bobo' ah ===>>>

Photobucket

Kamis, 01 Juli 2010

VIAL

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikrorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (Lachman, hal 1254).

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi. (Lachman, hal 1292).

Produk steril termasuk sediaan parentral, mata dan irigasi. Preparat parental bisa diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah intravena, intramuskular, subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.

Injeksi intramuskular dilakukan dengan memasukkan kedalam otot rangka. Tempat suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf utama atau pembuluh-pembuluh darah utama. Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus maksimus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikkan melalui intra muskular sebaiknya dibatasi paling banyak 5 ml, bila disuntikkan kedaerah gluteal, dan 2 ml bila di deltoid.

Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :

1. efek terapi lebih cepat didapat.

2. dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan .

3. cocok untuk keadaan darurat

4. Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung.

Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).

Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):

1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya

2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis (0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)

3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya

4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet

ADRENALIN (Epinefrin HCl)

Sediaan steril yang akan dibuat adalah injeksi adrenalin secara intramuskular, dimana zat yang digunakan adalah epinefrin. Kegunaan dari epinefrin adalah untuk mengembalikan kondisi fisiologis dari gejala darurat (seperti edema laryngeal, bronkospasme, dan hipotensi), dan dapat juga di kaitkan dengan reaksi hipersensitivitas seperti anafilaksis dan angioedema. Tetapi disini yang dibahas adalah efeknya sebagai obat yang dapat mengatasi syok anafilaktik, yang mana memerlukan terapi sesegara mungkin dibanding kondisi lainnya.

ANASTETIK LOKAL (Lidokain HCl)

(FT hal. 240-241)

Injeksi Lidokain adalah larutan yang dibuat dari Lidokain Hidroklorida dengan penambahan asam klorida P dalam air untuk injeksi atau dari lidokain hidroklorida dalam air untuk injeksi. Kadar lidokain HCl C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 96,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %. Penggunaan terapi lidokain hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel, terutama diruang perawatan intensif. Lidokain efektif terhadap aritmia ventrikel yang disebabkan oleh infark miokard akut, bedah jantung terbuka dan dialisis.

Interaksi obat lidokain dimana β bloker dapat mengurangi aliran darah hati pada penderita penyakit jantung dan akan menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme lidokain dan meningkatkan kadarnya dalam plasma. Obat-obat yang bersifat basa dapat menggantikan lidokain dari ikatannya pada α 1 – acid glocoprotein. Kdar Lidokain plasma meninggi pada penderita yang menerima simetidin. Mekanisme interaksi ini kompleks, dan selama pemberian simetidin perlu penyesuaian sengan dosis lidoikain. Lidokain memperkuat efek suksinilkolin.

Farmakodinamik :

Lidokain adalah anastetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anastesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan 0,5% toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2% lebih toksik daripada prokain. Larutan lidokain 0,5% digunakan untuk anastesia infiltrasi, sedangkan larutan 1,0-2% untuk anestesia blok dan topikal.

Farmakokinetika :

Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dpt melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu.

ANTI ALERGI (Diphenhidramin HCl)

Farmakologi:

Diphenhidramin HCl termasuk antihistamin golongan etanolamin yang mempunyai khasiat antara lain dapat berefek sebagai antihistamin yaitu dapat mengatasi reaksi alergi, berefek sedatif yang dapat menguntungkan bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun pasien yang perlu banyak tidur, berefek sebagai antikolinergik dan juga antiemetik. Disamping itu diphenhidramin HCl dapat mengatasi paralisis agitans, mengurangi rigiditas dan memperbaiki kelainan pergerakan.

Setelah pemberian oral atau parenteral, diphenhidramin HCl diabsorpsi secara baik. Untuk mengatasi reaksi alergi, maka diharapkan obat tersebut langsung dapat memberikan efek sehingga rasa gatal, sakit, bercak merah, dan udem dapat langsung diatasi. Untuk dapat memberikan efek yang cepat biasanya diphenhidramin HCl diberikan secara parenteral/injeksi. Injeksi diphenhidramin HCl dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular.

HEMOSTATIK (Vitamin K)

(Farmakologi dan Terapi hal 731-732,747-761)

Hemostasis merupakan proses penghentian pendarahan pada pembuluh darah yang cedera. Dalam proses ini pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi, trombosis akan beragregasi membentuk sumbat trombosit. Selanjutnya sumbat trombosit oleh fibrin yang terbentuk dari proses pembekuaan darah akan memperkuat sumber trombosis yang telah terbentuk sebelumnya. Hemostatik adalah zat/obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.

Pendarahan dapat dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan pembentukan faktor-faktor pembekuan darah misalnya vitamin K. pada penderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan bisintesis beberapa faktor pembekuan darah yaitu protombin. Vitamin K diabsorbsi dengan mudah estela penyuntikan i.m. Bila terdapat gangguan absorbsi vitamin K akan terjadi hipoprotrobinemia setelah beberapa minggu, sebab persediaan vitamin K dalam tubuh hanya sedikit.

SEDATIVA, DEPRESAN SSP (Phenobarbital/Luminal)

Hipnotik-sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang relatif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma dan mati, tergantung dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respon terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiolgis.

Phenobarbital berefek sebagai sedatifa namun karena sifatnya yang sangat sukar larut dalam air maka dipilih Phenobarbital Na yang sangat mudah larut dalam air (air sebagai pelarut). Memiliki masa kerja 10-16 jam, dimana 90% dari dosis diekskresikan menjadi p-hidroksi. Aktivitasnya lebih kuat dari barbital. (Diktat Kimia Medisinal 3)

Phenobarbital merupakan obat golongan hipnotika-sedatif, sehingga dapat menimbulkan efek depresi pada susunan saraf pusat. Dengan diberikan dalam bentuk injeksi, maka efeknya akan lebih cepat tercapai karena langsung masuk ke dalam aliran darah dan langsung mencapai reseptor. Phenobarbital dibuat dalam sediaan injeksi dalam vial yang diberikan secara parenteral. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila dinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, bila pasien tidak dapat diajak kerjasama dengan baik selama pengobatan, tidak sadar atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral atau bila obat ini sendiri tidak efektif dengan cara pemberian oral.

NEUROTROPIK (Vit B1, B6, B12)

Injeksi neurotropik adalah sediaan yang berperan dalam mengatasi rasa nyeri pada jaringan syaraf. Injeksi neurotropik biasanya mengadung vitamin B1, B6 dan B12. Vitamin B1 berperan dalma membantu metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 dapat membantu metabolisme protein yang berperan dalam pembentukan enzim yang berfungsi mentransmisikan sel saraf. Sedangkan vitamin B12 berfungsi dalam membantu metabolisme asam nukleat dalam pembentukkan enzim dan protein yang berperan di dalamnya.

VIT B12 (FT hal. 738)

Vitamin B12 merupakan vitamin B kompleks yang mengandung cobalt, yang dipasaran terdapat dalam bentuk Sianokobalamin dan Hidroksokobalamin yang merupakan bentuk sintetis dari vitamin B12. Vitamin B12 digunakan untuk perawatan anemia dan kekurangan vitamin B12. Bentuk vitamin yang digunakan adalah bentuk hidroksokobalamin. Sianokobalamin atau hidroksokobalamin bbiasanya diberikan kepada pasien dengan malabsorbsi vitamin B12. Selain itu, sianokobalamin dan hidroksokobalamin juga digunakan untuk mengontrol malabsorbsi selektif dari B12 dan defisiensi dari transkobalamin II yang dikarenakan faktor keturunanan(hereditas). Dosis yang besar dari sianokobalamin digunakan untuk mengontrol methylmalonic aciduria pada bayi dan wanita hamil.

Sianokobalamin biasa diberikan melalui jalur/rute pemberian intra muskular (i.m) atau injeksi subkutan yang dalam. Karena obat yang diberikan akan mengalami eksresi yang cepat setalah pemberian melalui rute intra vena (i.v), maka pemberian rute intra vena (i.v) harus dihindari. Hidroksokobalamin hanya diberikan melalui rute intra muskular.

Pada manusia sumber vitamin B12 yang berasal dari luar tubuh diperlukan untuk sintesis nucleoprotein dan myelin, reproduksi sel, pertumbuhan. Vitamin B12 sangat dibutuhkan untuk sel dengan karakteristik yang cepat (cth: sel epitel, sel sumsum tulang). Vitamin B12 dapat dirubah menjadi koenzim B12 di dalam jaringan, dan ini sangat dibutuhkan untuk merubah metilmalonate menjadi suksinat, dan sintesis methionine dari homosistein, reaksi inijuga memerlukan folat.

Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan anemia megalobastik, dan kerusakan saraf, dimana diawali dengan ketidakmampuan untuk memproduksi myelin yang diikuti degenerasi secara bertahap dari axon dan kepala saraf. Pemberian vitamin B12 secara parenteral dapat mencegah anemia dan gejala karena kekurangan vitamin B12 lainnya. (AHFS Drugs Information 2003, hlm 3512-3515)

VIT B1 & B6 (FT hal. 719)

Injeksi vitamin B1 dan B6 adalah sediaan yang berperan dalam mengatasi rasa nyeri pada jaringan saraf. Pemberian injeksi vitamin B1 dan B6 dilakukan melalui intramuskular, karena pada pembarian intravena untuk vitamin B1 secara cepat akan terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan tekanan darah yang bersifat sementara.

ANTIINFLAMASI

(Metil Prednisolon Na Suksinat)

Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik dan alergen. Gejala ini umumnya berupa : kemerahan, rasa sakit dan panas, serta pembengkakan di daerah radang. Secara mikroskopik obat ini kecuali menghambat fenomena inflamasi dini udem, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktifitas fagositis juga dapat mengambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut (proliferasi kapiler dan fibriblast, pengumpulan kalogen dan pembentukan sikatriks).

Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paliatif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang dihambat. Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini dapat digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan sering disebut life saving drug, tetapi juga mungkin menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Karena gejala antiinflamsi ini sering digunakan sebagai dasar evaluasi terapi inflamasi, maka pada penggunaan glukokortikoid kadang-kadang terjadi masking effect, dari luar nampaknya penyakit sudah sembuh tetapi infeksi didalam masih terus menjalar.

Metil prednisolon Na suksinat merupakan golongan kortikosteroid sebagai antiinflamsi yang dapat diberikan secara parenteral (IV, IM, intrasinovial,intralesi). Metil prednisolon Na suksinat ini merupakan sinonim dari deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi paling besar. (Clarke’s hal. 518)

i. Indikasi

Untuk memperbaiki kekurangan akibat insuffisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insuffisiensi primer) atau hipofisis (insuffinsiensi sekunder, untuk asma bronkial, alergi, penyakit mata, penyakit kulit, penyakit hepar, gangguan hematologik lain dan syok).

ii. Kontraindikasi

Diabetes mellitus, tukak peptik, infeksi berat, hipertensi atau gangguan kardiovaskuler lainnya patut diperhatikan.

iii. Efek Samping

penggunan terus menerus dengan dosis yang besar atau penghentian pengobatan tiba-tiba menyebabkan demam, mialgia dan malaise dan juga terjadi komplikasi yang menimbulkan pendarahan atau preforasi osteoporosis, miopati dan muka rembulan (full moon face).

Sediaan kotrtiosteroid dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa . kerjanya. Tabel 1. menunjukan penggolongan korikosteroid berdasarkan masa kerja masing-masing sediaan sesuai dengan aktifitas bilogisnya. Sediaan kerja singkat mempunyai masa penuh biologis kurang dari 12 jam, sediaan kerja lama masa paruhnya lebih dari 36 jam, sedangkan yang kerja sedang mempunyai paruh antara 12-36 jam. (Farmalogi Terapi, hal. 487)

KORTISON

Zat aktif yang digunakan adalah kortison, tetapi dikarenakan zat tersebut sukar larut dalam pelarut air, maka digunakan bentuk garamnya sebagai zat aktif yaitu, hidrokortison Na phospat, dengan dosis yang digunakan adalah 100mg/hari. Dan metode pembuatannya dilakukan secara aseptis karena hidrokortison tidak tahan pemanasan sehingga tidak dilakukan sterilisasi akhir.

PROKAIN HCl

Prokain HCl dibuat sediaan injeksi karena untuk mendapatkan efek yang lebih cepat, kita menggunakan wadah berupa vial karena sediaan injeksi Prokain HCl merupakan sediaan dosis ganda dimana pemakaiannya lebih dari satu kali. Pengawet harus ditambahkan untuk mencegah tumbuhnya mikroba sehingga sterilitas tetap terjaga.

KONTRASEPSI

(Medroksi progesterone asetat)

Kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau kehamilan. Tiga cara pemberian kontrasepsi hormonal:

1. Oral : Preparat kombinasi

2. Suntikan : Medroksi progesterone asetat, estradiol sipronat

3. Subkutan : Etanogestrel

VIT B1 (FT hal. 717-718)

Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis perifer dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti hipertesia, anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar.

KORTIKOSTEROID (FT hal. 697)

Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak; dan juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain. Karena fungsi kortikosteroid penting untuk kelangsungan hidup organisme, maka dikatakan bahwa korteks adrenal berfungsi homeostatik, artinya: pentingnya bagi organisme untuk dapat mempertahankan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan.

VIT B2 ( FT hal. 718)

Penggunaannya yang utama adalah untuk pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pellagra atau defisiensi vitamin B kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering diberikan bersama vitamin lainnya.

ESTRADIOL (FT hal. 440)

Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estradiol, estriol dan estron. Sekresi estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi estradiol menjadi estrol dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi di hepar, ketiga jenis estrogen tersebut diekskresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi dengan asam sulfat atau glukuronat.

DIAZEPAM (FT hal. 21)

Diazepam merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat karena dapat mencapai efek yang cepat.

THIAMINFENIKOL (FT hal. 659-660)

Tiamfenikol digunakan untuk indikasi yang sama dengan kloramfenikol. Selain itu juga telah diberikan untuk infeksi saluran empedu dan gonore. Dibuat suspensi rekonstitusi karena sangat cepat terurai (10menit) jika dalam bentuk larutan.

WARFARIN (FT hal. 749)

Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembekuan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi.

ANTI INFEKSI (Gentamisin Sulfat)

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.

PREFORMULASI AMPUL

Vitamin B1

( FI hal 784, DI 88 hal 2104, Martindale 28 hal 1640)

Nama lain : Tiamin HCl

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih bau khas lemah,

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, larut dalam gliserin, tidak larut dalam eter dan benzen

Dosis : 100 mg/ml (DI 88 hal 2104)

Stabilitas : terlindung dari cahaya dan simpan pada temperatur kurang dari 40°C.

Khasiat : defisiensi tiamin

Wadah : terlindung dari cahaya

Ph : 2,5 – 4,5 (Martindale 28 hal 1640)

Sterilisasi : Filtrasi

Vitamin B6

( FI IV hal 723. Martindale hal 1815 )

Nama lain : Piridoksin HCL

Pemerian : Serbuk hablur putih/ hampir putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam eter

OTT : tidak bercampur dengan larutan alkalis dan tetrasiklin, eritromisin dan streptomisin.

Stabilitas : terjaga dari udara dan cahaya

Dosis : 200 mg – 500 mg sehari.( DI 88 hal 2100)

Khasiat : Defisiensi B6 dan anemia

PH : 2 – 3,8 ( Martindale 28 hal 1643)

Sterilisasi : Filtrasi

Vitamin B12

( FI IV hal 263, Martindale 28 hal 1644, DI 88 hal 2104 )

Nama lain : Sianokobalamin

Pemerian : Hablur merah tua, atau serbuk hablur merah

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam aseton dan eter.

Wadah : wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya

Dosis : 1000 mcg/ml (DI 88 hal 2107)

Stabilitas : terlindung dari cahaya

OTT :klorpromazin HCl, pitonadione,proklorperazin, Na walfirin

PH : 3,8 – 5,5 ( DI 88 hal 2104)

Khasiat : Defisiensi Sianokobalamin

Sterilisasi : Otoklaf

Benzalkonium klorida

(excipient hal 27)

Pemerian : Gel kental atau potongan spt gelatin,putih kekuningan biasanya berbau aromatik lemah.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol

pH : 5 – 8 (untuk 10% larutan)

Stabilitas : higroskopis

OTT : alumunium, surfaktan anionik, sitrat,hidrogenpiroksida

Konsentrasi : 0,01% - 0,02%

Guna : Pengawet

Ketamin HCl

(FI IV hal 484, Martindale 28 )

Pemerian : Serbuk hablur putih, bau agak khas

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam metanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam kloroform

Farmakologi : Menghambat efek membran dan neurotransmitter, eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat

pH : 3,5 – 5,5 (FI IV hal 485)

OTT : Larutan barbiturat dan diazepam

Rute : Intravena

Stabilitas : Stabil dalam air, rentan terhadap cahaya

Sterilisasi : Otoklaf (Formulasi Nasional, hal.323)

Dosis : 20 – 40 mg (Martindale hal 753)

Khasiat : Anestesi umum

Strichinin Nitrat

( FI IV hal 761, Martindale 28, Hal 319 )

Pemerian : Hablur jarum tidak berwarna atau serbuk hablur putih rasa sangat pahit.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam gliserin, larut dalam air panas, sukar larut dalam etanol, dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter

Dosis : 1,1 mg – 6,4 mg, maks : 3,2 mg untuk 1 x pakai

pH : 5– 7

OTT : Alkali hidroksida dan karbonat, Bromida dan Iodida.

Sterilisasi : Otoklaf atau Filtrasi.

Khasiat : Stimulan SSP (menghambat aktivitas inhibitor).

Stabilitas : Larutan dapat bersifat netral dan sedikit asam pada metil merah.

Salbutamol sulfat

( Martindale 28 hal 31)

Nama lain : Albuterol sulfat

Pemerian : serbuk putih atau hampir putih

Kelarutan : mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

Stabilitas : stabilitas salbutamol sulfat dalam larutan dapar fosfat berkurang dengan meninngkatnya pH diatas 6,9.

Dosis : s.c / i.m 250-500µg yang dapat diulang sesudah 4 jam.

pH : 3,4 – 5

Khasiat : obat asma dan bronkhitis kronis.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan tidak tembus cahaya.

Sterilisasi : Otoklaf

Propranolol HCl

(FI IV hal 711, Martindale 28 hal 1325)

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter.

Stabilitas : Larutan dalam aqua akan mengalami oksidasi dari rantai samping, Isopropilamin diikuti dengan penurunan pH dan perubahan warna, sedikit terjadi peruraian pada suasana basa. Larutan paling stabil pada pH 3.

Sterilisasi : otoklaf/filtrasi

pH : 2,8 – 3,5 (dengan

Khasiat : pengobatan darurat pada aritmia berat.

Dosis : 1 mg/ml (DI 88 hal 839)

Rute : Intravena

Oksitosin

(FI IV hal 64, DI 88 1863)

Pemerian : serbuk hablur kuning, tidak berbau, rasa pahit, higroskopis

Kelarutan : tidak larut dalam kloroform dan eter, sukar larut dalam etanol mutlak, agak sukar larut dalam metanol dan etanol, mudah larut air

pH : 2,5 – 4,5

Khasiat : untuk mencegah pendarahan pasca kelahiran dan induksi pasca persalinan. (martindale 28, 1274)

Dosis : 10 unit / ml (DI 88 1863)

Rute : intra muskular

Sterilisasi : Filtrasi

Stabilitas : Injeksi oksitosin harus disimpan pada suhu dibawah 25oC, tetapi tidak boleh beku.

Dapar Asetat pH 3,5

(FI IV hal 1144)

Larutkan 25 g ammonium asetat p dalam 25 ml air, tambahkan 38 ml HCl 7M, atur pH hingga 3,5 dengan penambahan asam klorida 2M atau ammonium hidroksida 5M dan encerkan dengan air hingga 100 ml.

KLORPROMAZIN HCl

(FI IV hal 213, DI hal 1164))

Rumus molekul : C17H19CIN2S,HCl

BM : 355,32

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak krem putih; tidak berbau; warna menjadi gelap karena pengaruh cahaya

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform, tidak larut dalam eter dan dalam benzena

Khasiat : Antiemetikum dan antimual

Kontraindikasi : Menekan saraf pusat

Efek samping : Konstipasi, hipotensi, takikardia dan kemerahan pada kulit

Dosis : 25 – 50 mg setiap 3-4jam untuk i.m (DI 88 hal 1166)

Penyimpanan : Terlindung dari cahaya dan wadah tertutup rapat

pH : 3,4 – 5,4 (FI IV hal 213)

Sterilisasi : Filtrasi

Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40oC bahkan lebih baik pada suhu 15-30oC (Drug Information 2003, hal.2262)

NATRIUM BENZOAT

(FI IV, hal 585; Excipient hal 433)

Pemerian : Granul putih atau kristal, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil diudara

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%

Kegunaan : Pengawet

Konsentrasi : 0,5% untuk sediaan parental (Exipient second edition hal : 443)

Stabilitas : stabil diudara

Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (martindale 28 hal 1290)

pH : 4,5 – 7

OTT : dengan gelatin, garam besi, garam kalsium dan garam logam berat yang mengandung perak dan merkuri.

Wadah : wadah tertutup baik dan disimpan di tempat sejuk dan kering.

Insulin

( FI IV hal 464, Martindale 288 hal 844)

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter; dan dalam etanol; larut dalam larutan encer asam-asam mineral dan dalam larutan alkali hidroksida diikuti dengan peruraian.

Dosis : 100 unit/ml (DI 88 hal 1780) bisa untuk iv, im, sc, tetapi dianjurkan untuk sc

PH : 3 – 3,5 (Martindale 28 hal 844)

Stabilitas : insulin harus disimpan di lemari pendingin dan di lindungi dari pembekuan. Pembekuan pada insulin akan mengubah struktur proteinnya dan terjadi penurunan potensi insulin. Insulin degan formulasi PH netral lebih stabil daripada menggunakan asam.Pada suhu 25°C insulin stabil dalam 30 bulan. Dengan protein lain dan peptide, insulin mengalami agregasi dengan berkurangnya bioaktivitas insulin. Agregasi juga dapat terjadi di permukaan air.

Sterilisasi : Filtrasi

Khasiat : Anti diabetes

Gliserin

(FI IV hal 413)

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

Konsentrasi : 30 – 50 % ( sebagai solvent parentral ) (Excipient hal 257)

Guna : antimikroba, emolient, humektan, plastizer, solvent, pemanis, tonisitas

Stabilitas : Bersifat higroskopis, dekomposis oleh pemanasan. Gliserin akan mengkristal pada suhu rendah.

Inkompatibilitas : Kromium trioksida, potasium klorat, potasium permanganat (Excipient hal 258)

Sterilisasi : oven 150oC selama 1 jam

Wadah : dalam wadah tertutup rapat. Ditempat berudara kering dan dingin

Fenol

(FI IV hal. 663 ;Exipient second edition hal 336 )

Pemerian : hablur bentuk jarum atau massa hablur; tidak berwarna atau putih atau berwarna merah muda, bau khas.

Kelarutan : larut dalam air; sangat mudah larut dalm etanol, gliserin, kloroform, eter,dan minyak menguap tertentu; agak sukar larut dalam minyak mineral.

Guna : desinfektan, anastetik lokal, antimikroba

Konsentrasi : 0,5 % (sebagai pengawet injeksi )

Stabilitas : oleh udara dan cahaya berubah warna menjadi merah atau coklat, perubahan terjadi karena adanya senyawa logam. Senyawa pengoksidasi juga dapat menyebabkan perubahan warna. Stabil dalam bentuk larutan air.larutan minyak untuk injeksi sebaiknya disterilkan dalam wadah tertutup rapat dengan pemanasan kering.

Inkompatibilitas : albumin dan gelatin. Menjadi cair bila dicampur dengan kampor, mentol, thimol, asetaminofen, fenasetin, kloralhidrat, fenazon, etil amonibenzoat, fenil salisilat, resorsin, terpinhidrat, sodium fosfat.

Sterilisasi : oven

Wadah : dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya, pada suhu tidak lebih dari 15ºC

ZnCl2

(FI IV hal 835, Martindale 28 945)

Pemerian : Serbuk hablur atau granul hablur, putih atau hampir putih, dapat berupa massa seperti porselen atau berbentuk silinder, sangat mudah mencair, larutan (1 dalam 10) bereaksi asam lakmus

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam gliserin. Larutan dalam air atau dalam etanol biasanya agak keruh, tetapi kekeruhan hilang jika ditambahkan sedikit asam klorida.

Konsentrasi : 0,1 - 0,4%

Wadah : dalam wadah tertutup rapat

Sterilisasi : filtrasi

pH : 4,6 – 6

HidroKortison sodium phosphat

(Martindale 28 hal 475)

Pemerian : Berwarna putih sampai kekuningan, berbau lemah atau praktis

tidak berbau, serbuk higroskopis

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol

pH : 7,5 – 9 (setiap 0,5 % dalam air)

Stabilitas : Harus disimpan pada suhu kurang dari 40°C, labil terhadap panas, lindungi terhadap cahaya

Khasiat : Anti inflamasi, kekurangan akibat insufisiensi korteks adrenal.

Dosis : 15-240 mg perhari, 50 mg/ml (DI 88 )1724

OTT : Dengan beberapa macam obat, yang dipengaruhi oleh temperatur, pH, dan konsentrasi obat tersebut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Sterilisasi : Filtrasi

Na Sitrat

( FI IV hal 588, Handbook of Pharmaceutical Excipient hal 443 )

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih

Kelarutan : Dalam bentuk hidrat mudah larut

dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol.

Incompatible : dengan asam.

Penyimpanan : dalam wadah kedap udara.

Kegunaan : Dapar sitrat pH 3

Kadar : 0,3-2,0 %

pH : 7,0 – 9,0

OTT : dengan garam alkaloid, kalsium, larutan hidroalkohol

Sterilisasi : autoklaf

Natrium Hidroksida

( FI IV hal 589 )

Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur, bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbon dioksidan dan lembab

Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol.

Penyimpanan : simpan dalam wadah tertutup rapat..

Digoksin

( DI 2003 hal. 1583-1585; Martindale 28 hal. 531-539; HB Injectable drugs hal.411-414, FI IV hal 317 )

Pemerian : hablur jernih hingga putih atau serbuk hablur putih tidak berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam eter. Mudah larut dalam piridina,sukar larut dalam etanol encer dan dalam kloroform.

Dosis : Untuk dosis inisial (awal 250 - 500 µg ), diikuti 250 µg setiap 4-6 jam. Dosis maksimum untuk 1 hari hingga 1 mg. (Martindale 28 hal. 537)

Rute pemberian : Intravena

pH sediaan : 6,6-7,4

Stabilitas : Digoxin terhidrolisis dalam larutan asam dengan pH < style=""> namun pada pH 5-8, digoxin tidak terhidrolisis dalam larutan. Larutan 0,25 mg/ml Digoxin mempertahankan potensinya untuk 3 bulan pada suhu kamar dalam peti besi.

Kegunaan: Sebagai glikosida jantung dengan efek inotropik positif untuk pasien gagal jantung.

OTT : Dengan asam dan basa.

Sterilisasi : Larutannya dalam alkohol dapat disterilkan dengan otoklaf. (Martindale hal 531)

Etanol

( Excipients hal.7-8 ),( FI IV hal 63)

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih,tidak berwarna.Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktid bercampur dengan semua pelarut organik

Konsentrasi : 5 - 10 %

Rute pemberian : intravena

Kegunaan : digunakan pada sediaan parenteral sebagai bahan pengisotonis dan asupan ion natrium dan klorida.

OTT : pada suasana asam bereaksi dengan zat pegoksidasi dan jika bereaksi dengan alkali akan berubah warna menjadi gelap.

Sterilisasi : Dengan otoklaf atau filtrasi

Penyimpanan : wadah tertutup rapat, dan di tempat sejuk

Propilen Glikol

( Excipients hal. 407- 408, FI IV hal 712)

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap iar pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dalam kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dalam minyak lemak.

Konsentrasi : 10-60 %

Kegunaan : pengawet (anti mikroba), pelarut atau kosolven yang dapat bercampur dengan air

OTT : Dengan bahan pengoksidasi seperti kalium permanganat

Stabilitas : Stabil ketika bercampur dengan etanol 95%, dan air. stabil pada suhu sejuk dan dalam wadah tertutup rapat, tapi pada temperature tinggi dan terbuka dapat mengalami oksidasi. Stabil jika dicampurkan dengan etanol (95%), gliserin atau air’

Sterilisasi : Dengan otoklaf

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan di tempat sejuk dan kering

Diazepam

(FI IV, hal. 303)

Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning, praktis tidak berbau..

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam propilen glikol, larut dalam alkohol.

pH : 6,2 – 6,9 (FI IV hal.305)

Stabilitas : injeksi Diazepam harus terlindung dari cahaya dan disimpan pada suhu 15-30 oC

Khasiat : Antikonvulsi

Dosis : Dewasa i.v 5 mg/ml (DI 2003 hal. 2366)

Kontraindikasi : Tidak untuk pasien yang hipersensitivitas terhadap Diazepam.

Interaksi : antidepresan lain, sedatif, anti histamin, opioid analgetik. ( stockley’s Drug Interaction, 7th ed. Hal.43).

Sterilisasi : Filtrasi

Wadah : dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca tipe 1, terlindung dari cahaya.

Benzil alkohol

(Handbook of pharmaceutical, hal 35)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau aromatik lemah; rasa membakar tajam. Mendidih pada suhu 206 oC tanpa peruraian . netral terhadap lakmus.

Kelarutan : agak sukar larut dengan air, mudah larut dalam etanol 50% bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan kloroform.

Kegunaan : pengawet

Stabilitas : dapat mengalami oksidasi secara perlahan di udara.

OTT : dengan zat pengoksidasi dan asam kuat.

Konsentrasi : 10%

Sterilisasi : autoklaf atau filtrasi.

Wadah : wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya dan disimpan di tempat sejuk dan kering.

Asam sitrat monohidrat

(FI IV hal 48)

Pemerian : hablur bening/tidak berwarna/serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau/praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.

Kegunaan : Dapar sitrat pH 3

Ampisilin Sodium

(FI IV hal 106; Martindale”the complete Drug Reference” hal 181)

Rumus molekul : C16H18N3NaO4S

Pemerian : serbuk putih atau hampir putih, larut dalam air, sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam paraffin cair,dan minyak lemak.

( martindale hal 181)

Kelarutan : larut dalam air, sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam paraffin cair,dan minyak lemak (Martindale hal 181)

Sifat fisika kimia : Ampisilin natrium Steril mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 854µg dan tidak lebih dari 988 µg ampisilin, C16H19N3O4S per mg.pada saat penggunaan larutan terkonstitusi dibuat dari larutan Ampisilin natrium steril yang memenuhi syarat untuk larutan terkonstitusi pada injeksi.( FI IV hal 106)

Dosis : 1,5 – 3 g ; Perbandingan 2:1

( DI halaman 395)

Khasiat : infeksi Meninghitis ( DI halaman 395)

Ph : 8.0 – 10.0 ( Martindale hal 181)

Stabilitas : stabilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk konsentrasi, pH, temperatur. Stabilitas meningkat oleh sodium bikarbonat,dan laktat.disarankan bahwa dalam pembuatan rekonstitusi ampisilin sodium untuk injeksi seharusnya dalam waktu 24 jam preparasi nya dan disimpan pada suhu 2ºdan 8ºC tetapi tidak sampai beku.

OTT : pada beberapa obat , termasuk beberapa antibacterial pada konsentrasi yang tinggi, dan juga pada larutan yang mengandung glukosa

Wadah dan penyimpanan : simpan dalam tempat kedap udara, ( Martindale hal 181).

Lindungi larutan terkonstitusi dari pembekuan. (FI IV hal 107 ).

Sterilisasi : Aseptis

Sulbaktam Sodium

( Martindale hal 298 )

Rumus molekul : C8H10NNaO5S = 255,2

Pemerian : putih atau hampir putih, higroskopis, serbuk kristal.

Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol,sukar larut dalam etil asetat.

pH : 5,2 – 7,2

Khasiat : antibacterial ( martindale hal 298)

Dosis : 1,5 – 3 g ( Di 2003 hal 395)

Stabilitas : setiap 5% larutan dalam air memiliki pH 5,2 sampai 7,2 (Martindale hal 298)

Penyimpanan : hindari dari udara luar ( dalam kedap udara) (Martindale hal 298)

Sterilisasi : Aseptis

Aminophyllin

(FI IV Hal 90 , Martindale ed.35 hal 1000-1001, Martindale edisi 31 hal1651, DI 2003 hal 3487)

Pemerian : Butir atau serbuk putih atau agak kekuningan,bau ammonia lemah, rasa pahit.

Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam air. Larutan 1 gram dalam 25ml air menghasilkan larutan jernih; larutan 1gram dalam 5ml air menghablur jika didiamkan dan larut kembali jika ditambah sedikit etilendiamin.

PH : 8,6-9,0 (FI IV hal 92)

Stabilitas : Stabil pada suhu kamar dan pada PH 3,5-8,6 selama 48 jam pada suhu 25 C. Jika dibiarkan di udara terbuka, perlahan kehilangan etilendiamin dan menyerap karbondioksida dengan melepaskan teofilin.

Khasiat : Antiasma, diuretikum, bronkodilator.

Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal bebas karbondioksida dari kaca tipe 1, terlindungi dari cahaya.

OTT : asam , klorpromazin HCl, clindamycin phospat, corcotrophin, dimenhidrinat, eritromicin gluceptate, hidralazin HCl, prokain HCl, prametazin HCl, vancomisin HCl.

Sterilisasi : otoklaf/filtrasi

Dosis : 25 mg/ml (Aminofilin mengandung 84,0 dan 87,4% teofilin dan 13,5 – 15,0% etilendiamin).

(DI 2003 hal 3488, Martindale edisi 31 hal 1651)

Rute : Intravena

Teofilin

(FI IV hal. 783)

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan sukar larut dalam larutan alkali dan ammonium hidroksida , agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter.

Stabilitas : stabil di udara

Sterilisasi : otoklaf

Etilendiamin

(FI IV hal. 112)

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna atau agak kuning, bau seperti amoniak, bersifat alkali kuat

Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol

Amikasin Sulfat

(FI IV hal 86-87, Martindale hal 1086, DI 2003 hal 67, Hanbook on Injectable Drugs hal 30)

Pemerian : serbuk hablur putih

Kelarutan : mudah larut dalam air

pH : 2,0 – 4,0

Khasiat : antimikroba

Stabilitas : amikasin sulfat dalam larutan dapat mengalami oksidasi oleh udara, yang dapat menyebabkan perubahan warna. Namun perubahan warna ini tidak mempengaruhi potensi dari amikasin sulfat

OTT : dengan amfoterisin, ampisilin sodium, cefapirin sodium, cephalothin sodium, chlorothiazide sodium, diinaktifkan secara invitro oleh penisilin dan sefalosporin, jika dibuffer dengan air maka potensinya akan berkurang.

Dosis : dewasa dan anak-anak i.m = 15 mg/kg BB (Drug Information 2003 hal 67)

Sterilisasi : Autoklaf (Handbook on injectable drugs)

Wadah : dalam wadah tertutup rapat

Jalur : Intramuskular

Natrium bisulfit

( Handbook of Pharmaceutical Excipient hal 452)

Pemerian : serbuk kristal putih

Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol

Guna : Antioksidan

Kadar : 0,01-1,0 %

Stabilitas : agak higroskopis, kurang stabil bila terpapar dengan udara

Sterilisasi : autoklaf

Asam sulfat

(FI IV hal 53)

Pemerian : cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat tajam dan korosif

Kelarutan : bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan panas

Wadah : dalam wadah tertutup rapat

AMPUL

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.(Lachman hal.1254)

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachman hal 1292)

Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt hal. 464)

Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga penggunaannya untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat tua.

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara dalam keadaan:

1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal

2. Tidak perlu isotonis

3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan

alkohol 70 %

4. Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi

Injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak tahun 1660, meskipun demikian perkembangan pertama injeksi semprot baru berlangsung pada tahun 1852, khususnya pada saat dikenalkannya ampul gelas, untuk mengembangkannya bentuk aplikasi ini lebih lanjut. Ampul gelas secara serempak dirumuskan oleh apoteker LIMOUSIN (Perancis) dan FRIEDLAENDER (Jerman) pada tahun 1886.

Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya hambatan pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak dan larutan minyak biasanya tidak dapat diberikan secara subkutan, karena akan timbul rasa sakit dan iritasi. Jaringan otot mentolerasi minyak dan partikel-partikel yang tersuspensi cukup baik, di dalam minyak sehingga jaringan tersebut merupakan satu-satunya rute yang biasanya cocok untuk minyak dan suspensi dalam minyak.

Persyaratan dalam larutan injeksi :

Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi :

- Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya.

- Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah.

- Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang.

Intravena

Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.

Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemerian lewat IV.

Syarat pemerian obat secara IM :

1. dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air lebih cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak.

2. dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot rangka

3. tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan pembuluh-pembuluh darah utama.

4. pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan utnuk suntik IM, adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel sempit dan komponen utama adalah lemak, Bukan otot

5. tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh dari syaraf radial.

6. Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila disuntuikan didaerah glutel dan 2 ml bila di deltoid.

Injeksi Antibiotik untuk Meningitis

Meningitis merupakan peradangan meningen biasanya disebabkan bakteri atau virus.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus coxsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis limfositik.

Ampisilin merupakan salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati meningitis. Penggunaanya biasa dikombinasi dengan sulbaktam untuk meningkatkan aktivitas nya. Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375 mg kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada air pada waktu yang lama.

Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam

Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat sebelum digunakan.

Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.

Suspensi kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa granukasi. Granulasi adalah suatu metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir serbuk.

Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :

1. Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur

2. Memiliki sifat alir yang baik

3. Tidak terlalu kering

4. Hancur baik dalam air

5. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan

Injeksi Antiasma

Asma adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis yang disertai serangan sesak napas akut secara berkala mudah tersengal-sengal dan batuk (dengan bunyi khas). Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah pada malam hari dan meningkatkan ambang rangsang (hiperreaktivitas) bronchi terhadap rangsangan alergis maupun non alergis.

Aminofilin digunakan sebagai antiasma golongan beta2-mimetika yang mempunyai indikasi sama dengan teofilin sebagai bronkodilator. Pada bronkospasme yang akut aminofilin diberikan melalui intravena secara injeksi atau infuse. (Obat-Obat Penting)

Injeksi Aminofilin

Teofilin secara langsung merelaksasi otot polos pada saluran pernafasan, menyebabkan bronkodilatasi serta meningkatkan sirkulasi pernafasan dan kapasitas vital paru-paru.

Injeksi Amikasin

Amikasin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang memiliki khasiat untuk mengatasi basil gram negatif terutama Pseudomonas. Zat ini terutama digunakan untuk terapi singkat pada infeksi yang resisten terhadap aminoglikosida lain.

Injeksi Antihipertensi Golongan Beta – Bloker

Propanolol HCl adalah bentuk garam dari Propanolol yang lebih mudah larut dalam air. Memiliki khasiat sebagai anti hipertensi (β-blocker) yang digunakan secara intra vena (i.v).

Propanolol HCl merupakan obat antiaritmia dari kelas II β-bloker. Propanolol HCl memperlihatkan dua efek langsung lain yang berkaitan dengan efek antiaritmia, yaitu meningkatkan arus masuk ion K+ dan pada kadar yang tinggi menekan arus masuk ion Na+ yang dikenal sebagai efek stabilitas membran. Dalam keadaan darurat, propanolol dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-3 mg diberikan dalam beberapa menit. (farmakologi dan terapi hal 308).

Injeksi Vitamin C

Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi tertentu seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemmberian secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat IV.

Injeksi Atropin Sulfat

Injeksi atropin sulfat adalah larutan steril atropine sulfat dlam air untuk injeksi yang telah dibuat isotonic dengan penambahan NaCl (FI IV hal 117).

Persyaratan : Mengandung atropine sulfat (C17H23NO3)2.H2SO4.H20 , tidak kurang dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

Farmakologi : Pengaruh atropine sulfat terhadap jantung bifasik, atropine juga dapat menghambat bradikardia, yang ditimbulkan oleh obat kolinergik. Atropine tidak mempengaruhi tekanan darah secara langsung. Atropine juga ttidak berefek terhadap sirkulasi darah bila diberikan sendiri.

Injeksi Oxytocin (Intramuskular)

Oksitosin (ŏk'sĭ-tō'sĭn) (bahasa Yunani: "kelahiran cepat") adalah hormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran.

Injeksi oksitosin adalah larutan steril dalam pelarut yang sesuai, bahan yang mengandung hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan kontraksi otot rahim, otot vaskular, dan otot halus lain, yang dibuat dengan sintesis atau diperoleh dari globus posterior kelenjar pituitaria hewan peliharaan sehat yang biasa dimakan.

Injeksi Ampicilin

Salah satu zat aktif yang dapat dibuat kedalam sediaan injeksi adalah ampisillin. Ampisillin merupakan suatu antibiotik. Umumnya injeksi ampisillin diberikan melalui rute intravena (i.v) atau melalui rute intramuskular (i.m). Efek yang dihasilkan secara intravena lebih cepat bila dibandingkan dengan pemberian secara intramuskular. Pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat. Rute ini diberikan jika penderita tidak sadarkan diri, tidak dapat menerima obat melalui oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian lain.

Injeksi Vitamin A ( Intramuscular )

Vitamin A, dikenal dengan nama Retinol atau Asam Retinoik. Vitamin A adalah salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Molekul lemak pulalah yang mengantarkan vitamin ini ke seluruh bagian tubuh. Artinya bila kita tidak mengkonsumsi lemak sama sekali, maka kita tidak bisa mendapatkan manfaat vitamin tersebut

Mengingat bahwa tubuh kita tidak bisa memproduksi vitamin A, maka satu-satunya cara adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A. Vitamin ini bisa didapat dari makanan yang berasal dari hewan maupun dari tumbuhan. Sebenarnya bukan vitamin A yang dikandung sayuran tersebut, tapi beta karoten. Beta karoten inilah yang kemudian diubah tubuh menjadi vitamin A.

Vitamin A sangat berguna untuk penglihatan, terutama di malam hari. Juga bermanfaat untuk kekebalan tubuh, pembentukan dan pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan dan selaput kulit. Meski tak banyak orang yang tahu, vitamin A sebenarnya ikut mempengaruhi pertumbuhan gigi dan tulang belulang yang sehat.

Vitamin A dibuat dalam bentuk sediaan injeksi dan digunakan oleh pasien yang memerlukan efeknya secara cepat. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.

Injeksi Epinefrin HCl

Zat aktif yang digunakan adalah kortison, tetapi dikarenakan zat tersebut sukar larut dalam pelarut air, maka digunakan bentuk garamnya sebagai zat aktif yaitu, hidrokortison Na asetat, dengan dosis yang digunakan adalah 100mg/hari. Dan proses sterilisasi secara aseptis.

Pada injeksi ini digunakan pemakaian dosis ganda, sehingga diperlukan penambahan pengawet. Karena dalam pengambilannya selalu berulang sehingga kemungkinan terkontaminasi dengan udara sangat mudah. Pengawet yang digunakan yaitu Benzalkonium klorida yang berfungsi sebagai anti mikrobal.

Hal-hal yang harus diperhatikan :

1. Tidak perlu pengawet, karena merupakan takaran tunggal

2. Tidak perlu isotonis, kecepatan untuk subkengan udara panas suhuutan dan i.v volume besar

3. Tidak perlu dapar untuk mempertahankan stabilitas pHnya. Dicari cara sterilisasi yang sama, jika pH yang lewat asam, basa itu dikhawatirkan bila tidak ada dapar. Misalnya pH 5/9 sebaiknya didapar

4. Isi melalui buret, dimana ujungnya disterilkan dulu dengan alkohol 70% dengan kapas

5. Bilas buret dengan larutan obat sebelum diisi

Injeksi Propanolol (Intravena)

Propanolol HCl merupakan obat antiaritmia dari kelas II β-bloker. Propanolol HCl memperlihatkan dua efek langsung lain yang berkaitan dengan efek antiaritmia, yaitu meningkatkan arus masuk ion K+ dan pada kadar yang tinggi menekan arus masuk ion Na+ yang dikenal sebagai efek stabilitas membran. Dalam keadaan darurat, propanolol dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-3 mg diberikan dalam beberapa menit. (farmakoligi dan terapi hal 308)

Injeksi Digoksin ( Intravena )

Injeksi Digoxin adalah larutan steril digoksin dalam pelarut yang sesuai. Digoksin merupakan glikosida kardiotonik yang diperoleh dari daun Digitalis lanata. Digoksin, manfaatnya pada gagal jantung kongestif terutama karena efek peningkatan kontraktilitas jantung, sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena berkurang dan akan mengurangi gejala bendungan. Selain itu juga menyebabkan perlambatan denyut ventrikel dan fibrilasi dan flutter atrium, namun pada dosis toksik dapat menimbulkan aritmia. Injeksi digoksin dibuat dalam bentuk suspensi, karena digoksin merupakan zat aktif yang tidak larut dalam air. Agar larut dan stabil maka digunakan zat tambahan yaitu suspending agent. Suspending agent yang digunakan adalah CMC Na (Carboxymetylcellulosa natrium) dengan konsentrasi 0,05 – 0,75 %, digunakan dalam konsentrasi yang rendah agar dapat bercampur dengan darah dan tidak menghambat aliran darah.

Zat pengisotonis tidak digunakan dalam sediaan ini karena voleme sediaan kecil yaitu 1 ml. Zat pengawet juga tidak digunakan karena sediaan ini merupakan dosis tunggal. Sebelum dicampur dengan suspending agent, digoksin digerus terlebih dahulu agar ukuran partikelnya lebih kecil dan seragam sehingga lebih mudah terdispersi dan tidak mengendap ketika digunakan. Rute pemberian adalah secara intravena yang menimbulkan efek lebih cepat daripada intramuscular atau subcutan karena digoksin merupakan obat jantung yang efeknya harus cepat selain itu pemberian intramuscular dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan nekrosis.

Injeksi Diazepam ( Intravena )

Diazepam merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat katrena dapat mencapai efek yang cepat.

Injeksi Strikinin NO3 ( Intravena )

FARMAKOLOGI

Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmitor penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pasca sinaps. Striknin menyebabkan perangsangan pada semua bagian SSP. Obat ini merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Sifat khas yang lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan perabaan.

Injeksi Vitamin D ( Intravena )

Salah satu zat aktif yang dapat digunakan pada sediaan injeksi adalah vit.D. dalam praktikum ini akan dibuat sediaan injeksi yang mengandung calcitriol yaitu 1,25- dihidroksikolekalsiferol yang merupakan analog dari vitamin D.injeksi calcitriol adalah larutan obat steril dan isotonis yang mempunyai pH mendekati 7, berkhasiat sebagai hipokalsemia.

Injeksi Klopromazin (Intramuscular)

Injeksi klorpromazin adalah sediaan larutan steril yang mengandung klorpromazin hidroklorida dalam air injeksi (British Pharmacopeia 2007, hal. 2419) yang diberikan melalui rute intramuskular (BNF 37, hal169).

Injeksi Hidrokortison

Pemberian hidrokortison bertujuan untuk memperbaiki kekurangan akibat insufisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insufisiensi primer) atau hipofisis (insufisiensi sekunder). Hidrokortison juga diberikan pada pasien reumatoid yang sifatnya progesif, dengan pembengkakan dan nyeri sendi yang hebat sehingga mengganggu sosio-ekonomi pasien, meskipun telah diberikan istirahat, terapi fisik, dan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid. Hidrokortison bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi traskripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologik steroid. (Farmakologi dan terapi ed 4 hal 485, 496)

Injeksi Gagal Jantung (Intravena)

Digoksin adalah glikosida jantung yang diekstraksi dari daun Digitalis lanata. Pengaruh glikosida jantung terhadap otot jantung tergantung dosis dan berupa efek langsung terhadap otot jantung serta sistem konduksi dan efek tidak langsung terhadap sistem kardiovaskuler yang dihantarkan melalui sistem saraf otonom

Injeksi Hipoglikemia

Injeksi hipoglikemia adalah injeksi yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah. Biasanya digunakan pada penderita yang mengalami kelebihan gula darah. Keadaan ini biasanya disebut dengan diabetes. Antidiabetik merupakan kelompok obat yang digunakan dalam pengobatan diabetes mellitus (DM) dan dibedakan atas insulin dan antidiabetik oral. Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari pankreas babi maupun sapi tetapi kini telah dapat disintesis dengan teknologi rekombinan DNA menggunakan E.coli.

Berdasarkan mula dan lama kerjanya jenis insulin dibedakan atas :

1. Insulin kerja singkat (short acting) disebut juga soluble, regular insulin

2. Insulin kerja sedang (intermediate acting)

3. Insulin kerja sedang dengan mula kerja singkat

4. Insulin kerja lama (long acting)

Insulin diberikan subkutan dengan tujuan mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal sepanjang hari yaitu 80-120 mg% dan saat puasa 80-160 mg% setelah makan. Untuk usia di atas 60 tahun, batas ini lebih tinggi yaitu puasa kurang dari 150 mg% dan kurang dari 200 mg% seteleh makan.

Dosis dan frekuensi penyuntikan ditentukan berdasarkan kebutuhan setiap pasien akan insulin, oleh karena itu pasien harus diajarkan memantau kadar gula darahnya sendiri.

Injeksi Anti Radang – Anti Rematik

Dexamethason mempunyai kegunaan sebagai anti inflamasi. Dexamethason dibuat sediaan injeksi karena untuk mendapatkan efek yang lebih cepat. Wadah yang digunakan berbentuk ampul karena sediaan injeksi dexamethason merupakan sediaan dosis tunggal dimana pemakaiannya hanya untuk satu kali. Pengawet harus ditambahkan untuk menjaga tumbuhnya mikroba sehingga sterilitas tetap terjaga.

Injeksi Teofilin

- Aminofilin merupakan kompleks 2:1 dari Teofilin dan etilendiamin (Handbook on Injectabe hal 85)

- Teofilin sebagai z.a untuk antiasma

- Etilendiamin digunakan agar terbentuk kompleks aminofilin yang mudah larut dalam air

- Bentuk pemberian adalah injeksi iv yang digunakan dalam wadah dosis tunggal ampul

- Tidak perlu ditambahkan pengawet karena sediaan dalam wadah dosis tunggal

- Sterilisasi akhir dengan autoklaf karena zat tetap stabil pada pemanasan tinggi

FORMULA VIAL

Injeksi Kortikosteroid

Formula jadi

Deksametason Na fosfat 25 mg (DI 88 hal 1720)

Benzil alkohol 0,5%

Aqua p.i ad. 5 ml

Latar belakang

- Deksametason Na fosfat sebagai zat aktif untuk mengatasi kondisi alergi yang kronik secara i.m (5x suntik @ 5mg/ml)

- Benzyl alcohol sebagai pengawet untuk wadah takaran ganda

- Pembuatan : aseptis dalam LAF

Deksametazon Na fosfat : Radiasi gama

Benzyl alcohol : otoklaf

Aqua p.i : otoklaf

- Wadah : vial + aluminium foil

Rendam tutup dengan pengawet benzyl alcohol 0,5 % 30 menit

Injeksi Vitamin B1

Formula jadi

Thiamin HCl 500mg (DI 88 hal 2103)

Klorbutanol 0,5% (Martin 28 hal 1639)

Dapar asetat pH 2,45

Aqua p.i ad. 5ml

Latar belakang

- Thiamin HCl sebagai zat aktif untuk defisiensi vit b1 yang parah pada orang dewasa sehingga 5x suntik (@100mg/ml)

- Klorbutanol digunakan sebagai pengawet karena merupakan sediaan dalam wadah takaran ganda

- Dapar asetat pH 2,45 digunakan karena vitamin b1 lebih stabil pada pH 4 atau kurang (Martin)

- Pembuatan : aseptis dalam LAF

Vit b1 : Radiasi gama

Klorbutanol : Gas ETO

Dapar aseta pH 2,45 : otoklaf

- Wadah : vial + aluminium foil

· N B: vial coklat

· Tutup karet ial direndam dengan chlorbutanol 0,5 % selama 30 menit

Injeksi Adrenalin

Formula

Injeksi Adrenalin ( Efinefrin )

Tiap vial mengandung :

Epinefrin HCl 0,5 mg/ mL

Na bisulfit 0,15 %

Chlorobutanol 0,5 %

HCl ad. pH 2,2 - 5

NaCl 0,9 % ad. 5 ml

Latar belakang pemilihan formula

a. Na bisulfit digunakan sebagai antioksidan karena epinefrin dapat teroksidasi oleh udara dan berubah warna menjadi pink; sebagai pendapar karena epinefrin punya rentang pH yang dapat menyebabkan terjadi degradasi.

b. Chlorobutanol digunakan sebagai pengawet karena sediaan yang dibuat dalam dosis ganda

c. NaCl 0,9% digunakan sebagai pelarut dimana chlorobutanol lebih stabil

d. HCl digunakan sebagai peningkat pH hingga diperoleh pH asam

Perhitungan dan penimbangan

Volume total Vial (untuk 8 vial )

= ( n x v ) + ( 10 % x VT )

= ( 8 x 5 mL ) + (10 % x 40 mL )

= 40 mL + 4 mL

= 44 mL

Penimbangan

1 vial = 5 ml

Volume larutan 1 vial

= volume + (10% x volume)

= 5 ml + (10% x 5 ml)

= 5,5 ml

Volume larutan 8 vial = 5,5 ml x 8

= 44 ml

Epinefrin HCl = x 44 ml

= 4,4 mg

Na bisulfit = x 44 ml

= 13,2 mg

Chlorobutanol = x 44 ml

= 44 mg

NaCl 0,9 %

= 44 mL – ( 0,0044 + 0,0132 + 0,044 ) mL

= 43,9384

Injeksi Deksametason

Fornas hal 94

Tiap 4 ml mengandung :

Dexamethason Natrium fosfat 10 mg

Na Benzoat 0,5 %

Aqua p.i ad 4 ml

Latar belakang pemilihan formula :

a. Dexamethason Natrium fosfat digunaka karena mudah larut larut dala air sedangkan dexametason praktis tidak larut dalam air, karena sediaan injeksi akan dibuat menggunakan air sebagai pelarut

b. Digunakan aqua pi suatu pembawa yang berfungsi sebagai pelarut.

c. Pengawet yang digunakan adalah Na. Benzoat yang berfungsi sebagai antimikroba. Digunakan pengawet karena injeksi dalam wadah vial pengambilannya berulang dan mudah terkontaminasi dengan udara. Na. Benzoat dengan pH 8,0 bisa untuk mempertahankan pH zat aktif.

d. Dosis Dexamethason Natrium Fosfat dipilih 10 mg ditujukan kepada penderita edema serebral (0,5-24 mg/hari)

e. Sterilisasi pada Dexamethason Natrium Fosfat digunakan dengan cara filtrasi karena stabilitas dexamethason tidak tahan panas atau tidak stabil

Dibuat 8 vial vial 4 ml :

V = vol + ( 10-30% )

= (8 x 4 ml) + (30% x 8 x 4 ml)

= 41,6 ml ~ 45 ml

Dex. Na. fosfat = 45 ml x 10 mg = 112,5 mg

4 ml

Na. Benzoat = 0,5 x 45 ml = 0,255 g

100

Aqua pi = 45 ml – (0,1125 + 0,255)

= 44,6325 ml

Injeksi Vitamin B12

Sianokobalamin 1 mg

Benzalkonium klorida 0,01 %

Aqua pro injeksi ad 1ml

Injeksi Vitamin K (Vial)

(punya yuki)

Asam ktraneksamat 1 g

(Martindale 28 hal 738,

Formulasi dasar di Martindale 28 hal 739)

Benzalkonium klorida 0,01 %

Aqua pi ad 10ml

Penggunaan : 2 x suntik shari

Latar belakang :

asam traneksamat sbg hemostatik pd gangguan pendarahan

Sterilisasi : Autoklaf.

Injeksi vitamin K (Vial)

Vitamin K3 (punya yuki)

Menadiol Na. Difosfat 25 mg ( DI 88 hal 2119 )

Benzalkonium klorida 0,01 %

Na metabisulfit 0,01 %

Aqua pi ad 5 ml → u/ 5x suntik

Latar belakang :

Indikasi : pengobatan hipoprotrombinemia dipilih zat aktif tersebut karena lebih larut air ( derivat)

Pembuatan : Autoklaf

Wadah : Ampul Coklat

Injeksi hemostatik

Rencana formula :

Vitamin K 5 mg/mL

Na metabisulfit 0,01%

Propil paraben 0,1%

Ol.sesami ad 10 mL

Volume larutan yang akan dibuat

Untuk 1 vial

V = V’ + (20%xV’) mL

= 10 + (20%x10) mL

= 12 mL

Vitamin K : 5 mg/mL x 12 mL = 60 mg

Na metabisulfit : 0,03% x 12 mL = 3,6 mg

Propil paraben : 0,1% x 12 mL =12 mg

Formula Jadi

Vitamin K 5 mg/mL

Na metabisulfit 3,6 mg

Propil paraben 12 mg

Ol.sesami ad 10 mL

Injeksi estradiol

Formula jadi :

Estradiol Benzoat 5 mg

BHT 0,03 %

Oleum Sesami pi ad 5 ml

Latar Belakang :

Dosis Estradiol Benzoat 1 mg, sebagai suplai estrogen pada wanita menopouse ( Martindale P

Digunakan antioksidan (BHT) karena digunakan pembawa minyak yang mudah teroksidasi.

Tidak perlu pengawet karena minyak bukan merupakan media pertumbuhan mikroba.

Rute : IM

Sterilisasi : Oven 150 ºC, 1 jam

Injeksi Vit B2 ( Riboflavin ) ( Vial )

Riboflavin 10 mg ( Martindale 28 hal 1642 )

Benzalkonium klorida 0,01 %

- Larutan jenuh Nikotinamid ad 4 ml

(Martindale 28 1650 )

- Sterilisasi : Autoklaf

- Wadah : Vial coklat

- Riboflavin sbg pengobatan defisiensi riboflavin

- Dosis penyuntikan : 5 mg / 2 ml. u/ 2 x suntik

- Nikotinamid u/ menambahkan kelarutan riboflavin.

- Larutan jenuh = 1 : 1 → nikotinamid: Aqua pi

- Jd diperlukan 4,4 g nikotinamid dlm 4,4 ml aqua pi ( stlh ditambahkan kelebihan vol 10 % )

Injeksi Kortison

R/ Hidrokortison Na phospat 500 mg

Benzalkonium klorida 0,02 %

Aqua P.I ad 5 ml

Injeksi Hidrokortison ( 12 ampul )

Rekonstitusi (punya yuki)

Formula jadi

Hidrokortison Na. Fosfat 50 mg

Aqua pi ad 10 ml

Tiap Vial mengandung :

Hidrokortison Na. Fosfat 50mg

Tiap Ampul mengandung :

Aqua pi ad 10 ml

Teknik pembuatan : Aseptis ( LAF ), ( Filtrasi )

Latar belakang :

Hidrokortison Na. Fosfat sbg kortikosteroid u/ terapi pengganti pd pasien dgn kelainan adrenocortical,

Rute scr IV atau IM

Injeksi Vitamin B1 dan B6

Dibuat volume vial 5 ml

Jumlah vial yang dibuat 8 buah

Jumlah volume larutan dapar yang akan dibuat

= 5,5 ml x 8 buah + (30% (5,5 ml x 4 buah))

= 57,2 ml ~ 60 ml

- Vitamin B1 : 8 x 100 mg = 800 mg

- Vitamin B6 : 8 x 300 mg = 2400 mg = 2,4 g

- Asam Askorbat : 0,05 % x 60 ml

= 0,03 ml = 0,03 g = 30 mg

- EDTA : 0,01 % x 60 ml = 0,006 ml

= 0,006 g = 6 mg

Pengenceran :

Asam Askorbat = 50 mg

Lar. Dapar asetat = ad 20 ml

Vol yang diambil = 6/50 x 20 ml = 2,4 ml

- Benzetonium klorida : 0,01 % x 60 ml = 0,006 ml 0,006 g = 6 mg

Pengenceran :

Asam Askorbat = 50 mg

Lar. Dapar asetat = ad 20 ml

Vol yang diambil = 6/50 x 20 ml = 2,4 ml

- Larutan dapar asetat : 60 ml

§ Asam Asetat Glasial = qs

§ Na. asetat anhidrat = 60/1000 x 10 g

= 0,6 g = 600 mg

§ Aqua pro injeksi = ad 60 ml

Pembuatan dapar asetat pH 3,7 :

Larutkan na. asetat anhidrat P dalam 18 ml aqua pi. Atur pH ad 3,7 dengan penambahan asam asetat glasial, encerkan dengan aqua pi ad 60 ml.

Injeksi Kontrasepsi

Formula : suspensi dalam air

Medroksi progesteron asetat 300 mg

(DI 1823, Martindale 1416)

CMC Na 0,05%

Benzolkonium Cl 0,01%

Aqua pi ad 4 ml

*) Disuntukkan 150 mg setiap 3 bulan(i.m)

Sebagai kontrasepsi

Injeksi Prokain HCl

(punya yuki)

Prokain HCL 250 mg ( DI 88 hal 1856 )

Benzalkonium klorida 0,01 %

Aqua pi ad 5ml

- Sbg anastesiperitonium .

- Dosis u/ skali penyuntikan 50 mg / ml. Jd u/ 5x suntik

Pembuatan autoklaf

Injeksi Prokain HCl

Prokain HCl 2 %

Benzalkonium klorida 0,01%

Asam askorbat 0,01%

Aqu pi ad 10 ml

Injeksi Depresan SSP

Formula Dasar (DI hal 1228)

Fenobarbital Na 60 mg/ml

Etanol 10%

Propilen glikol 75%

Aqua pi qs

Formula Jadi:

Fenobarbital Na 200 mg

Etanol 10%

Propilen glikol 75%

Aqua pi ad 5ml

Injeksi Fenobarbital

(yuki punya)

Formula Dasar : (Injectable Drug hal 1044)

Fenobarbital Na 130 mg/ml

Alkohol 10 %

Benzyl alkohol 1,5 %

Propilen glikol 67,8 %

Aqua pi qs

Latar Belakang :

Sterilisasi akhir (Otoklaf 121 ºC, 15 menit)

Propilen glikol karena umumnya larutan phenobarbital tidak stabil tetapi stabil dalam polietilen glikol / propilen glikol (Martindale)

Injeksi luminal (fenobarbital)

Phenobarbital 130 mg/ml

Benzil alkohol 1,5 %

Propilen glikol : aq p.i. (9:1) ad 5 ml

Latar belakang pemilihan :

Dosis Phenobarbital yang dipakai yaitu 130 mg/ml, dosis ini dipilih agar injeksi Phenobarbital ini dapat dipakai baik untuk hipnotik maupun sedative. Dimana dosis untuk hipnotik adalah 130 – 200 mg/ml, dan dosis untuk sedative adalah 100 -130 mg/ml (FORNAS hal. 238)

Phenobarbital tidak larut dalam air, sehingga dipakai propilen glikol untuk meningkatkan kelarutannya.

Pada formula ini digunakan benzyl alkohol sebagai bakterisid, karena formula ini dimaksudkan untuk pemakaian dosis ganda.

Injeksi Difenhidramin HCl

Formula jadi : (Yuki punya)

Difenhidramin HCl 50 mg

Benzalkonium Cl 0,01 %

Aqua pi ad 5 ml

Latar Belakang :

Fungsi : sebagai anti histamin

Sterilisasi : Otoklaf 121 ºC, 15 menit

Rute : iv / im

Injeksi difenhidramin HCl

Formula dasar

Difenhidramin HCl 1%

Benzalkonium Cl 0,01 %

Nacl 0,9%

Aqua pi ad 10 ml

Formula Jadi (Hitung tonisitas dulu)

Difenhidramin HCl 1%

Benzalkonium Cl 0,01 %

Nacl 0,78%

Aqua pi ad 10 ml

Injeksi analgetik non narkotik

(misal dibuat 3 vial), antalgin

Formula:

Antalgin 2,5 g

Nabisulfit 0,1%

Benzalkonium klorida 0,01%

Aqua pi ad 5 ml (5 x suntik @ 1ml)

Perhitungan:

V = [ (v x n ) + 10% (n x v) ] ml

= [(3 x 5 ) + 10%(3x5) ] ml = 16,5 ml ~ 17 ml

Penimbangan:

Antalgin = 2,5 g x 17 ml = 8,5 g

5 ml

Na bisulfit = 0,1 g x 17 ml = 0,017 g

100 ml

Benzalkonium klorida= 0,01 g x 17 ml = 1,7 mg

100 ml

Aqua pi ad 17 ml

Latar belakang formula:

- Antalgin sebagai zat aktif dimana zat ini berkhasiat sebagai analgetik pada kondisi pada kondisi yang parah

- Na bisulfit sebagai antioksidan karena antalgin mudah teroksidasi

- Benzalkonium klorida sebagai pengawet karena vial merupakan wadah takaran ganda

Pembuatan: Sterilisasi akhir dengan otoklaf 121oC selama 15 menit

Injeksi Relaksan otot sentral ( Vial )

Mefenisin 1g

Propilen glikol 1,5 ml

Alkohol 2,5 ml

Benzalkonium klorida 0,01 %

Aqua pi ad 10 ml

Sbg relaksan otot sentral atau relaksan otot hipertonik, rute IM

Dosis = 10 % larutan

Aturan pakai = 1 -10 ml scr IM ( Martindale 28 hal 992 )

Pelarut campur digunakan untuk menungkatkan kelarutan zat.

Injeksi Analgetik / Antiradang antirematik

Tiap vial (5ml) mengandung

Na diklofenac 375mg

Na benzoat 0,5%

Aqua pi ad 5 ml

Pembuatan : sterilisasi otoklaf

Stabilitas : pemanasan pada suhu 105 – 110 derajat selama 3 jam terurai 0,5 % dari 1000 g

Injeksi Lidokain HCl

Lidokain HCl 50 mg

Metil Paraben 0,1 %

Aqua pro injeksi ad. 10 ml

Injeksi Lidokain untuk anastetik lokal ( Vial ) (punya yuki)

Lidokain HCL 600 mg ( Martindale 25 hal 905 )

Benzalkonium Klorida 0,01 %

Aqua pi ad 4ml

- Lidokain HCL digunakan sbg anastetik lokal dgn dosis 200 mg.

- Dosis sekali peyuntikan = 150 mg, 1 ml ( u/ injeksi )

- Sterilisasi autoklaf

Injeksi Antiinfeksi

FORMULA DASAR (BNF 54, hal. 297)

Dalam vial 5 ml, tiap ml mengandung:

Gentamisin sulfat 40 mg

Aqua p.i ad.1 ml

Rute pemberian : Intramuskular

Dosis :120 mg/hari

RANCANGAN FORMULA

Dalam vial 5 ml, tiap ml mengandung:

Gentamisin sulfat 40 mg

Na metabisulfit 0,01 %

Na benzoat 0,5 %

Aqua p.i ad. 1ml

latar Belakang Penetapan Formula

- Dosis gentamisin sulfat 2 – 5 mg / kg / hari (dosis terbagi setiap 8 jam) untuk dosis parental, disuntikkan melalui intramuskular dan berkhasiat sebagai antibiotik.

- Natrium metabisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena klorpromazin sangat mudah teroksidasi dan pH rendah sehingga digunakan pula antioksidan dengan pH rendah.

- Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet karena merupakan sediaan dosis ganda (vial).

Injeksi Sedativa

Latar belakang pemilihan formula :

o Phenobarbital sangat sukar larut dalam air, sehingga digunakan Phenobarbital Na yang sangat mudah larut air. Dipilih Phenobarbital Na karena merupakan turunan barbiturat dengan masa kerja panjang. Aktivitasnya lebih tinggi dibanding barbital, dan digunakan sebagai sedatif, hipnotik dan anti kejang. Awal kerjanya lambat ± 1 jam, dengan masa kerja yang cukup panjang 10-16 jam. Turunan barbiturate bekerja dengan menekan transmisi sinaptik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel post sinaptik dan menyebabkan deaktivasi koteks serebral. Phenobarbital Na pKa=7,4, pada pH fisiologis lebih dari 50% terdapat dalam bentuk tidak terionisasi sehingga mudah menembus jaringan lemak dan menunjukkan aktivitas sebagai penekanan sistem saraf pusat. (Kimia Medisinal Edisi 2 hal.233)

o Phenobarbital Na dalam pelarut air tidak stabil. Tetapi dengan pelarut propilen glikol lebih stabil sehingga dipilih propilen glikol.

o Digunakan alkohol adalah untuk membantu kelarutan dari zat aktif dan dapat juga sebagai pengawet.

o Digunakan aqua pro injeksi adalah untuk mendapatkan sediaan yang bebas pirogen

Formula dasar (DI 88 hal.1228)

- Phenobarbital Na 130 mg/ml

Alkohol 10 %

Propilen glikol 67,8 %

Aqua p.i q.s

- Phenobarbital Na 130 mg/ml

Alkohol 10 %

Benzylalkohol 1,5 %

Propilen glikol 67,8 %

Aqua p.i q.s

Formula Jadi

- Penobarbital Na 100 mg/ml

Propilen glikol 60 %

Alkohol 10 %

Aqua p.i q.s

Injeksi Tramadol

Tramadol HCl 50mg

Dextrose 5% in water 0,5g

benzalkoniumklorida 0,01%

Aqua pro injeksi ad 5ml

Latar Belakang pemilihan Formula

1. Pemilihan dosis 50- 100mg untuk 2 kali sehari 1 ml karena khasiatnya sebagai analgesik.

2. Dosis penyuntikan dipilih 1 ml karena pH Tramadol HCl yang bersifat asam (5,5) dikhawatirkan menimbulkan rasa sakit saat penyuntikan.

3. Dipilih jalur intravena karena Tramadol HCl berkhasiat sebagai analgesik sehingga dapat langsung memberikan efek.

4. Pemilihan wadah dalam vial 5 ml karena volume maksimal penyuntikan yang dipakai hanya 2 ml.

5. Digunakan dekstrose 5% dalam air untuk menghindari penyusutan kadar akibat pemanasan yang dapat berkurang 3 -5 %.

Perhitungan

Jumlah vial yang dibuat : 7 vial

Vial yang digunakan : 5 ml

Berdasarkan FI IV hal 1044 : Volume vial ditambahkan cairan encer = 0,3 ml

Vol larutan = 7 x ( 7 + 0,3 ) + ( 10 – 30%)

= 7 x ( 7,3 ) + 30%

= 51,1 + 15,33

= 66,43 ml ~ 70 ml

Penimbangan

Tramadol HCl : 70 x 50 mg = 3500 mg

1 ml

Dextrose 5% in water : 70 ml x 0,5 = 7 g

5 ml

= 5 % x 7 g = 0,35 g

Benzalkonium klorida : 0,01 x 70 ml = 7 mg

100

Pengenceran : 7 x 20 = 2,8 ml ~ 3 ml

50

Aqua Pro Injeksi :

70 ml – ( 3,5 + 7 + 0,35 + 3)g = 56,15 ml

Tramadol (Punya yuki)

Tramadol HCl 50 mg

Aqua pi ad 1 ml

Indikasi: narkotik analgesik

Rute iM dan IV

Sterilisasi otoklaf

Injeksi Tiamfenikol

Rancangan formula

Thiamfenicol glysinate hidroklorida 126 mg

Aqua ad 1 ml

Wadah :

· Tiap vial berisi : Thiamfenikol glisinate hidroklorida

· Tiap ampul berisi : 1 ml Aqua p.i

Volume penyuntikkan : 1 ml

Dosis : 126 mg/ml

Jalur : intravena, intramuscular

Dasar pemilihan formula :

1. Thiamfenikol yang digunakan thiamfenikol gliysinate hidroklorida umum digunakan untuk injeksi intravena dan intravaskuler karena lebih mudah larut dalam air dibandingkan thiamfenikol (Martindale ed 28)

2. Dibuat larutan rekonstitusi karena tiamfenikol glysinate hidroklorida tidak stabil dalam air sebab tiamfenikol mempunyai gugus amida yang apabila berada dalam media air akan terjadi hidrolisis dan memecah ikatan amida menjadi amina dan asam 1,2-dikloroasetat. (Conorts hal.461)

3. Dipilih dosis 100 mg/ml karena merupakan dosis injeksi intravena atau intramuscular yang diiindikasikan untuk antibakteri dan tidak boleh melebihi dari 100 mg/ml dan penyuntikkan tidak boleh lebih dari 1 menit setelah pencampuran. (Handbook of injectable drugs hal 286).

Injeksi Warfarin

Formula dasar

Warfarin Na 10 mg

NaCl 40 mg

Latar belakang dipilih formula:

Warfarin terurai oleh cahaya dan dalam bentuk larutan akan terurai setelah 4 jam, sehingga dibuat dalam bentuk rekonstitusi dan dikemas dalam wadah tidak tembus cahaya.

Perhitungan dan penimbangan

Rumus = {(n x v) + (10% x v)} mL

n = jumlah vial yang akan dibuat

v = volume injeksi tiap vial (mL)

Volume total 8 vial

= {(n x v) + (10% x v)} mL

= {(8 x 2,5) + (10% x 2,5)} mL

= 20 mL + 0,25 mL

= 20,25 mL

Sehingga aqua steril proinjeksi yang dibuat adalah 20,25 ml.

Dosis Warfarin Na = 10 mg/2,5 mL = 4 mg/mL

Total Warfarin Na yang ditimbang = 4 mg/mL x 20,5 mL = 82 mg

NaCl = 40 mg/2,5 mL = 16 mg/mL

Total NaCl yang ditimbang = 16 mg/mL x 20,5 mL = 328 mg

Injeksi Warfarin

(yuki punya)

Tiap ml mengandung:

Warfarin Na 2mg/ml

NaCl 0,866%

Teknik aseptik

Tiap ampul mengandung:

Aqua pi 5,6 ml

(Hitung kembali berdasarkan perhitungan vol vial)

Sterilisasi akhir:otoklaf untuk aqua pi

Direkonstitusi karena warfarin dalam larutan air stabil hanya selam

FORMULA AMPUL

Injeksi Teofilin (Marindale 28 hal 345)

Teofilin 20 mg (DI hal 3488 thn 2003)

Etilendiamin 10 mg

Aqua p.i ad. 1ml

Latar belakang

- Aminofilin merupakan kompleks 2:1 dari Teofilin dan etilendiamin (Handbook on Injectabe hal 85)

- Teofilin sebagai z.a untuk antiasma

- Etilendiamin digunakan agar terbentuk kompleks aminofilin yang mudah larut dalam air

- Bentuk pemberian adalah injeksi iv yang digunakan dalam wadah dosis tunggal ampul

- Tidak perlu ditambahkan pengawet karena sediaan dalam wadah dosis tunggal

- Sterilisasi akhir dengan autoklaf karena za tetap stabil pada pemanasan tinggi

Injeksi antibiotik untuk meningitis

(Rekons larutan )

1. Kloramfenikol Na. Suksinat 1 g ~ kloramfenikol ( Martindale 28 ha 1142)

Aqua pi ad 2 ml

Penimbangan

Kloram Na. Suksinat

= 445,2 x 1g = 1,379 g ~ 1,4 g

323,1

Kloramfenikol serbuk di vial

- Aqua pi dimasukkan dalam ampul 2, 15 ml ( 2 ml volumenya & 0,15 ml nya volume kelebihan)

Teknik pembuatan : Aseptis

Sterilisasi bahan – bahan : Kloramfenikol →radiasi γ

Wadah : Ampul coklat (YUKI PUNYA)

2. Ampisilin Na 1060

Sulbaktam 550

Dalam wadah vial 5 ml

Aqua pro injeksi

Dalam wadah ampul 4 ml + 0,3 ml = 4,3 ml

Dalam ampul 5 ml

Dibuat 12 ampul

Perhitungan:

1 mg sulbaktam Na ~ 886 µg – 941 µg sulbaktam

564,3 mg – 531,3 mg sulbaktam Na ~ 500 mg sulbaktam

1,06 g Ampisilin Na ~ 1g ampisilin

1060 mg ampisilin Na ~ 1000 mg ampisilin.

375 mg campuran ampisilin : sulbaktam = 2:1 larut dalam 1 ml

1500 mg campuran ampisilin : sulbaktam = 2:1 larut dalm 4 ml air

Air untuk 12 ampul = 12 x 4,3 ml = 51,6 ml

Injeksi Amikasin

(Amikasin sulfat)

Formula Awal

(Handbook on Injectable Drugs hal 30)

Amikasin sulfat 250 mg/ml

Na bisulfit 0,66 %

Na sitrat 2,5 %

Asam sulfat q.s ad pH 3,5 – 5,5

Formula Rencana

Amikasin sulfat 250 mg/ml

Na bisulfat 0,66 %

Na sitrat 2,5 %

Asam sulfat q.s ad pH 3,5 – 5,5

Formula Jadi

Amikasin sulfat 500 mg

Na bisulfit 0,66 %

Na sitrat 2,5 %

Asam sulfat q.s ad pH 3,5 – 5,5

Aqua p.i ad 2 ml

Latar belakang pemilihan formula:

1. Pada formula injeksi amikasin ini digunakan garam amikasin yaitu amikasin sulfat karena sifat kelarutannya yang mudah larut dalam air.

2. Natrium bisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena amikasin sulfat dapat teroksidasi oleh udara dimana menyebabkan perubahan warna menjadi kuning pucat. Namun perubahan warna ini tidak mengakibatkan berkurangnya potensi dari amikasin sulfat.

3. Natrium sitrat berfungsi sebagai pendapar, dan digunakan asam sulfat untuk mengatur pH hingga pH sediaan adalah 3,5 – 5,5.

Wadah : ampul

Volume : 2 ml

Dosis : 15 mg/kg BB

Jalur : intramuskular

Volume 1 ampul = 2 ml

Dibuat 16 ampul, maka

= {(n + 2) V + (2 x 3)}

= {(16 + 2) 2,15 + (2 x 3)}

= 44,7 ml ~ 50 ml

Amikasin sulfat = 250 mg/ml x 50 ml = 12,5 g

Na bisulfit = x 50 ml = 0,33 g = 330 mg

Na sitrat = 2,5 x 50 ml = 1,25 g

100

Injeksi Amikasin

(YUKI PUNYA)

Amikasin 100 mg (Martindale hal 1088)

Aqua pi ad 2ml

Amikasin agak sukar larut dalam air sehingga digunakan amikasin sulfat

1 g amikasin ~ 1,3 g amikasin sulfat

Amikasin sulfat = 0,1 g x 1,3 g = 0,13 g

1 g

Untuk pengobatan infeksi gram (-) yang parah

Amikasin sulfat 130 mg

Na. Metabisulfit 0,1%

Sodium sitrat 0,3%

Aqua p.i ad 2ml

- Na.metabisulfit untuk menjaga agar warna amikasin sulfat tidak berubah dalam penyimpanan

- Sodium sitrat untuk buffer agar pH sediaan sekitar 4,5

Injeksi Aminofilin

Tiap 1 ml mengandung:

Aminofilin 25 mg

Aqua pi ad 1 ml

Volume ampul yang digunakan :

Kelarutan : 1 g dalam 25 ml air menghasilkan larutan jernih

V = 25 mg x 25 ml

= 0,025 g x 25 ml

= 0,625 ml ~ 1 ml

Volume larutan yang akan dibuat

V = [(n + 2) v + (2 x 3)] ml

= [ (16 + 2) 1,1 + (2 x 3) ] ml

= 25,8 ml ~ 30 ml

Dimana:

v : volume ampul + kelebihan volume

n : jumlah ampul

2 : cadangan

2 x 3 ml : untuk pembilasan

Penimbangan

Dibuat volume 1 ampul = 1 ml

Aminofilin = 25 mg x 30 ml = 750 mg

1 ml

Aminofilin terdiri dari :

Teofilin = 85%

Etilendiamin = 15%

Aminofilin = 750 mg

- Teofilin = 85 x 750 mg = 637,5 mg

100

- Etilendiamin = 15 x 750 mg = 112,5 mg

100

Aqua pi ad 30 ml

Injeksi Antihipertensi dan gol β-bloker (Propranolol)

Formula Dasar (Martindale 28 hal 1335)

Propanolol HCl 1 mg

Asam Sitrat pH 3-3,5 q.s

Aqua p.i ad 1 ml

Formula Jadi

Propanolol HCl 1 mg

Dapar Sitrat pH 3 ad 1 ml

Perhitungan

Volume larutan untuk ampul :

{(n + 2)V + (2 x 3)} ml

Dibuat 13 ampul @ 1 ml

V = [(n + 2) v + (2 x 3)] ml

= [(13 + 2) (1 + 0,1) + (2 x3)] ml

= [16,5 + 6] ml

= 22,5 ml à 23 ml à 25 ml

Propanolol HCl = 1 mg x 25 ml = 25 mg

ml

Dapar Sitrat pH 3

(DI 2003 hal 2469)

As. Sitrat monohidrat 57,4 g/L

Na. Sitrat dihidrat 17,6 g/L

Pembuatan dapar untuk 25 ml

As. Sitrat : 25 ml x 57,4 g = 1,435 g

1000 ml

As. Sitrat : 25 ml x 17,6 g = 0,44 g

1000 ml

Latar belakang

- Propranolol HCl sbg antihipertensi (β- blocker), digunakan secara I.V

- Asam sitrat untuk mengadjust sampai dgn PH 3

(2,8 – 3,5 ). Paling stabil pd PH 3 dan terdekomposisi pd PH basa

* Sterilisasi : Autoklaf

* NB : Ampul coklat

Injeksi Salbutamol sulfat

Tiap ml mengandung:

Salbutamol sulfat 350µg

Dapar asetat pH 3,5 ad 1 ml

a. Perhitungan

V = {(n + 2) v : (2 x 3)

Dimana

n = jumlah ampul

2 = cadangan

v = volume ampul + kelebihan volume

2x 3 ml = untuk pembilasan

Maka V = {( 14 + 2 ) 1,1 + (2 x 3)} ml

= 23,6 ml ~ 25 ml

b. Penimbangan

Salbutamol : 350µg x 25 ml

: 0,35 mg x 25 ml

: 8,75 mg ( perlu pengenceran)

Cara pengenceran :

Timbang salbutamol sulfat 50mg kemudian tambahkan aqua pro injeksi ad 10 ml.

Pengenceran salbutamol yang diambil

= (8,75 mg / 50 mg) x 10 ml

= 1,75 ml

Dapar asetat = 25 ml – 1,75 ml

= 23,25 ml

Injeksi Gagal Jantung/ payah Jantung

(Digoksin)

Formula Dasar

(DI 2003 hal 1585, Martindale 28 hal 537)

© Digoxin 250 µg/ml

© Alkohol 10 %

© Propilen Glikol 40 %

Formula Jadi :

v Digoxin 250 µg/ml

v Alkohol 10 %

v Propilen Glikol 40 %

v Aqua PI ad 1 ml

Tiap ampul berisi 1 ml

Penimbangan

untuk volume 16 ampul

V = {(n + 2) v + (2 x 3)}mL

= {(16 + 2) (1 + 0,1) + 6 }mL

= 25,8 mL ~ 30 mL

1. Digoxin = 30 mL x 250 µg/mL

= 7500 µg

= 7,5 mg

Pengenceran:

Timbang 10 mg digoxin à 10 mL pelarut campur

Digoxin yang dipipet = 7,5 mg x 10 mL = 7,5 mL

10 mg

TOTAL PELARUT CAMPUR yang dibuat

= (30-7,5) mL + 10 mL

= 32,5 ml

2. Alkohol = 10 % x 32,5 mL

= 3,25 mL

3. Propilen glikol = 40 % x 32,5 mL = 13 mL

4. Aqua PI = 50 % x 32,5 mL

= 16,25 mL

Pembuatan :

Sterilisasi akhir Autoklaf

Injeksi Oksitosin

Oksitosin 10 U.I

Dapar asetat pH 3,5 q.s.

Aqua p.i. ad 1 ml

Perhitungan

1 U.I ~ 2-2,2 μg oksitosin

Dosis Oksitosin = 10 U.I

= 10/1 x 2 μg

= 20 μg/ml

Akan dibuat 15 ampul

Volume total ampul (V)

={(A+2)x(volume ampul+ kelebihan)+(2x3)}ml

= {(15+2) x (1 ml + 0,1) + (2x3)} ml

= 24,7 ml ≈ 25 ml

Oksitosin 25 ml/1 ml x 20 μg = 500 μg = 0,50 mg

Pengenceran :

1. Timbang 50 mg dalam 10 ml aqua p.i

2. Ambil 1 ml, ditambah aqua p.i. ad 10 ml

3. Ambil 1 ml, ditambah aqua p.i ad 10 ml

Dapar asetat pH 3,5

(FI IV hal. 1144)

Pembuatan Dapar asetat pH 3,5

Larutkan 25 g Amm. Asetat P dalam 25 ml air, tambahkan 38 ml HCl 7 M. Atur pH hingga 3,5 dengan penambahan HCl 2 M atau amm. Hidroksida 5 M dan encerkan dengan aqua pro injection hingga 100 ml.

Perhitungan

Akan dibuat 25 ml dapar asetat, maka :

Amm. Asetat = 25 g x 25 ml = 6,25 g

100 ml

HCl 7 M = 38 ml x 25 ml = 9,5 ml

100 ml

Penimbangan

Oksitosin = 50 mg dilarutkan dalam 10 ml aqua p.i. (larutan A). Ambil 1ml lar. A + aqua p.i. ad 10 ml (Lar. B). Ambil 1 ml lar. B + aqua p.i. ad 10 ml (Lar.C). Gunakan larutan C sebanyak 10 ml.

Amm. Asetat = 6,25 g

HCl 7 M = 9,5 ml

Latar belakang pemilihan :

1. Dosis oksitosin 10 UI/ml. Dosis ini dipilih berdasarkan yang tercantum dalam pustaka (Remington hal. 1055) yaitu 3-10 unit dengan rute pemberian intra muskular.

2. Oksitosin dapat memberikan secara intramuskular atau infus intravena. Rute pemberian yang dipilih adalah intramuskular, karena untuk tujuan mencegah pendarahan pasca kelahiran dengan interval pemberian 2-3 jam akan memberikan efek selama 3-5 menit, sedangkan secara intravena memberikan efek selama 1 jam.

3. Pada formula, digunakan dapar asetat pH 3,5 karena diketahui bahwa selama proses pembuatan larutan obat oksitosin pH dibuat 2,5-4,5.

4. Tidak digunakan pengawet karena merupakan sediaan dengan dosis tunggal.

5. Pelarut yang digunakan adalah aqua p.i. karena pelarut ini bebas pirogen, steril, sehingga dapat mencegah kontaminasi pada sediaan.

6. Teknik yang dipilih adalah aseptis, karena oksitosin merupakan golongan hormon yang tidak stabil terhadap pemanasan.

Injeksi Hipoglikemik

Latar belakang pemililan formula

· Menurut AHFS formula insulin biasanya di tambahkan :

- Gliserol untuk penstabil

- Fenol sebagai pengawet

· Menurut connors sediaan insulin mengandung 0,1 % - 0,4 %

Formula dasar (Connor hal 383)

Insulin 500 units/ml

Gliserin 1,4 -1,8%

Kresol 0,1 – 0,25 %

ZnCl2 0,1 – 0,4 %

Formula rencana

Insulin 100 unit/ml

Gliserin 40 %

Fenol 0,5 %

ZnCl2 0,2 %

Aqua ad 2ml

Perhitungan formula jadi :

Insulin 100 unit/ml

Gliserin 40 %

Fenol 0,5 %

ZnCl2 0,2 %

Aqua ad 2 ml

Volume 1 botol = 2 ml, dibuat 16 botol

Volume yang diperlukan

=[ (n+2)V + (2x3) ] ml

= [ (16+2)2,2 ml + ( 2x3) ] ml

Untuk 18 botol = 45,6 ml ≈ 50 ml

Insulin = 100 units/ml x 50 ml

= 5000 units

= 5000 unit x 0,03846 mg = 192,3 mg

Gliserin = 40 % x 50 ml

= 20 g

Fenol = 0,5 % x 50 ml

= 0,25 g

= 250 mg

ZnCl2 = 0,2 % x 50 ml

= 0,1 g

= 100 mg

Keterangan :

n = jumlah ampul ( 16 ampul)

2 = cadangan

V = volume ampul + kelebihan volume [2 ml + ( 2ml + 10%)]= 2,2 ml

2x3 = untuk pembilasan

Note : 1 unit insulin ≈ 0,03846 mg

( Martindale ed. 35 hal. 405 )

Injeksi Diazepam

INJEKSI DIAZEPAM (Handbook of steril Injection)

Dalam ampul 2 ml, tiap ml mengandung :

Diazepam 5 mg

Propilen glikol 40%

Etil alkohol 10%

Benzil alkohol 1,5%

Natrium benzoat 2,5%

Rute pemberian : intravena

Latar belakang pemilihan formula :

Propilen glikol, benzil alkohol, dan etil alkohol digunakan sebagai pelarut campur dengan tujuan untuk meningkatkan kelarutan dan stabilitas diazepam.

Na benzoat digunakan sebagai pengawet (antimikroba). Menggunakan pengawet karena cara sterilisasi pada sediaan ini menggunakan teknik filtrasi.

Injeksi Diazepam ( Ampul ) → secara IV

Diazepam 10 mg ( Martindale 28 hal 1283 )

Sel Petit ( Fornas 1978 hal 273 )

Tiap 100 mg mengandung :

Etanol 26 mg

Campuran yang cocok ad 100g (100 – 26 = 74 g )

(Campuran tdd 35 bagian gliserol & 45 bag Aqua pi)

Campuran tsb Sterilisasi Autoklaf, lalu campur dgn etanol scr Aseptis

Perhitungan volume ( 10 ampul )

V = [ ( n + 2 ) V +( 2 x3 ) ]

= [ ( 10 + 2 )( 2 + 10,5 ) + ( 2 x 3 )]

= 31,8 ml ~ 32 ml

Gliserol = 35 g x 74 g = 32,375

80 g

Aqua = 45 g x 74 g = 41,625 g

80 g

* Sol Petit pi & dibuat 50 ml jd penimbangan bahan – bahan dibagi 2.

* Pembuatan Teknis Aseptis ( LAF )

Sterilisasi bahan : Diazepam→ Radiasi γ

Injeksi Vitamin C ( Ampul )

(DI 88 hal 2109, Formula dasar Martin 28 hal 1656)

Vitamin C ( Sodium ascorbic ) 100 mg

Na.HCO3 4,8 %

Na. Metabisulfit 0,1 %

Aqua pi ad 1 ml

- u/ pengobatan dan pencegahan scorbut

- Nahco3 sbg stablizing agent

- Na metabisulfit sbg antioksidan

- Pembuatan Aseptik

- Wadah : Ampul coklat dialir gas inert pd saat penutupan ampul.

Injeksi Atropin Sulfat

Formula:

Atropin Sulfat 1 mg

Dapar asetat pH 3,5

Aqua pi ad 1 ml

Latar belakang pemilihan formula:

1. Dosis yang dipilih yaitu 1 mg karena sediaan yang dibuat untuk tujuan efek terhadap jantung

2. Dapar asetat ph 3,5 digunakan karena zat aktif atropin sulfat memiliki stabilitas antara pH 3-6,5 dan pH atropin baik pada pH asam

3. Wadah yang digunakan adalah ampul dengan kaca gelap karena zat aktif harus terlindung dari cahaya

4. Sterilisasi injeksi menggunakan sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit karena mengandung pembawa air

5. Aqua pi digunakan sebagai pelarut zat aktif, tidak bebas pirogen karena vol lar yang akan diinjeksikan relatif kecil

6. Tidak perlu bahan pengisotonis karena vol yang diinjeksikan relatif kecil yaitu 1 ml

7. tidak menggunakan pengawet karena pemakaian sekali pakai

Perhitungan sama dengan ampul yang lain

Injeksi Rekonstitusi Ampisilin

Formula Jadi :

Ampisilin Na 150 mg/ml

Aqua pi ad 1ml

Tiap vial mengandung :

Ampisilin Na 150 mg/ml

Tiap ampul mengandung :

aqua pi ad 1 ml

Latar Belakang :

Ampisilin untuk injeksi saluran pernapasan (Bronkitis Pneumoniae)

dosis = 150 – 200 mg/kg ( DI p. 277)

Injeksi antiasma dalam ampul

Formula jadi :

Tiap ml mengandung :

Teofilin 21,25 mg

Etilendiamin 3,75 ml

Aqua pi ad 1ml

Latar Belakang :

Injeksi iv asma bronkial digunakan aminofilin, dibuat dari teofilin & etilendiamin, tidak digunakan aminofilin langsung karena jika aminofilin dibiarkan dalam udara terbuka perlahan kehilangan etilendiamin & menyerap CO2 dengan melepaskan teofilin (Martindale P 1314)

Dosis aminofilin = 25 mg/ml

Aminofilin mengandung 84,0 – 87,4 % teofilin & 13,5 – 15,0 % etilendiamin

Perhitungan :

Teofilin = 85 % x 25 mg/ml = 21,25 mg/ml

Etilendiamin = 15% x 25 mg/ml = 3,75 mg/ml

Strerilisasi = Autoklaf

Rute = iv

Injeksi Aminofilin

(Formularium Nasional)

Tiap ml mengandung :

Aminophyllinum 24 mg

Aqua pro injectione ad 1ml

Rute pemberian : intravena

Latar belakang pemilihan formula :

1. Aminofilin merupakan salah satu antiasma golongan beta 2-mimetika sebagai bronkodilator yang mempunyai efek samping yang ringan

2. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut karena aminofilin larut dalam air.

3. Dosis 24mg/ml sebagai bronkodilator pada asma

Injeksi Strichnin Nitrat

Tiap 1 ml mengandung :

Strichinin Nitrat 2 mg

Aqua pro injeksi ad 1 ml

Volume total Ampul

V = [(n + 2) v + (2 x 3)] ml

= [(16 + 2) 1,1 + (2 x 3)] ml

= 25,8 ml ~ 30 ml

Dimana : n = Jumlah ampul

2 = Cadangan

V = Volume ampul + kelebihan volume

Cat:

kelebihan = cairan encer 0,10 ml (FI III hal 19)

Latar belakang:

Indikasi: Stimulan SSp

Dosis = 2-8 mg(Martindale P 399)

Sterilisasi: Autoklaf

Injeksi Vitamin A (ampul) IM

misal buat 13 ampul

Formula:

Vitamin A 50.000 UI (DI 2003 hal 3498)

BHT 10 mg/ 1.000.000 IU Vit A

Oleum arachidis ad 2 ml

Perhitungan:

V = [ ( n + 2 ) v + ( 2 x 3)] ml

= 2 ml + 0,25 ml = 2,25 ml sehingga

= [(13 + 2) 2,25 + (2x3)] ml

= [33,75 + 6] ml

= 39,5 ml ~ 40 ml

Penimbangan:

Vit A = 50.000 UI x 1 g x 40 = 1 g

1.000.000 UI 2

BHT = 50.000 UI x 10 mg x 40 = 1 g

1.000.000 UI 2

Oleum arachidis ad 40 ml (kalibrasi dalam beaker)

Latar belakang formula:

- Vitamin A tidak larut dalam air maka digunakan pelarut minyak

- Vitamin A Dan oleum arachidis mempunyai sifat mudah teroksidasi sehingga digunakan BHT sebagai antioksidan

- Formula ini tidak membutuhkan pengawet karena berupa ampul (wadah takaran tunggal)

Pembuatan: Aseptis dalam LAF

Vitamin A dan BHT→ dialiri gas ETO

Oleum arachisis → oven 150oC selama 1 jam

Wadah : ampul coklat

Injeksi Vitamin D (punya yuki)

injeksi vitamin D (ampul) IM

Formula

Ergokalsiferol 250 mikrogram

BHT 0,01%

Ol. Arachidis ad 1 ml

Pembuatan : aseptis

Ergotamine + BHT : radiasi gamma

Ol arachis : oven

Ampul coklat

Aliri gas N2

Injeksi Vitamin D

Formula Standar (Trisel hal. 191)

R/ Calcitriol 1 atau 2 µg

Polisorbate 20 4 mg

Sodium chloride 1,5 mg

Sodium ascorbate 10 mg

Dibasic sodium phosphate anhydrous 7,6 mg

Monobasic sodium phosphate monohydrate 1,8 mg

Edetate disodium dehydrate 1,1 mg

Rencana Jadi

R/ Caltriol 0,5 mcg

Polisorbat 0,2%

Asam askorbat 0,1%

Aqua p.i ad 1 mL

Kemasan : ampul

Jumlah : 14

Rute pemberian : intravena

Dasar pemilihan formula

Calcitriol digunakan sebagai zat berkhasiat dengan dosis 0,5 mcg karena berdasarkan literatur yang dirujuk, calcitriol intravena untuk hipokalsemia dibutuhkan dosis 0,5-3 µg (0,01-0,05 µg/kg BB) dan dosis ini dapat digunakan oleh pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal

Polisorbat 20 digunakan sebagai zat pembasah karena calcitriol tidak larut dalam air, sementara polisorbat 20 larut dalam air sehingga diharapkan dengan penambahan bahan ini akan dihasilkan injeksi yang jernih, karena untuk penggunaan secara intravena larutan harus jernih dan bebas dari endapan.

Asam askorbat digunakan sebagai antioksidan karena calcitriol dan polisorbate 20 berbentuk minyak yang cepat teroksidasi sehingga dipilih untuk memperlambat proses oksidasi dari calcitriol dan polisorbate 20 dalam larutan air.

Volume yang dibuat adalah 1 mL, dipilih karena ditujukan untuk penggunaan dosis tunggal sehingga digunakan ampul agar penggunaannya mudah dan tidak berpotensi untuk terkontaminasi.

Injeksi Efinefrin HCl

Tiap 2 ml mengandung:

Epinefrin HCl 1 mg

Na Metabisulfit 0,1 %

Dapar asetat 3,5 ad 2 ml

Perhitungan

Rumus = {(n +2)v+ (2x3)} ml

N = jumlah ampul

2 = cadangan

V = Volume ampul = Kelebihan Volume

2x3 = Untuk pembilasan

V = {(n +2)v+ (2x3)} ml

= {(14+2) (2+15%) + (2x3)} ml

= 40,4ml ~ 40,5 ml

Injeksi Epinefrin (ampul)

(PUNYA yuki)

Formula jadi (Martindale hal. 6)

Tiap ampul (1 ml) mengandung

Epinefrin HCl 0,1mg

Vitamin C 0,1%

Aqua p.i ad 1 ml

Latar Belakang :

- Digunakan Epinefrin HCl karena epinefrin HCl lebih mudah larut dlm air

- Epinefrin HCl dapat berubah warna jika terkena cahaya dan udara maka perlu dilindungi dengan penambahan antioksidan yaitu vitamin C

- Digunakan ampul coklat, krn zat aktif perlu dilindungi dari cahaya

#Pembuatan : otoklaf

#Indikasi : Bronkospasme

#Dosis : 0,1-0,5 mg (DI hal 630)

Injeksi Anestetik General

Formula dasar

(Formularium Nasional 1978, hal. 172)

Ketamini Hydrochlorida setara dengan

Ketaminum 10 mg

Aqua pro injeksi hingga 1 ml

Formula jadi

Ketamin HCL 100 mg

Aqua pro injeksi ad 2 ml

Penimbangan Bahan

Volume ampul (18 buah)

V = ( n + 2 ) x Vi + ( 2 x 3 )

V = ( 18 + 2 ) x 2,15 + ( 2 x 3 )

V = 49 m

Ketamin HCL = 100 mg/2 ml x 49 ml

= 2450 mg

= 2,45 g

Aqua pi = 49 ml – 2,45 ml

= 46,55 ml

Injeksi Klorpromazin HCl

FORMULA

Dalam ampul 1ml, tiap ml mengandung:

Klorpromazin HCl 25 mg

Na metabisulfit 0,01 %

Na benzoat 0,5 %

Aqua p.i ad. 1ml

Rute pemberian : Intramuskular

Latar Belakang Penetapan Formula

1. Dosis Klorpromazin HCl 25-50mg tiap 6-8 jam disuntikkan melalui intramuskular dan berkhasiat sebagai antiemetikum.

2. Na metabisulfit berfungsi sebagai antioksidan karena klorpromazin sangat mudah teroksidasi dan pH rendah sehingga digunakan pula antioksidan dengan pH rendah.

3. Na benzoat berfungsi sebagai pengawet karena sterilisasi klorpromazin menggunakan metode aseptis, yaitu sterilisasi dengan cara filtrasi membran sehingga dibutuhkan suatu pengawet.

Injeksi Klorpromazin HCl (Ampul)

Tiap ml ampul mengandung :

Chlorpromazin HCl 25 mg

Na bisulfit 1 mg

Aqua pi ad 1 ml

Latar Belakang :

Stabilitas klorpromazin HCl akan teroksidasi oleh karena itu dibutuhkan suatu antioksidan antara lain : ascorbic acid, Natrium bisulfite dan Natrium Sulfite. Naatrium Bisulfite sebagai antioksidan karena stabil pada pH 3-5 dan tidak OTT terhadap Klorpromazin HCL dan juga sebagai anti mikroba

(Martindale 28 hal 1292).

Injeksi Fenitoin

Formula

Tiap ml mengandung :

Phenytoin Na 50mg

Propilenglikol 40%

Alkohol 10%

Aqua p.i ad 1ml

Latar belakang pemilihan formula :

- Fenitoin tidak larut dalam air sehingga digunakan bentuk garamnya yaitu fenitoin natrium.

- Fenitoin Na larut dalam air, akan tetapi lama kelamaan mudah terhidrolisasi , sehingga digunakan zat penambah kelarutan yaitu propilen glikol 40% dan alkohol 10%. (DI 2003)

- Fenitoin Na digunakan dengan rute intravena dengan aturan pakai untuk dewasa yaitu150-250mg..

- Digunakan ampul 1 ml karena rute yang dipakai adalah intravena. Untuk injeksi secara intravena jumlah obat yang diinjeksikan adalah 1 ml dan secara intravena zat atau obat lebih cepat diabsorbsi.

Injeksi defisiensi vitamin neurotropik

Formula jadi

Vitamin B1 100 mg

Vitamin B6 150 mg

Vitamin B12 1000mcg

Aqua pi ad 25 mg

V = {( n + 2 ) v + ( 2 x 3 )}

= {( 14 + 2 ) 1,1 + ( 2 x 3 )} ml

= 23,6 ml ~ 25 ml

Vitamin B1 yang ditimbang :

= 100 mg x 25 ml

= 2500 mg

Vitamin B6 yang ditimbang :

= 150 mg x 25 ml

= 3750 mg

Vitamin B12 yang ditimbang :

= 1000 mcg x 25 ml

= 25000 mcg = 25 mg

Pengenceran vitamin B12 = 25 mg x 10 ml = 5 ml

50 mg

Cara pengenceran

Timbang vitamin B12 50 mg kemudian tambahkan aqua pro injeksi ad 10 ml.

Sisa pengenceran = 10 ml – 5 ml

= 5 ml

Benzalkonium klorida = 0,01/ 100 x 25

= 2,5 x 10 -3 g = 2,5 mg

Pengenceran = 2,5 / 50 x 20 ml = 1 ml

Injeksi untuk neurotropik

(bisa untuk vial dan ampul)

Tiap vial mgdg :

Vitamin B1 500 mg (DI 2103)

Vitamin B6 750 mg (Martindale 1643)

Vitamin B12 5 mg (DI hal 1644)

Klorbutamol 0,5%

Dapar asetat pH 2,45 ad 5ml

Sterilisasi : LAF

Sterilisasi vit B1 :radiasi

Vit B6 : oven

Vit B12 : oven

Cara kerja

-Masing2 serbuk vit B6 dan B12 disterlisasi di oven

-Aqua pi , HCl dan Na asetat disterilisasi di otoklaf

-Lalu setiap zat dilarutkan dengan aqua pi

Injeksi Hidrokortison

Rancangan formula :

Tiap ml mengandung :

Hidrokortison sodium fosfat 15 mg

Benzal kronium klorida 0,01 %

Na sitrat 10 mg

Na bisulfit 3,2 mg

NaOH untuk mempertahankan pH ( bila perlu )

Aqua pi ad 1 ml

Wadah : ampul yang dilapisi aluminium foil

Volume : 1 ml

Volume penyuntikan 1 ml

Dosis : 15 mg/ml

Dosis perhari : 15-240 mg

Jalur : iv, im

Dasar pemilihan formula

1. Digunakan hidrokortison natrium fosfat adalah untuk meningkatkan kelarutan dimana hidrokortison sangat sukar larut dalam air.

2. Ditambah pengawet karena pembuatan sediaan ini menggunakan teknis aseptis. Dan pengawet yang digunakan adalah benzalkonium klorida karena pH benzalkonium klorida mendekati pH sediaan dan rentang pH nya lebar

3. Natrium bisulfit digunakan sebagai antioksidan karena sediaan ini mudah teroksidasi menjadi 21-dehidrokortison.

4. Natrium sitrat digunakan untuk mempertahankan pH 6,9-7,9 sediaan karena oksidasi akan meningkat 4-5 kali lebih besar bila pH tidak dipertahankan.

5. Natrium hidroksida digunakan ( bila perlu ) untuk mencapai pH sediaan yang diinginkan.

6. Digunakan aqua pi sebagai pelarut, untuk melarutkan zat aktifnya yaitu hidrokortison sodium fosfat.

Injeksi Anestetik lokal (Ampul dan vial)

Lidokain HCl 600mg ( Martindale 28 hal 905 )

Benzalkonium klorida 0,01 %

Aqua pi ad 4 ml

Lidokain HCl digunakan sbg anestetik lokal dgn dosis 3mg/kgBB, dosis tidak boleh lebih dari 200 mg

Dosis skali penyuntikan 150 mg, 1 ml (u/ injeksi )

Sterilisasi : Autoklaf

Wadah: vial coklat

Injeksi Vitamin B6

Piridoksin HCl 50mg ( DI 88 hal 2100 )

Aqua pi ad 1ml

( Formula dasar : DI 88 hal 2100, ForNas 1978 hal 262 )

Sterilisasi : Autoklaf

Wadah : Ampul coklat karena fotosensitiv

( DI 88 hal 2099 )