik obat ke dalam penetes
7. Miringkan telinga yang terinfeksi ke atas atau ke samping
8. Hindari menyentuh ujung penetes pada telinga atau apapun, tetes telinga dan penetesnya harus tetap terjaga bersih
9. Teteskan sejumlah yang benar ke telinga. Kemudian tarik penetesnya dari telinga agar tetesannya dapat turun ke saluran telinga.l
10. Tahan agar telingamu tetap miring selama beberapa menit atau masukkan kapas telinga yang lembut ke dalam telingamu.
11. Letakkan kembali penetesnya pada botol dan tutup kencang penutupnya.
12. Cuci tanganmu untuk menghilangkan bahan-bahan obat yang mungkin ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
2. Jenkins, G.L., (1969), Scoville’s:The Art of Compounding, Burgess Publishing Co, USA.
3. King, R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck Publishing Company, Philadelphia.
4. Martin., (1971), Dispensing of Medication, Marck Publishing Company, Pensilvania.
5. Howard, C. Ansel.(1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press, Jakarta.
6. _____ , (2008), Ear drop, Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Ear_drop, 20 Maret 2008, diakses 10 Mei 2008.
7. _____ , (1998), How to Use Ear Drops properly, Available from : http://Q:\SGML\MEDTEACH\XML%20Monograph%20files\final\a601169. Eardrops.pdf. 1 Juni 2001, diakses 10 Mei 2008.

Farmakokinetik

Pengertian Farmakokinetik

a. Farmakokinetika adalah hitungan matematis waktu dari absorsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi (ADME) suatu obat di dalam tubuh. Faktor-faktor biologis, fisiologis dam psikokimia yang mempengaruhi proses transfer obat didalam tubuh, juga mempengaruhi laju dan derajat ADME dari obat tersebut di dalam tubuh. Dalam beberapa kasus, aksi farmakologi, seperti halnya aksi toksikologi, berhubungan dengan konsentrasi obat dalam plasma. Oleh sebab itu, dengan studi farmakokinetik, ahli farmasi (farmasis) dapat melakukan terapi individual terhadap pasien.(1)

b. Farmakokinetik adalah studi tentang apa yang dilakukan tubuh terhadap obat. (2)

c. Farmakokinetika mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi ( yakni ekskresi dan metabolisme ).(3)

d. Farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh, yaitu absorpsi, distribusi, metabolism dan eksresinya. (4)

Kegunaan Farmakokinetika

1 Memprakirakan kadar obat dalam plasma , jaringan, dan urin pada berbagai pengaturan dosis.

2 Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara individual.

3 Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan/atau metabolit-metabolit.

4 Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik atau toksikologi.

5 Menilai perubahan laju atau tingkat availabilitas antar formulasi (bioekivalensi)

6 Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi absorpsi, distribusi atau eliminasi obat.

7 Menjelaskan interaksi obat.(3)

Daftar Pustaka

1. Michael C.Makoid, 2000, BASIC PHARMACOKINETICS First Edition (E-book),

2. Leon Shargel, 1985, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan , Cetakan kedua, Editor : Sitti Sjamsiah. Airlangga University Press, Surabaya.

3. Sulistia G. Ganiswarna, dkk., 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi Keempat, Gaya Baru, Jakarta.

Puasa dan Bau Mulut

Saat kita sedang berpuasa wajar jika mulut kita bau. Pada saat berpuasa produksi air liur (saliva) berkurang sehingga rongga mulut menjadi kering, akibatnya mulut menjadi bau atau istilah kerennya Halitosis. Berkurangnya aktivitas mengunyah saat bepuasa menyebabkan produksi air ludah kurang maka sisa makanan di dalam mulut membusuk dan membentuk gas sulfur yang menyebabkan bau mulut. Selain itu saat tubuh tidak menerima asupan makanan, tubuh mulai menguraikan cadangan lemak, dan protein yang juga bisa meyebabkan bau mulut. Jadi singkatnya, bau mulut pada orang yang berpuasa itu wajar dan normal, karena metabolise tubuh kita berjalan seperti tersebut di atas. So tidak perlu malu, di Surga nanti bau mulut kita akan seharum bunga Kesturi (saya sendiri belum pernah lihat bunga kesturi kaya apa he..he..he..). Selamat Ibadah Puasa.

Farmasi di Masa Kejayaan Islam

Farmasi di Masa Kejayaan Islam

”Setiap penyakit pasti ada obatnya.” Sabda Rasulullah SAW yang begitu populer di kalangan umat Islam itu tampaknya telah memicu para ilmuwan dan sarjana di era kekhalifahan untuk berlomba meracik dan menciptakan beragam obat-obatan. Pencapaian umat Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan kesehatan di masa keemasan tak lepas dari keberhasilan di bidang farmasi.

Di masa itu para dokter dan ahli kimia Muslim sudah berhasil melakukan penelitian ilmiah mengenai komposisi, dosis, penggunaan, dan efek dari obat-obat sederhana serta campuran. Menurut Howard R Turner dalam bukunya Science in Medievel Islam, umat Islam mulai menguasai farmasi setelah melakukan gerakan penerjemahan secara besar-besaran di era Kekhalifahan Abbasiyah.

Salah satu karya penting yang diterjemahkan adalah “De Materia Medica” karya Dioscorides. Selain itu para ilmuwan Muslim juga melakukan transfer pengetahuan tentang obat-obatan dari berbagai naskah yang berasal dari Suriah, Persia, India, serta Timur Jauh.

Karya-karya terdahulu itu telah membuat para ilmuwan Islam terinspirasi untuk melahirkan berbagai inovasi dalam bidang farmasi. ”Kaum Muslimin telah menyumbang banyak hal dalam bidang farmasi dan pengaruhnya sangat luar biasa terhadap Barat,” papar Turner.

Betapa tidak, para sarjana Muslim di zaman kejayaan telah memperkenalkan adas manis, kayu manis, cengkeh, kamper, sulfur, serta merkuri sebagai unsur atau bahan racikan obat-obatan. Menurut Turner umat Islam-lah yang mendirikan warung pengobatan pertama. Para ahli farmasi Islam juga termasuk yang pertama dalam mengembangkan dan menyempurnakan pembuatan sediaan sirup dan salep.

Pada mulanya, ilmu farmasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ilmu kedokteran. Dunia farmasi profesional secara resmi terpisah dari ilmu kedokteran di era kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah. Terpisahnya farmasi dari kedokteran pada abad ke-8 M, membuat profesi farmasis menjadi profesi yang independen dan farmasi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Dalam praktiknya, farmasi melibatkan banyak praktisi seperti herbalis, kolektor, penjual tumbuhan & rempah-rempah untuk obat-obatan, penjual dan pembuat sirup, kosmetik, air aromatik, serta apoteker yang berpengalaman. Merekalah yang kemudian turut mengembangkan farmasi di era kejayaan Islam.

Setelah dinyatakan terpisah dari ilmu kedokteran, beragam penelitian dan pengembangan dalam bidang farmasi atau saydanah (bahasa Arab) kian gencar dilakukan. Pada abad itu, para ilmuwan Muslim secara khusus memberi perhatian untuk melakukan investigasi atau pencarian terhadap beragam produk alam yang bisa digunakan sebagai obat-obatan di seluruh pelosok dunia Islam.

Di zaman itu, toko-toko obat bermunculan bak jamur di musim hujan. Toko obat yang banyak jumlahnya tak cuma hadir di kota Baghdad – kota metropolis dunia di era kejayaan Abbasiyah – namun juga di kota-kota Islam lainnya. Para ahli farmasi ketika itu sudah mulai mendirikan apotek sendiri. Mereka menggunakan keahlian yang dimilikinya untuk meracik, menyimpan, serta menjaga aneka obat-obatan.

Pemerintah Muslim pun turun mendukung pembangunan di bidang farmasi. Rumah sakit milik pemerintah yang ketika itu memberikan perawatan kesehatan secara cuma-cuma bagi rakyatnya juga mendirikan laboratorium untuk meracik dan memproduksi aneka obat-obatan dalam skala besar.

Keamanan obat-obatan yang dijual di apotek swasta dan pemerintah diawasi secara ketat. Secara periodik, pemerintah melalui pejabat dari Al-Muhtasib – semacam badan pengawas obat-obatan – mengawasi dan memeriksa seluruh toko obat dan apotek. Para pengawas dari Al-Muhtasib secara teliti mengukur akurasi berat dan ukuran kemurnian dari obat yang digunakan.

Pengawasan yang amat ketat itu dilakukan untuk mencegah penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dalam obat. Semua itu dilakukan semata-mata untuk melindungi masyarakat dari bahaya obat-obatan yang tak sesuai dengan aturan. Pengawasan obat-obatan yang dilakukan secara ketat dan teliti yang telah diterapkan di era kekhalifahan Islam mestinya menjadi contoh bagi negara-negara Muslim, khususnya Indonesia.

Seperti halnya di bidang kedokteran, dunia farmasi profesional Islam telah lebih unggul lebih dulu dibandingkan Barat. Ilmu farmasi baru berkembang di Eropa mulai abad ke-12 M atau empat abad setelah Islam menguasainya. Karena itulah, Barat banyak meniru dan mengadopsi ilmu farmasi yang berkembang terlebih dahulu di dunia Islam.

Umat Islam mendominasi bidang farmasi hingga abad ke-17 M. Setelah era keemasan perlahan memudar, ilmu meracik dan membuat obat-obatan kemudian dikuasai oleh Barat. Negara-negara Eropa menguasai farmasi dari aneka Risalah Arab dan Persia tentang obat dan senyawa obat yang ditulis para sarjana Islam. Tak heran, bila kini industri farmasi dunia berada dalam genggaman Barat.

Pengaruh kaum Muslimin dalam bidang farmasi di dunia Barat begitu besar. “Hal itu tecermin dalam kembalinya minat terhadap pengobatan natural yang begitu populer dalam pendidikan kesehatan saat ini,” papar Turner. Mungkinkah umat Islam kembali menguasai dan mendominasi bidang farmasi seperti di era keemasan?

Kontribusi Ilmuwan Islam di Bidang Farmasi.

Ibnu Al-Baitar

Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang Sederhana), Ibnu Al-Baitar turut memberi kontribusi dalam dunia farmasi. Dalam kitabnya itu, Al-Baitar mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat yang berhasil dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania antara Spanyol dan Suriah. Tak kurang dari seribu tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Tak heran bila kemudian Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik yang berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-Baitar sungguh mampu melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap digunakan sampai masa Renaisans di Eropa.

Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973 M – 1051 M)

Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu pengetahuan dikuasainya, seperti astronomi, matematika, filsafat dan ilmu alam. Ia memulai melakukan eksperimen ilmiah sejak remaja. Ilmuwan Muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah dan Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam farmasi. Melalui kitab As-Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab penting bagi perkembangan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050 M – setahun sebelum Al-Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang farmasis.

Abu Ja’far Al-Ghafiqi (wafat 1165 M)

Ilmuwan Muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam pengembangan farmasi. Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang komposisi, dosis, meracik dan menyimpan obat-obatan dituliskannya dalam kitab Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Buku tersebut memaparkan tentang pendekatan metodologi eksperimen, serta observasi dalam bidang farmasi.

Al-Razi

Sarjana Muslim yang dikenal di Barat dengan nama Razes itu juga ikut andil dalam membesarkan bidang farmasi. Ilmuwan Muslim serba bisa itu telah memperkenalkan penggunaaan bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan.

Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M)

Ibnu Sahal adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia (farmakope). Kontribusinya dalam bidang farmasi juga terbilang amat besar. Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya untuk pengembangan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin.

Ibnu Sina

Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga mengupas tentang farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang sederhana.

Al-Zahrawi

Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmasi. Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan destilasi.

Yuhanna Ibnu Masawayh (777 M – 857 M)

Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi. Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30 macam aromatik.
Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-Mushajjar Al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.

Abu Hasan ‘Ali bin Sahl Rabban at- Tabari

At-Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh Khalifah Al-Mu’tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu sumbangan At-Tabari dalam bidang farmasi adalah dengan menulis sejumlah kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab ini dibahas mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung. Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya.

Jumat, 02 Juli 2010

Ternyata Suara Ibu Redamkan Stress Bayi


Sebuah penelitian beberapa pakar telah menunjukkan bahwa ibu mempunyai keajaiban yang luar biasa, dalam hasil studi menunjukkan bahwa suara ibu dapat menenangkan saraf-saraf yang tegang sehingga menghilangkan stress yang dialami seseorang.

Ibu, Ya benar, sosok Ibu adalah seorang sosok yang penuh kasih sayang, yang melahirkan kita dari rahimnya serta berbagai kebaikan lainnya yang diungkapkan dalam pepatah "Kasih Ibu sepanjang jalan".

Memang, selain diperintahkan oleh Islam untuk menghormati dan menyayanginya ternyata banyak keutamaan yang bisa kita temukan dari berbakti kepada ibu. Setidaknya dari sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa dengan mendengar suara ibu bisa dengan cepat menenangkan saraf-saraf yang tegang. Selain itu, hanya dengan bertelpon seseringkali mempunyai efek yang sama dengan pelukan seorang Ibu.

Temuan ini, terang Leslie Seltzer, Peneliti University of Wisconsin-Madison bisa menjelaskan dan mendiskripsikan mengapa ibu seringkali menjadi orang pertama yang Anda cari di masa-masa sulit, bahkan setelah Anda dewasa dan hidup mandiri.

Dalam studi ini, tim peneliti dari Amerika tersebut memeriksa peran oxytocin, hormon yang terlibat dalam seks, daya tarik seksual, kepercayaan dan rasa percaya diri. Hormon yang dikenal dengan 'zat kimia berpelukan' ini dilepaskan ke dalam darah selama proses melahirkan.

Hormon ini menstimulasi produksi air susu. Selain itu, hormon ini juga membasahi otak selama proses menyusui. Hal ini diyakini menguatkan hubungan ibu dan anak. Di samping itu, hormon ini diyakini sebagai kunci utama untuk memungkinkan ibu menenangkan anaknya. Hormon ini juga meredakan stres saat dilepaskan pada anak-anak.

Selain itu, Peneliti dari University of Wisconsin-Madison mengumpulkan anak perempuan berusia tujuh hingga 12 tahun dalam satu kelompok. Para partisipan ini selanjutnya diminta menyampaikan pidato dan memecahkan serangkaian soal matematika di depan penilai yang terdiri dari orang-orang asing.

Tes ini sengaja diciptakan untuk mempercepat detak jantung partisipan. Selain itu, bertujuan meningkatkan kadar hormon cortisol (hormon terkait stres). Dan kondisipun demikian mengalami detak jantung yang cepat dan kadar hormon cortisol mereka juga meningkat.

Jurnal Proceedings of the Royal Society B ini menemukan kadar oxytocin meningkat dengan cepat pada anak perempuan yang melihat atau berbicara dengan ibu mereka secara langsung.

Kemudian, begitu berada dalam kondisi stres, peneliti mengambil sepertiga dari anak perempuan tersebut dan dihibur oleh ibu mereka, sepertiganya diminta berbicara dengan ibu mereka melalui telepon dan sepertiga sisanya diminta menghibur diri dengan menonton film.

Dan Subhanallah, hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B ini menemukan, kadar oxytocin meningkat dengan cepat pada anak perempuan yang melihat atau berbicara dengan ibu mereka secara langsung. Dan yang lebih mengejutkan lagi, terang peneliti, setelah menelpon ibu mereka, partisipan tersebut sama tenangnya dengan partisipan yang dihibur langsung oleh ibu mereka.

"Bisa dipahami bahwa pelepasan oxytocin dalam konteks ikatan sosial biasanya memerlukan kontak fisik. Tapi, temuan ini memperjelas bahwa suara ibu juga mempunyai efek yang sama dengan pelukan," tutur peneliti Leslie Seltzer

Itulah sedikit bukti "Miracle of Mother" secara medis, dan yang tidak bisa diragukan lagi keajaiban-keajaiban lagi. Wallahua'lam bishawab


sumber http://jelajahunik.blogspot.com/2010/05/subhanallah-ternyata-suara-ibu-redamkan.html

9 Penemuan Muslim yang Menggoncang Dunia

Kehidupan modern tak lepas dari penemuan-penemuan ilmuwan muslim. Proyek 1001 kembali mengingatkan sejarah 1000 tahun warisan muslim yang terlupakan.

“Ada sebuah lubang dalam ilmu pengetahuan manusia, melompat dari zaman Renaisans langsung kepada Yunani,” ujar Chairman Yayasan Sains, Teknologi dan Peradaban Profesor Salim al-Hassani pemimpin 1001 Penemuan.
Saat ini Penemuan 1001 sedang pameran di Museum Sains London. Hassani mengharapkan pameran tersebut akan menegaskan kembali kontribusi peradaban non-barat, seperti kerajaan muslim yang suatu waktu pernah menutupi Spanyol dan Portugis, Italia selatan dan terbentang seluas daratan China.
Inilah penemuan muslim yang luar biasa:

1. Operasi Bedah
Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing menjadi benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga yang dilaporkan melakukan operasi caesar dan menciptakan sepasang alat jepit pembedahan.

2. Kopi
Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajat yang kemudian kopi disukai oleh seluruh kerajaan. Pada abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada abad ke-16 ketika kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.

3. Mesin Terbang
Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.

4. Universitas
Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan universitas al-Qarawiyyin dan terus beroperasi selama 1.200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.

5. Aljabar
Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9 ‘Kitab al-Jabr Wal-Mugabala’, yang diterjemahkan ke dalam buku ‘The Book of Reasoning and Balancing’. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa menjadi kekuatan.
6. Optik
“Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm,” ujar Hassani. Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.

7. Musik
Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen yang hadir ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet Arab.

8. Sikat Gigi
Menurut Hassani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.

9. Engkol
Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh Al-jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini.


sumber :http://blogheroe2sains.blogspot.com/2010/02/9-penemuan-muslim-yang-menggoncang.html

6 Kebiasaan Orang Kaya dan Orang Miskin

Secara alami apa yang terjadi didunia ini mengikuti hukum alam, yaitu sebab akibat. Kecuali jika ada penetrasi dari luar maka hukum tersebut tidak berlaku. Namun anda harus secara terus menerus memberikan pengaruh dari luar tersebut tanpa henti. Begitu pengaruh dari luar dihilangkan, maka akan kembali mengikuti hukum alam.
Begitu pula manusia juga tunduk terhadap hukum alam. Maka apa yang kita tabur, itulah yang akan kita petik. Apa yang kita lakukan itulah yang akan diterima.

Dengan mengikuti hukum tersebut, kita dapat mempelajari , kenapa seseorang menjadi kaya, sementara yang lain miskin. Setelah diamati ternyata ada perbedaan perilaku atau kebiasaan yang menyolok antara orang kaya dan orang miskin. Dan kebiasaan-kebiasaan itulah yang menyebabkan seseoarng menjadi kaya. Dengan demikan jika anda melakukan kebiasaan-kebiasan tersebut maka anda berada pada jalur yang benar menuju keberlimpahan harta.

Setidaknya ada 6 kebiasaan yang dilakukan oleh orang kaya yang tidak dilakukan oleh orang miskin, yaitu

1. Menunda kenikmatan,
Orang kaya mampu menunda menikmati apa yang mereka peroleh untuk mendapatkan yang lebih besar. Kita sering mendengar bagaimana perjuagan orang non pribumi sehingga mereka mampu menguasai perekonomian kita. Ketika mereka masih dibawah mereka cukup makan bubur seadanya walaupun sebenarnya mereka mampu untuk makan yang lebih mewah. Mereka juga rela hidup dirumah yang sempit, meskipun mereka mampu tinggal dirumah yang lebih besar. Ini semua mereka lakukan karena mereka ingin membangun atau mengembangkan pendapatan yang lebih besar lagi. Mereka ingin menjadi kaya bukan kelihatan kaya.Nanti pada saatnya, baru mereka menikmati apa yang diusahakan selama ini.
Kebiasaan ini berbeda dengan orang pribumi yang kebanyakan miskin. Orang pribumi jika memperoleh penghasilan, bingung ingin segera membelanjakannya. Membeli baju baru, membeli TV yang lebih besar, membeli kendaraan dan lain sebagainya yang sifatnya konsumtip.
Ini semua mereka lakukan karena mereka ingin segera menikmati apa yang diusahakannya. Atau mereka ingin segera dipandang sebagai orang yang berhasil atau kaya. Namun pada akhirnya kehidupan mereka bukannya terus membaik tetapi sebaliknya justru malah menurun atau mandek. Karena mereka tidak berusaha membangun atau mengembangkan pendapatan dari hasil yang mereka peroleh. Tetapi hasil yang diperoleh habis untuk belanja barang konsumtip untuk memenuhi keiinginannya biar kelihatan kaya.

2. Kerja keras
Orang kaya sanggup dan mampu bekerja keras, karena mereka paham akan hukum alam. Siapa yang menabur akan menuai. Siapa yang menabur banyak akan menuai banyak. Dengan demikian siapa yang kerja keras akan mendapatkan hasil yang banyak.
Sementara orang miskin berpikir sebaliknya. Mereka inginnya kerja sedikit tetapi menedapatkan hasil yang besar. Mereka tidak mau diserahi tanggung jawab yang besar, tetapi mereka ingin gajinya terus naik. Meskipun mereka kerja banting tulang memeras keringat, karena mereka kerja kasar, seperti buruh bangunan atau buruh pabrik, mereka bukan kerja keras, namun sebenarnya mereka adalah pemalas. Mereka malas berpikir, malas mengembangkan kariernya dan malas menerima tanggungjawab yang lebih besar. Akhirnya mereka menerima kariernya mandek. Jika ada orang mempertanyakan tentang sikapnya itu mereka menyalahkan pihak lain.

3. Hemat
Orang kaya itu hemat, sementara orang miskin itu boros. Kelihatanya pernyataan kurang tepat. Namun begitulah kebenarannya. Orang dikatakn boros apabila sebagain besar atau seluruh penghasilannya habis dibelanjakan. Jika seseorang mempunyai penghasilan Rp. 1000.000,;perbulan dan semuanya habis dibelanjakan maka dia itu dikatakan boros. Sebaliknya jika seseorang mempunyai penghasilan 10 milyar perbulan lalu mereka membeli BMW seharga 1,5 Milyar, dia tidak dikatakan boros. Walaupun yang dibelanjakan nilainya besar namun pendapatannya jauh lebih besar.
Orang kaya dalam membelanjakan uangnya, selalu dikaitkan dengan segi manfaat dan keuntungan. Semantara orang miskin mementingkan gengsi.

4. Tidak mudah merasa puas.
Ada perbedaan antara merasa puas dan bersyukur. Merasa puas terkesan akan mandek dan tidak mau berusaha lagi. Sementara bersyukur, terkesan menerima hasil yang diperoleh dengan senang hati, namun tetap berusaha , bekerja dan berjuang untuk mendapatkan hasil yang lebih besar lagi.
Kadang pemahaman kita salah, orang kaya itu rakus dan serakah dan orang miskin itu menerima dan mengalah. Apa benar demikian?

5. Menghargai uang sekecil apapun.
Sepintas kebiasaan yang kelima ini sama dengan hemat atau kebiasaan ketiga. Tetapi sebenarnya berbeda. Perbedaannya adalah hemat berkaitan dengan pengeluaran uang sedangkan menghargai uang sekecil apapun, berkaiatan dengan pendapatan.
Orang miskin perpendapat buat apa uang satu rupiah atau dua rupiah, bikin capek saja. Namun orang kaya berpendapat, jika uang seperak dikalikan 1 juta maka akan jadi besar. Atau uang Rp 9999 tidak dikatakan Rp 10.000, walau kurang 1 rupiah saja.

6. Tidak malu, kerja apapun akan dikerjakan tidak pilih-pilih
Orang kaya tidak mengenal malu mengerjakan sesuatu jika itu baik, halal dan mengahasilkan. Namun orang miskin, pilih-pilh dan mengutamakan gengsi. Karena itu kebanyakan orang miskin itu bekerja. Mereka pikir bekerja itu lebih terhormat apalagi jika memiliki jabatan. Saya mempunyai teman seorang mantan direktur suatu perusahaan. Karena perusahaannya bangkrut maka terkena PHK. Karena usianya sudah cukup berumur maka dia mengalami kesulitan mencari kerja ditempat lain. Akhirnya memutuskan untuk usaha sendiri. Walaupun usahanya cukup lumayan, tetapi dia tidak merasa puas, apalagi jika ditanya anaknya. “ Bapak ini kerja apa sih dan jabatanya apasih. Kok dirumah terus.” Hatinya terasa teriris-iris.

Sumber : http://curiousdn.blogspot.com/2010/04/perbedaan-6-kebiasaan-orang-kaya-dan.html

Kamis, 01 Juli 2010

Cara kerja Otoklaf dan LAF

CARA KERJA

Menggunakan metode Sterilisasi akhir dengan Otoklaf

· Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

· Kalibrasi botol infus, vial, botol tetes mata/larutan cuci mata

· Sterilisasikan alat – alat dan botol infus, tetes mata,

· Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit ,

+ H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )

· Larutkan zat aktif dalam pelarutnya…...(jika ada yang perlu diserus, maka zat aktif digerus terlebih dahulu, untuk meningkatkan kelarutan)

· Tambahkan aqua pro injeksi ad ....

· Tambahkan norit 15 menit sambil aduk (khusus infus)

· Cek pH (berdasarkan pH sediaan)

· Saring dengan kertas saring steril rangkap ad jenuh(khusus infus)

· Masukan dalam wadah

· Lakukan sterilisasi dalam autoklaf 121oC, 15 menit

· Diberi etiket, dikemas dalam dus dan diserahkan

Menggunakan teknik aseptik dalam ruangan LAF

· Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

· Kalibrasi botol, vial, botol tetes mata/larutan untuk cuci mata

· Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit , + H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )

· Timbang bahan-bahan yang digunakan

· Sterilkan semua alat dan bahan yang digunakan sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing.

· Larutkan bahan-bahan dalam aqua p.i.

· Cek pH.

· Lakukan sterilisasi dengan cara filtrasi menggunakan filter membran 0,22 µm di LAF (dispensasi menggunakan kertas saring), lalu masukkan dalam wadah, tutup

· beri etiket.

PREFORMULASI VIAL

PREFORMULASI VIAL

Epinefrin HCl ( Martindale hal 852)

Rumus Molekul : C9H13NO3 . HCl

BM : 219,7

Pemerian : serbuk kristal atau granul, putih atau praktis putih, sedikit berbau, perlahan – lahan warnanya menjadi gelap jika terpapar udara dan cahaya.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol, eter, dan chloroform.akan cepat mengalami perubahan warna menjadi merah dengan adanya larutan Alkalis dan larutan netral

pH : 2.2 – 5.0 ( handbook on injectable drugs hal 494 )

Stabilitas : epinefrin HCl sensitive terhadap udara dan cahaya, dimana teroksidasi menjadi warna pink. ( handbook on injectable drugs hal 494 )

Sterilisasi : autoklaf pad suhu 121º C selama 15 menit, autoklaf pad suhu 115º C selama 30 menit.

( handbook on injectable drugs hal 494 )

Kegunaan : Syok Anafilaktik dan edema

Penggunaan : Epinefrin HCl digunakan melalui injeksi Sub kutan, intramuscular, intravena, ataupun intra kardiak. injeksi intramukular lebih di utamakan. ( handbook on injectable drugs hal 494 )

OTT : Golongan anestetik umum ( misalnya kloroform, trikloroetilen, siklopropan, anestetik hidrokarbon yang mengandung halogen (halogen) dan digitalis glikosida. (Drug information 2003 hal 2688)

Dosis : Secara Intramuskular (larutan 1 : 1000)

Anak – anak usia dibawah 6 bulan : 50 µg ;

Anak – anak usia 6 bulan – 6 tahun : 120 µg ;

Anak – anak usia 6 – 12 tahun : 250 µg

Dewasa 500 µg yang diulang setiap 5 menit;

Pada pengunaan secara I. M dan subkuran juga dapat diberikan dosis kecil antara 200 – 500 µg ;

Secara I.V (1 : 10.000) dengan dosis 500 µg rata – rata pemberiannya 100 µg/menit ( 1 mL/ menit)

Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, simpan ditempat yang terlindung cahaya dan tertutup rapat

Natrium bisulfit ( Hand book of pharmaceutical exipient hal.452 ).

Rumus Molekul : NaHSO3

BM : 104.07

Pemerian : serbuk kristal putih sedikit higroskopis.

Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3,5 bagian air 20˚C, larut dalam 2 bagian air pada suhu 100˚C

Stabilitas : Jika terpapar dengan udara bentuk kristalnya akan terdisintegrasi menjadi natrium sulfit

.

Sterilisasi : autoklaf

Kegunaan : antioksidan(oral, parenteral, topikal)

OTT : bereaksi dengan obat- obat simpatomimetik , kloramfenikol, dan fenil merkuri asetat

Konsentrasi : 0,01 – 1,0 %

Penyimpanan : simpan pada tempat yang tertutup rapat dan kering, terlindung dari cahaya

Chlorobutanol ( Hand book of pharmaceutical exipient hal. 111 )

Rumus Molekul : C4H7Cl3O

BM : 177,46

Pemerian : kristal putih atau hampir tidak berwarna, bau seperti kamper, mudah menguap

Kelarutan : praktis larut dalam kloroform, eter, methanol, dan minyak yang mudah menguap; larut dalam 1 bagian etanol 95 %; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 125 bagian air.

pH : stabil pada pH 3 tapi potensi akan menurun dengan peningkatan pH

Stabilitas : dalam bentuk serbuk mudah menguap dan cepat tersublimasi

Sterilisasi : Autoklaf

Kegunaan : antimikroba ( pengawet )

OTT : tidak dapat disimpan pada vial plastik, bentonit, magnesium trisilikat, polyetilen, polihidroksietil metakrilat.

Konsentrasi : hingga 0.5 % ( b/v )

Penyimpanan : serbuknya disimpan pada tempat yang tertutup rapat dan temperatur 8 – 15º C

Na diklofenac (British Pharmacopoiea 2005 hal: 631,USP 29 hal 684, Martindale 35 hal 38, Drug Information 2003 hal: 3439-3440)

Pemerian : Serbuk putih atau agak kekuningan, serbuk kristal, higroskopik.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, mudah larut dalam metanol, larut dalam alkohol, agak sukar larut dalam aseton.

Stabilitas : Lindungi dari kelembaban, cahaya.

Sterilisasi : Autoklaf.

Khasiat : Antiinflamasi, analgetik

Dosis : Dewasa 25mg-50 mg tiga kali sehari (Martindale 28th hal.250)

Na benzoat (Farmakope Indonesia ed. IV hal: 584, Handbook of Pharmaceutical Excipient hal: 434)

Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis, tidak berbau, stabil di udara

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol.

Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering.

OTT : Campuran kuartener, gelatin, garam feri, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk perak dan merkuri. Aktivitas pengawetnya berkurang dengan adanya interaksi dengan kaolin atau suraktan non-ionik.

Sterilisasi : Larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi

Kegunaan : Pengawet, Antimikroba

Konsentrasi : 0,5 % (pengawet sediaan parenteral)

Lidokain HCl(Drug Information 2003 hal 3090, Farmakope Indonesia IV hal 497, Martindale ed 28 hal 902)

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, etanol, larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter

pH : 4 – 5,5 (Martindale ed 28 hal 902), 5 – 7 ( Drug Injectable & FI IV)

Stabilitas : Lidokain harus disimpan dalam suhu lebih kecil dari 40oC, lebih baik antara 15 - 30 oC, hindari penyimpanan pada pendinginan. Larutan lidokain aman terhadap asam dan hidrolisis alkali dapat dipanaskan pada autoklaf, Larutan untuk anestesi spinal harus diautoklaf pada 15 psi dan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Larutan yang mengandung lidokain 1,5 % harus disterilisasikan lebih dari satu kali dan untuk lidokain yang mengandung lidokain 5 % disterilisasikan lebih dari satu sampai dua kali

Khasiat : Anestetik lokal

Dosis : Intravena 0,5 % (Martindale ed 28 hal 908)

OTT : Amfoterisin, sulfadiazin sodium, methohexital sodium, cefalozin sodium dan fenitoin sodium

Sterilisasi : Autoklaf

Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Metil paraben ( Handbook of Pharmaceutical excipients, hal 310, FI IV hal 551)

Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air panas

Kegunaan : Antimikroba/pengawet

Stabilitas : Larutan metil paraben stabil pada pH 3 – 6, disterilisasikan oleh otoklaf 120ºC selama 20 menit tanpa terjadi peruraian. Dalam bentuk larutan stabil pada pH 3 – 6 (terurai kurang dari 10%) untuk penyimpanan lebih dari 4 tahun

OTT : Surfaktan anionik, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan

Sterilisasi : Otoklaf

Wadah : Wadah tertutup baik ditempat yang dingin dan kering

Konsentrasi : 0,065 % - 0,25 % ( i.v)

Bobot molekul : 152,15

Rumus Struktur : C8H8O3

GENTAMISIN SULFAT (FI IV, hal. 406; FI III, hal. 266,Martindale ed 28 hal 1166)

Pemerian : Serbuk putih sampai kekuning-kuningan

Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, garam aseton, dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen

Khasiat : Antibiotikum

Kontraindikasi : Kehamilan (tulis buat di leaflet)

Efek samping : Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas (tulis di leaflet)

Dosis : 2 – 5 mg / kg / hari (dosis terbagi setiap 8 jam) untuk dosis parental (BNF 2007, hal. 297)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

pH : 3,5 – 5,5

Sterilisasi : Filtrasi

Stabilitas : Stabil pada suhu 4oC dan 25oC (Martindale 2005 ed 34, hal.217)

OTT : Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin, penisillin, Sodium bikarbonat dan sulfadiazin sodium.

NATRIUM METABISULFIT (FI IV, hal. 596; Martindale 2005 hal.1193; Excipient hal. 451)

Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam etanol

Kegunaan : Antioksidan

Konsentrasi : 0,01-1 % (Excipient ed. 2nd, hal. 451)

pH : 3,5 – 5

Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40oC

Sterilisasi : Filtrasi

Metil prednisolon Na suksinat

Digunakan metil prednisolon Na suksinat karena larut dalam air (Martindale ed 28, hal. 479)

Pemerian : amorf atau serbuk warna putih, hampir putih, tidak berbau, Higroskopis.

Kelarutan : Sangat larut dalam air dan alkohol.

Stabilitas : mudah terkontaminasi oleh udara, harus terlindung dari cahaya (Martindale, hal. 479). Akan mengalami hidrolisis dan juga migrasi hasil rantai samping suksinat yang bersifat bolak – balik dari gugus hidroksi 21 menjadi 17. Selain hidrolisis dan migrasi, pada gugus asli juga terjadi reaksi degradasi metil prednisolon suksinat yang menghasilkan metil prednisolon bebas suksinat. Metil prednisolon Na suksinat stabil pada penyimpanan dalam bentuk padatan tanpa adanya air sampai saatnya direkonstitusi. (Connors, hal. 494)

Inkompabilitas : dengan berbagai macam obat tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, konsentrasi obat, dan suhu.

Dosis : 10 – 250 mg (im atau iv) 6 kali sekali. 40 mg dengan benzil alkohol. (DI 88, hal. 1725)

Khasiat : antiinflamasi.

pH : 7-8 (injeksi)

Rute : IM

Cara sterilisasi : teknik aseptic secara radiasi (DI 88, hal. 1725) karena bersifat higrokospik dan dapat mengalami hidrolisis, serta tidak tahan pemanasan lebih dari 40oC

Teknologi Farmasi : dibuat injeksi IM dengan cara rekonstitusi

Penyimpanan : pada suhu 15o-30oC dan dibawah 40ºC

Dexamethason Na-phospat (FI IV Hal. 289, Martindale 28 hal 469)

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak kuning tidak berbau atau agak berbau etanol, higroskopis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam dioksan, tidak larut dalam kloroform dan eter.

Incompatibel : proklorperazin edisilate/vankomisin hidroklorid

Stabilitas : Pada 4 mg/ml larutan jernih dan tidak berwarna , pada 24 mg mg/ml larutan jernih dan berwarna kuning lemah. Larutan harus dilindungi dari cahaya dan dingin. Pada keadaan lain dexamethason sodium pospat labil dipanas dan tidak dapat disterilisasi autoklaf.

Cara penggunaan : IM dan IV

pH : 6,6 – 7,8(larutan), 5-6 (suspensi)

Sterilisasi : filtrasi

Khasiat : edema serebral

Dosis : awal 10 mg diikuti 4 mg setiap 6 jam secara IM. Pemakaian dihentikan setelah 5-7 hari

Wadah : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

Diphenhidramin HCl ( FI IV hal. 330, Martindale 28 hal 1311 )

Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau. Jika terkena cahaya, perlahan-lahan warnanya menjadi gelap. Larutannya praktis netral terhadap kertas lakmus P.

Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam kloroform, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzen dan eter.

pH : pH dalam larutan diphenhidramin HCl dalam air 4-6 (Martindale 28th hal.1311)

Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.

Khasiat : antihistamin

Dosis : 10-50 mg (Martindale 28 th hal.1311), 1 mL-5 mL

Stabilitas : diphenhidramin HCl harus terlindung dari cahaya, di dalam ruang yang temperaturnya terjaga (Handbook On Injectable Drugs hal. 424)

Penggunaan : diphenhidramin HCl digunakan melalui injeksi intramuskular (im), disuntikkan secara perlahan dengan jalur iv atau terus-menerus/infus iv intermitten, injeksi subkutan/perisvaskular harus dihindarkan karena dapat menyebabkan iritasi

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Vitamin K (FI IV hal. 673, DI 88 hal. 2120 )

Pemerian : Cairan sangat kental, jernih, kuning sampai kuning sawo, tidak berbau atau praktis tidak berbau, mempunyai bobot jenis lebih kurang 0,967, stabil diudara, tetapi terurai oleh cahaya matahari.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak, dalam benzena, dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak nabati, sukar larut dalam etanol.

Stabilitas : stabil pada panas dan tekanan seperti pada otoklaf, harus terlindungi dari cahaya setiap saat.

Sterilisasi : otoklaf

pH : 3,5 – 7

Khasiat : Hypoprothrombinemia, pendarahan yang disebabkan oleh difesiensi vitamin K.

Dosis : 5 - 10 mg.

OTT : Kumarin dan turunan indadion

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Propil Paraben (FI IV hal 713, eksipien hal 411)

Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, mudah larut dalam propilen glikol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

OTT : aktvitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan nonionis.

Stabilitas : Propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan otoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu kamar selama empat tahun lebih.

Konsentrasi : 0,005% - 0,2%

Sterilisasi : otoklaf

Kegunaan : antimikroba (pengawet)

Oleum Sesami (eksipien 2nd hal 420 – 421)

Pemerian : jernih berwarna kuning pucat, berbau aromatis, tidak berasa.

Kelarutan : tidak larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol 95%, sukar larut dalam karbon disulfida, kloroform, eter heksana dan petroleum eter.

Sterilisasi : filtrasi atau kering panas (oven)

Stabilitas : lebih stabil dari minyak yang lain dan tidak mudah teroksidasi.

OTT : dengan alkali hidrosida.

Kegunaan : Pelarut

Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.

Teknik : aseptik

Phenobarbital (Luminal)

(FI IV hal 659,DI 88 hal 1227)

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur tidak berkilat, tidak berbau, tidak berasa, dapat terjadi polimorfisme.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dalam eter, dalam propilen glikol dan dalam larutan alkali karbonat, agak sukar larut dalam kloroform.

Stabilitas : Stabil dalm propilen glikol, terjadi pengendapan dalam larutan asam.

Khasiat : Hipnotik-sedativa dan antikonvulsan

pH : 8,5 - 10,5

Dosis : 100-320 mg untuk dewasa

16-100 mg untuk anak-anak

Rute pemberian : i.v.

Vitamin B1 (Tiamin hidroklorida)

(FI IV hal 784, DI 88 hal 2102)

Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4 %. Melebur pada suhu lebih kurang 248° C disertai peruraian.

Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter dan dalam benzena.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : lindungi dari cahaya dan simpan pada suhu kurang dari 40º C, sebaiknya disimpan pada suhu antara 15-30 ºC.

Khasiat : vitamin neurotropik.

Dosis : 5-100 mg untuk 3 kali sehari (DI 88 hal 2103)

Sterilisasi : filtrasi

Cara penggunaan : Intramuskular

OTT : alkali dan larutan penetral, dan dengan pengoksidasi dan pereduksi.

pH : 2,5-4,5

Vitamin B6 (Piridoksin hidroklorida)

(FI IV hal 723, DI 88 hal 2099)

Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih.

Kelarutan : mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : stabil di udara dan secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari.

Khasiat : vitamin neurotropik

Dosis : 50-150 mg/hari (Martindale 28th Ed, hal 1643)

Sterilisasi : otoklaf

Cara penggunaan : IM, IV, subkutan

pH : 2-3,8 (Martindale 28th Ed., hal: 1643)

OTT : larutan alkali, garam besi, zat pengoksidasi

Vitamin B12 (Sianokobalamin)

(FI IV hal 264, DI 88 hal 2104)

Pemerian : hablur atau amorf merah tua atau serbuk hablur merah.

Kelarutan : agak sukar larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : bentuk anhidrat sanagt higroskopik. Jika terpapar pada udara, menyerap air lebih kurang 12%. Stabil pada larutan netral tetapi dalam larutan basa dan asam kuat akan terdekomposisi secara perlahan.

Khasiat : vitamin neurotropik.

Dosis : 50-150 µg/ hari

Sterilisasi : otoklaf

Cara penggunaan : intra muskular

OTT : dengan bahan pengoksidasi atau pereduksi dan dengan garam dari logam berat.

pH : 4,5-7,0 (Martindale 30th Ed., hal: 1055)

Asam benzoate

(Excipient hal 32)

Pemerian : hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehid atau benzoin.

Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

Wadah & penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Stabilitas : agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air.

Fungsi : antimikroba

Konsentrasi : 0,17% (Handbook of pharmaceutical excipients 2nd hal.32)

Sterilisasi : otoklaf

OTT : alkali atau logam berat.

pH : <5

Cara penggunaan : IM atau IV

Asam askorbat

(Handbook of pharmaceutical excipients hal 15, Martindale 28th hal 1654)

Pemerian : hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun akan menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190° C.

Kelarutan : mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : dalam bentuk serbuk asam askorbat relatif stabil dalam udara. Tidak stabil dalam larutan alkali.

Fungsi : antioksidan

Konsentrasi : 0,01-0,1%

(Handbook of pharmaceutical excipients, hal.15)

Sterilisasi : otoklaf

OTT : aminofilin, bleomisin sulfat, eritromisin laktobionat, natrium bikarbonat

pH : 2,1-2,6

EDTA

(Excipient hal 176)

Pemerian : serbuk kristal warna putih

Kelarutan : 1:500 dalam air

Wadah & penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Stabilitas : stabil dalam bentuk padat, bentuk garam lebih stabil daripada asam bebas.

Fungsi : chelating agent.

Konsentrasi : 0,005-0,1%

(Handbook of pharmaceutical excipients, hal.32).

Sterilisasi : otoklaf.

OTT : dengan zat pengoksidasi kuat dan basa kuat.

Asam klorida

(FI IV hal 49)

Pemerian : cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap hilang.bobot jenis kurang 1,8

Wadah & penyimpanan : wadah tertutup rapat.

Stabilitas : bersifat korosif.

Fungsi : sebagai campuran dapar.

OTT : dengan basa, alkali karbonat, denga garam perak dan garam merkuri( Martindale hala 783)

Natrium asetat

( FI IV halaman 1181)

Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau sedikit berbau asam asetat.

Kelarutan : 1 bagian dalam 0,8 bagian air; 1 bagian dalam 19 bagian alkohol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.

Wadah & penyimpanan: dalam wadah kedap udara.

Fungsi : sebagai ampuran dapar.

Sterilisasi : Otoklaf

Phenobarbital Na

(FI IV hal.660 ; Martindale 28 hal.811)

Pemerian : hablur berlapis atau hablur berbentuk granul, putih atau sebuk putih; higroskopis; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan terurai bila dibiarkan.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform.

Stabilitas : lebih larut dalam iar, dan dalam alkolhol;pratis larut dalam air dan alcohol.

OTT : sepaloridin, sepazolin sodium, klindamisin fosfat dan pentazocine laktat.

Sterilisasi : otoklaf

Khasiat : sedatif

Dosis : 100-200 mg, sehari maksimal 600 mg.

Ph : 9- 10,5

Penyimpanan : simpan di temapt terutup

THIAMFENIKOL GLYSINATE HCl

(Martindale ed 28 hal.1223, FI IV hal 787)

Pemerian : serbuk hablur atau hablur putih sampai putih kekuningan, tak berbau. Larutan dalam etanol mutlak memutar bidang polarisasi ke kanan; larutan dalam DMF memutar bidang polarisasi ke kiri.

Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam eter dan dalam etil asetat; agak sukar larut dalam etanol mutlak dan dalam metanol; mudah larut dalam asetonitril dan dalam dimetilformamida; sangat mudah larut dalam dimetilastemida.

Stabilitas : tidak stabil terhadap kelembaban dan cahaya.

Dosis : dosis injeksi yang digunakan yaitu dosis equivalen terhadap kloramfenikol. Dosis seperti kloramfenikol dan dosis kloramfenikol untuk injeksi adalah 100 mg/ml.

Khasiat : antibiotik untuk terapi pengobatan meningitis

pH : 3 – 4,5

OTT : potasium,hidrokortison sodium suksinat.

Sterilisasi : radiasi sinar gamma

Tramadol HCl

( Martindale edisi 28 hal 1029)

Pemerian : kristal putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air.

Stabilitas : Terlindung dari cahaya

OTT : Diazepam, diclofenac sodium, indometacin, midazolam, piroxicam, fenilbutazon, dan lisin aspirin.

Khasiat : Sebagai analgesik

Dosis : 50 mg - 100 mg dua kali sehari 1 ml

Sterilisasi : Autoklaf

Wadah : Wadah tertutup rapat

pH : 5,4

Rute : iv dan im

Benzalkonium Klorida

(Handbook of Excipients hlm 33 – 34)dan Matindale 28 hal 549.

Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningan, memiliki bau dan rasa khas.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam eter, sangat mudah larut dalam aseton, etanol (95 %), methanol, propanol dan air.

Stabilitas : Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan tidak stabil terhadap cahaya, udara dan logam.

OTT : oksidasi agent, dan asam kuat,sabun dan surfaktan anionik,sitrat, iodidanitrat pemanganat,salisialat, garam perak, tartrat dan alkalis.

Konsentrasi : 0,01 – 0,02 %

Kegunaan : Pengawet anti mikroba

Penyimpanan : Tempat terlindung dari cahaya, hindari kontak dengan logam

Sterilisasi : Autoclaf dan dengan filtrasi.

Warfarinum Natricum

(FI IV hal 831, DI hal 734 )

Pemerian : Bentuk amorf atu serbuk hablur; warna putih; tidak berbau; rasa agak pahit. Warna hilang oleh pengaruh cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam kloroform dan eter.

Stabilitas : Warfarin Natrium warnanya terurai oleh cahaya. Warfarin Na dalam bentuk larutan akan terurai setelah 4 jam.

OTT : Dengan warfarin sodium. Injeksi Sianokobalamin dengan dekstrosa tidak boleh menggunakan warfarin sodium.

Khasiat : Anti Koagulan

Dosis : 10-15 mg (2 – 5 hari) [DI 88 hal.734]

pH : 7,2 – 8,3

Rute pemberian : intramuskular dan intavena

Sterilisasi : Sterilisasi akhir dengan autoklaf [DI 88 hal.734]

Wadah : Wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.