bobo' ah ===>>>

Photobucket

Selasa, 01 Juni 2010

pembuatan gel prednisolon

Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan. Gel dalam mana makro molekul disebarkan ke suluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu fase. Dalam hal ini di mana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai system dua fase. Gel dianggap sebagai disperse koloid oleh karena itu masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid.

Pembuatan gel prednisolon

Basis gel dibuat dengan cara mendispersikan HPC ke dalam campuran air dan etanol. Dispersi ini didiamkan selama 24 jam, kemudian dikembangkan dengan pengaduk sampai terbentuk masa yang kental. Ke dalam basis ditambahkan larutan asam oleat dalam pelarut campur, larutan prednisolon dalam etanol, dan larutan natrium karbonat dalam air, kemudian diaduk dengan kecepatan 200 rpm selama 2 jam. Dilakukan pemilihan pengembangan formula gel lebih lanjut dengan penen-tuan kejernihan gel setelah dicampur dengan bahan yang tertera dalam Tabel 1 dan 2. Berdasarkan uji kejernihan gel diambil komposisi gel formula F0, F6 dan F3 untuk uji difusi dan uji stabilita.
Tabel 1 : Penentuan kejernihan gel dengan kombinasi pelarut campur dalam gel

Photobucket

Pembuatan membran buatan
Larutan Spangler dibuat dengan mencampur 20% minyak zaitun, 15% minyak kelapa, 15% asam oleat, 15% vaselin album, 10% asam palmitat, 10% parafin cair,skualen, 5% kolesterol dan 5% asam stearat. Semua bahan kecuali kolesterol dicampur lalu dilelehkan. Kolesterol yang dilelehkan secara terpisah ditambahkan ke dalam campuran lelehan bahan-bahan lainnya, kemudian diaduk sampai homo-gen. Kertas Whatman No.1 setelah dibacem selama 5 menit dalam larutan Spangler dikeringkan di antara dua lembar kertas saring. Keseragaman larutan Spangler yang terserap pada kertas Whatman ditentukan dengan membandingkan bobot awal kertas Whatman (a gram) dan bobot kertas Whatman setelah dibacem dengan larutan Spangler selama 5 menit (b gram). Persentase larutan Spangler yang terserap adalah (b-a)/a x 100. Untuk percobaan difusi dipilih membran buatan yang memiliki berat relatif sama. Berat membran buatan yang terpilih berkisar antara 3,688 sampai 3,890 g dengan persentase cairan Spangler yang terserap antara 111,5 sampai 122,4 % b/b.
Penentuan difusi prednisolon
Alat difusi terdiri dari bak berisi air dengan suhu 37 ± 1oC, sel difusi, pompa peristaltik, alat penghilang gelembung udara, dan gelas kimia sebagai wadah cairan penerima. Formula gel yang akan diuji ditimbang sebanyak 3 g diratakan pada pelat, kemudian di atasnya diletakkan membran buatan sedemikian rupa sehingga tidak ada gelernbung udara yang terperangkap di antara permukaan sediaan dengan membran. Membran kemudian dijepit menggunakan cincin penjepit pada sel difusi, dihubungkan dengan pompa peristaltik dan alat penghilang gelembung udara, kernudian diletakkan di penangas air untuk mempertahankan suhu sistem difusi pada 37 ± 1 oC. Sebagai cairan penerima digunakan air 37 ± 1oC. Cairan penerima dipompakan ke sel difusi melewati alat gelembung udara yang akan membasahi permukaan membran, lalu masuk ke dalam cairan penerima. Cairan mengalir dalam sistem tertutup, pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 25, 35, 45, 60, 80, 100, 160, dan 180. Setiap pengambilan sampel (5 ml) dilakukan penggantian air yang baru pada suhu yang sama. Serapan sampel diukur dengan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 248 nm. Dilakukan 3 kali uji difusi untuk masing-masing formula, sehingga data yang diperoleh merupakan rata-rata dari 3 sampel. Perhitungan kadar prednisolon merupakan hasil pengura-ngan nilai resapan gel dengan nilai serapan tanpa prednisolon dan nilai serapan asam oleat. Hasil perhitungan persen terdifusi sudah dikoreksi terhadap pengaruh pengambilan setiap selang waktu dalam percobaan, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji t student. Profil difusi prednisolon dan persen jumlah prednisolon yang terdifusi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 3.
Uji stabilitas gel yang mengandung prednisolon
Pengukuran kadar prednisolon dalam gel pada uji stabilitas
Gel disimpan pada ruang bersuhu 40o C dengan kelembaban relatif 75 % selama 30 hari. Kadar prednisolon ditentukan tiap rentang waktu tertentu. Seratus mg gel yang setara dengan 0,5 mg prednisolon dilarutkan dalam metanol sampai diperoleh larutan dengan volume 25 ml, selanjutnya gel diencerkan sampai diperoleh konsentrasi ± 0,02 ug/ml. Serapan hasil pengenceran diukur dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet. Nilai serapan larutan gel yang diperoleh dikurangi dengan nilai serapan gel yang tidak mengandung prednisolon dan serapan asam oleat dalam gel. Dilakukan 3 kali pengukuran kadar terhadap sampel yang berbeda dari tiap formula sehingga data yang diperoleh merupakan rata-rata dari tiga sampel. Persentase kadar prednisolon terhadap kadar dalam formula dapat dilihat pada Tabel 4
Photobucket
Photobucket

Photobucket

Pengukuran pH gel pada uji stabilitas
Gel disimpan dalam ruang bersuhu 40oC dengan kelembaban relatif 75 %, pH gel diukur tiap rentang waktu tertentu selama 30 hari menggunakan pH meter. Dilaku-kan 3 kali pengukuran pH terhadap sampel yang berbeda dari tiap formula, sehing-ga data yang diperoleh merupakan rata-rata dari tiga sampel. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 5.

Photobucket

Pengukuran viskositas gel
Gel disimpan dalam ruang bersuhu 40oC dengan kelembaban relatif 75 % dan viskositas diukur tiap selang waktu tertentu selama 25 hari dengan viskometer Brookfiled. Dilakukan 3 kali pengukuran viskositas terhadap sampel yang berbeda dari tiap formula, sehingga data yang diperoleh merupakan rata-rata dari tiga sampel. Hasil pengukuran viskositas gel dapat dilihat pada Tabel 6.
Photobucket
Uji efek antiradang gel F0 dan F3 pada hewan percobaan
Pada uji efek antiradang dipilih gel yang memberikan jumlah prednisolon terdifusi yang paling besar pada uji difusi yang telah dilakukan sebelumnya yaitu gel F3 yang mengandung asam oleat 5 %. Sebagai pembanding diuji pula gel yang tidak mengandung asam oleat (gel F0) yang memberikan jumlah prednisolon terdifusi paling kecil pada uji difusi. Aktivitas antiradang ditentukan dengan metode inhibi-si edema pada telapak kaki tikus. Sebagai penginduksi radang digunakan suspensi karagenan 1% b/v dalam air suling. Suspensi karagenan ini dibuat dengan mendis-persikan karagenan dalam air suling dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hewan percobaan dipelihara 30 hari sebelum percobaan untuk meningkatkan berat badan hewan sampai diperoleh berat antara 170-185 g. Berat badan hewan ditim-bang dan diamati kesehatannya dan hanya tikus yang sehat yang digunakan pada percobaan ini.
Pada hari pengujian hewan ditimbang kemudian dikelompokkan dengan bobot dan tiap kelompok tidak berbeda jauh. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Masing- masing hewan diberi tanda pada sendi kaki kiri belakang dan diukur volume 3 kaki tersebut sebagai volume kaki awal (Vo). Hewan diinduksi radang dengan menyun-tikkan 0,1 ml suspensi karagenan secara intraplantar. Gel yang diuji diberikan 1 jam setelah induksi radang kemudian kaki tikus yang dioles gel dihindari kontak dengan kandang selama 7 menit. Volume kaki diukur tiap 0,5 jam sampai 6 jam setelah penyuntikan karagenan. Persentase perubahan volume kaki sebelum dan setelah pengolesan gel uji dihitung. Untuk memperoleh data yang homogen dilaku-kan analisis data terpencil untuk membuang data terpencil. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara statistik mengunakan uji t student. Hasil uji efektivitas sediaan gel yang mengandung prednisolon dapat dilihat pada Gambar 2.

Photobucket
Hasil dan pembahasan
Dari hasil penentuan spektrum serapan prednisolon dalam metanol diperoleh serapan maksimum pada panjang gelornbang maksimum 244 nm yang selanjutnya digunakan untuk pengukuran kadar prednisolon dalam gel pada uji stabilitas. Pada panjang gelombang tersebut asam oleat yang terkandung di dalam gel juga membe-rikan serapan. Oleh karena itu, nilai serapan yang diperoleh pada penentuan kadar prednisolon harus dikurangi oleh serapan asam oleat yang terkandung dalam gel. Pada uji stabilitas kadar prednisolon ini dibuat gel padanan yang tidak mengandung prednisolon untuk tiap formula. Gel uji dan gel yang tidak mengandung predniso-lon diperlakukan sama mulai dari tahap pembuatan, penyimpanan sampai proses pengenceran gel pada uji stabilitas kadar zat aktif. Nilai serapan pada panjang gelombang 244 nm larutan hasil pengenceran gel uji dikurangi dengan nilai serapan larutan gel padanannya yang tidak mengandung predisolon dan nilai serapan asam oleat dalam formula. Serapan hasil pengurangan inilah yang digunakan untuk menentukan kadar prednisolon dalam gel uji.
Asam oleat dan prednisolon yang terkandung dalam gel bersifat lipofil. Kedua senyawa ini tidak dapat larut apabila gel hanya mengandung air sebagai pelarutnya. Agar dapat membentuk gel yang jernih, kepolaran medium gel diturunkan dengan menambahkan etanol. Dari hasil penentuan kadar etanol yang diperlukan untuk melarutkan asam oleat dan prednisolon, sampai konsentrasi etanol 50% belum dapat dihasilkan gel yang jernih. Untuk mengurangi efek samping iritasi akibat kadar etanol yang mencapai 50 %, dalam pengembangan formula ditambahkanpropilen glikol yang memiliki konstanta dielektrik 32 untuk mengurangi jumlah etanol dalam gel. Kepolaran pembawa yang terlalu rendah dapat meningkatkan afinitas prednisolon maupun asam oleat terhadap gel. Senyawa yang memiliki afi-nitas tinggi terhadap basis gel pada umumnya akan lebih sulit dilepaskan dan difu-sinyapun akan menurun (Lund, 1994). Dari penentuan komposisi pelarut campur ini untuk menghasilkan gel yang jernih diperoleh konsentrasi etanol 44% dan propilen glikol 22 %.
Penambahan asam oleat 3,5 dan 5 % memberikan harga pH sediaan gel sebelum penambahan peningkat pH berturut-turut 4,9 dan 5,4. Meskipun pH gel yang mengandung asam oleat 3,5 dan 5,0 % berada dalam rentang pH yang dapat diteri-ma kulit (pH mantel asam kulit 4,0 - 6,5), namun kedua harga pH tersebut lebih kecil dari batas pH stabilitas hidroksi propil selulosa (HPC) sebagai polimer pem-bentuk gel yaitu 6-8 (Tortora and Anagnostakos, 1990). Untuk mencegah penuru-nan viskositas HPC akibat pH yang terlalu rendah, ditambahkan natrium karbonat sebagai peningkat pH.
Uji statistik pada aras p< r =" 0,999)." style="font-weight: bold;">

Tidak ada komentar:

Posting Komentar