bobo' ah ===>>>

Photobucket

Selasa, 08 Maret 2011

Pengenalan Dini Demensia (Predimensia)

Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Semakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan pada gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia (Sidiarto Kusumoputro, 2002 :1)

Untuk proses menua yang terjadi pada otak, Cummings dan Benson (1992) menggunakan istilah "senescence" yang menandakan perubahan proses menua yang masih dalam taraf normal dan istilah "senility" untuk gangguan intelektual yang terjadi pada lanjut usia tetapi belum mengalami "dementia" (Besdin,1987). Sejak lama istilah perubahan dan gangguan intelektual tersebut dipergunakan tanpa ada jabaran yang rinci. Karena itu hampir semua orang lansia yang mengalami kemunduran fungsi mentalnya secara mudah disebut sebagai telah mengalami demensia. Dalam kenyataan belum tentu lansia sudah mengalami demensia dan mungkin hanya baru dalam taraf predemensia. Istilah predemensia belum begitu dikenal oleh masyarakat oleh karena itu hal ini perlu disosialisasikan.

Istilah Menyesatkan

Seringkali seseorang yang berumur setengah baya ataupun lanjut usia yang mengalami gangguan daya ingat atau sering lupa tentang nama seseorang,atau nama benda atau pun peristiwa, dengan cepat dianggap sebagai "pikun" atau diberi label sebagai orang pikun (Istilah "pikun" secara medis adalah "Dementia"). Pada kenyataannya mungkin sekali orang tersebut belum mengalami pikun atau demensia tetapi baru dalam taraf "Senescence" atau "senility", sebagai gambaran predemensia, yaitu sebagai awal munculnya tanda-tanda demensia, yang dalam pengobatan modern mungkin masih dapat dicegah dan diobati agar tidak segera benar-benar menjadi pikun.

Istilah bahasa Indonesia juga turut membingungkan karena "senile" diterjemahkan sebagai "pikun" dan "demented" diterjemahkan sebagai "gila". Mungkin juga yang memunculkan istilah tersebut ikut bingung karena dalam hal ini sangat sulit menggunakan istilah bahasa Indonesia yang tepat, cocok, pasti seperti kata asli yang muncul dalam bidang kedokteran dan kesehatan.

Kemunduran Kemampuan Otak

Akibat proses penuaan, mau tidak mau terjadi kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan adalah :

Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from memory). Dalam hal ini adalah sangat penting untuk menjaga agar memori itu tetap eksis dan karenanya perlu digunakan secara terus-menerus dan jangan dibuat menganggur atau diistirahatkan. Untuk itu membaca, mendengar berbagai berita, atau ceritera melalui berbagai media sangat penting bagi lansia. Namun bagi lansia yang "mengistirahatkan diri," atau dipaksa untuk istirahat tanpa kegiatan apapun, tidak mau membaca Koran, maunya ongkang-ongkang kaki, enak-enak, apalagi sambil merenungi nasibnya diyakini akan semakin mempercepat kemunduran fungsi ingatan dan fungsi mentalnya. Hal semacam ini menjadi bahaya bagi lansia,karena hal-hal lain pun mengalami kemunduran secara cepat.

Intelegensia Dasar (Fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi (Hochanadel and Kaplan, 1984 dalam Strub and Black, 1992). Untuk mengendalikan hal ini, maka sebaiknya orang walaupun dalam kondisi lansia, juga tetap mempertahankan cara belajar. Hal itu bukan harus mengulang-ulang belajar seperti anak sekolah, namun perlu melakukan latihan-latihan untuk mengasah otak, seperti memecahkan masalah yang sederhana, tetap menggerakkan anggota tubuh secara wajar, mengenal tulisan-tulisan, angka-angka, simbol-simbol, dan sebagainya.

Dimensia (Pikun)

Kriteria "dementia" atau kepikunan menurut DSM-III dan ICD-10 adalah sebagai berikut :

"Loss of intellectual abilities of sufficient severity to interfere with social or occupational functioning. Deficits should be multifaceted : memory, judgment, abstract thinking etc."

Keadaan demensia pada usia lanjut terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi secara berangsur-angsur melalui sebuah rangkaian kesatuan dimulai dari "Senescence" berkembang menjadi "senility" yang disepakati sebagai kondisi "pre-demensia" dan selanjutnya baru menjadi "dementia". Pengenalan demensia masa kini dipusatkan pada pengenalan dini melalui rangkaian kesatuan tersebut yaitu mulai dari kondisi "senescence" yang dikenal sebagai "benign senescent forgetfulness (BSF)", dan "age-associated memory impairment (AAMI)", – berlanjut menjadi kondisi "Senility" yang antara lain dikenal sebagai "cognitively impaired not demented (CIND)", dan "mild cognitive impairment ( MCI)". Akhirnya barulah disusul fase "dementia".

Pengenalan Dini Demensia

Pengenalan dini demensia berarti mengenali :

  • Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI): kondisi kognitif pada lanjut usia yang terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan mudah-lupa secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.
  • Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan cirri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali (diketahui dan diakui) oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda demensia.
  • Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.

Dalam tahap pengenalan dini dimensia, sangatlah penting untuk mengenali kemunduran kognitif seseorang pada fase awal daripada mengenalinya setelah yang bersangkutan mengalami demensia. Pengenalan dini tentang kemunduran kognitif pada lanjut usia menjadi fokus utama ilmu neuro/psiko geriatri masa kini. Disini diperlukan kerjasama antara neurolog, psikiater dan psikolog yang memiliki minat dan perhatian pada lansia.

Diagnosis Deferensial

No.

Uraian

Dimensia

CIND / MCI

BSF / AAMI

1.

Keluhan Daya Ingat (Mudah Lupa):

· Subyektif (oleh penyandang)

· Obyektif (oleh keluarga)

Tidak ada

Ada

Ada / Tidak ada

Ada

Ada

Tidak ada

2.

Gangguan kehidupan harian:

· Dasar

· Kompleks

Ada

Ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

3.

Perilaku Abnormal

Ada

Ada / Tidak ada

Tidak ada

4.

Performa Abnormal Memori:

· Test Skrining

· Test Formal

Ada

Ada

Ada / Tidak ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Sumber: Consensus Paper MCI 2000 (dikutip dari Sidiato Kusumoputro, 2002: 6)

Dari bacaan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  • Kemampuan daya ingat merupakan salah satu ukuran bagi kualitas hidup manusia.
  • Mudah lupa (forgetfulness) merupakan gejala yang banyak ditemukan pada para lanjut usia (elderly people).
  • Mudah lupa dapat berwujud sebagai kondisi yang wajar : Benign Senescent Forgetfulness (BSF), tetapi mudah lupa dapat berlanjut sebagai Malignant Senescent Forgetfulness yang sudah tidak wajar.
  • Mudah lupa dapat merupakan gejala awal dari demensia atau kepikunan.(jp)

Oleh : Drs. H. Zainuddin Sri Kuntjoro, MPsi.
Jakarta, 17 Juni 2002
www.e-psikologi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar